Masdar bisa beramal seperti
fi’ilnya, baik muta’addi atau lazim.[1]
Jika fi’ilnya berupa fi’il lazim,
maka dia hanya membutuhkan fa’il saja, seperti (يُعْجِبُنِي
اجْتِهاَدُ سَعِيْدٍ).[2]
Dan jika fi’ilnya muta’addi, maka
dia membutuhkan fa’il dan maf’ul bih. Sehingga masdar itu akan memuta’addikan
lafal yang dimuta’addikan oleh fi’ilnya, adakalanya dengan dirinya sendiri,
seperti (ساَءَنِي
عِصْياَنُكَ أَباَكَ), atau dengan
bantuan huruf jer, seperti (سَاءَنِي مُرُورُكَ بِمَوَاضِعِ
الشُّبْهَةِ).[3]
Perlu diketahui bahwa masdar
tidaklah beramal seperti fi’ilnya karena keserupaannya dia dengan fi’il, tetapi
karena masdar adalah yang asal.[4]
Diperbolehkan untuk membuang
fa’ilnya masdar tanpa mengandung dlamir yang kembali kepada fa’il, seperti (سَرَّنِي
تَكْرِيْمُ الْعاَمِلِيْنَ), dan itu tidak diperbolehkan dalam fi’il, karena jika fa’ilnya
fi’il tidak diperlihatkan, maka fa’il itu berupa dlamir mustatir, seperti yang
telah lalu dalam bab fa’il.[5]
(Lafal (تَكْرِيْمُ) adalah masdar yang diidlafahkan
kepada maf’ulnya, yaitu (الْعاَمِلِيْنَ), dan fa’ilnya berupa lafal yang dibuang yang penakdirannya (تَكْرِيْمُكُمْ
أَو تَكْرِيْمُ النَّاسِ)).
Diperbolehkan untuk membuang
maf’ulnya masdar,[6] seperti
(وَ
ماَ كاَنَ اسْتِغْفاَرُ إِبْراَهِيْمَ لِأَبِيْهِ إِلاَّ عَنْ مَوْعِدَةٍ
وَعَدَهاَ إِياَّهُ) yang artinya
(اسْتِغْفاَرُ
إِبْراَهِيْمَ رَبَّهُ لِأَبِيْهِ).
Masdar bisa beramal seperti
fi’ilnya, baik diidlafahkan, seperti (وَ لَولاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ
بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ), atau
dikosongkan dari (ال) dan idlafah, seperti (أَو إِطْعاَمٌ
فِي يَومٍ ذِي مَسْغَبَةٍ يَتِيْماً ذَا مَقْرَبَةٍ أَو مِسْكِيْناً ذَا
مَقْرَبَةٍ), atau
dima’rifatkan dengan (ال) namun pengamalannya adalah qalil,[7]
seperti syair,
لَقَدْ
عَلِمَتْ أُولَى الْمُغِيْرَةِ أَنَّنِي * كَرَرْتُ فَلَمْ أَنْكُلْ عَنِ
الضَّرْبِ مِسْمِعاَ
Disyaratkan dalam pengamalannya
masdar adalah masdar harus menjadi pengganti dari fi’ilnya, seperti (ضَرْباً اللِّصَّ), atau sah jika masuknya fi’il yang
bersamaan dengan (أَنْ) atau (ماَ) yang keduanya adalah huruf
masdariyyah pada tempatnya masdar, seperti ketika kita mengucapkan (سَرَّنِي
فَهْمُكَ الدَّرْسَ) maka sah jika
diucapkan (سَرَّنِي
أَنْ تَفْهَمَ الدَّرْسَ), dan ketika kita mengucapkan (يُعْجِبُنِي قَولُكَ الْحَقَّ الآنَ) maka sah jika diucapkan (يُعْجِبُنِي ماَ
تَقُولُ الْحَقَّ الآنَ).[8] Namun,
jika masdar itu diinginkan untuk zaman madli atau mustaqbal, maka (أَنْ) yang dikira-kirakan, dan ketika
yang diinginkan dengannya adalah zaman haal, maka dikira-kirakan dengan (ماَ), seperti yang telah kalian lihat.[9]
Oleh karenanya, tidak bisa beramal
masdar yang untuk taukid atau yang menjelaskan nau’, masdar mushagghar dan
masdar yang diinginkan tidak untuk perbuatan atau hadats. Sehingga tidak
diperbolehkan diucapkan, (عَلَّمْتُهُ تَعْلِيْماً
الْمَسْأَلَةَ), dengan
membaca (الْمَسْأَلَةَ) yang diamalkan oleh (تَعْلِيْماً) tetapi oleh (عَلَّمْتُهُ), dan tidak boleh diucapkan (ضَرَبْتُ
ضَرْبَةً وَ ضَرْبَتَيْنِ اللّصَّ) dengan membaca nashab (اللّصَّ) yang diamalkan oleh (ضَرْبَةً) atau (ضَرْبَتَيْنِ), tetapi oleh (ضَرَبْتُ), tidak boleh diucapakan (يُعْجِبُنِي
ضُرَيْبُكَ اللصَّ) dengan
membaca nashab (اللصَّ) yang diamalkan oleh (ضُرَيْبُكَ) tetapi oleh (يُعْجِبُنِي), dan tidak diucapkan (لِسَعِيْدٍ صَوتٌ
صَوتَ حَماَمٍ) dengan
membaca nashab (صَوتَ) yang kedua yang dinashabkan oleh (صَوتٌ) yang pertama, tetapi oleh fi’il
yang dibuang atau oleh (يُصَوِّتُ صَوتَ حَماَمٍ) yang artinya (يُصَوِّتُ
تَصْوِيْتَهُ), dan boleh
juga menjadi maf’ulnya fi’il yang dibuang dengan penakdiran (يُشْبِهُ صَوتَ
حَماَمٍ).
Tidak diperbolehkan mendahulukan
ma’mulnya masdar atas masdar, kecuali jika masdar itu menjadi pengganti dari
fi’ilnya, seperti (عَمَلَكَ
إِتْقاَناً), atau
ma’mulnya berupa dzaraf atau jer-majrur,[10]
seperti (فَلَماَّ
بَلَغَ مَعَهُ السّعْيَ) dan (وَ
لاَ تَأْخُذْكُمْ بِهاَ رَأْفَةٌ).
Disyaratkan dalam mengamalnya masdar
adalah masdar tidak boleh dina’ati sebelum sempurnanya dia beramal,[11]
sehingga tidak boleh diucapkan (سَرَّنِي إِكْراَمُكَ الْعَظِيْمُ
خاَلِداً), tetapi wajib
untuk diakhirkan, sehingga kita ucapkan (سَرَّنِي إِكْراَمُكَ خاَلِداً
الْعَظِيْمُ).
Ketika masdar diidlafahkan kepada
fa’ilnya, maka fa’il itu dijerkan secara lafdzi dan marfu’ secara hukmi
(artinya bermahall rafa’), kemudian masdar itu menashabkan maf’ul bih,[12]
seperti (سَرَّنِي
فَهْمُ زُهَيْرٍ الدَّرْسَ).
Dan ketika masdar diidlafahkan kepada
maf’ulnya, maka maf’ul itu kita baca jer secara lafdzi dan manshub
secara hukmi (artinya bermahall nashab), kemudian masdar itu merafa’kan
fa’il,[13]
seperti (سَرَّنِي
فَهْمُ الدَّرْسِ زُهَيْرٌ).
Ketika ada tabi’ yang mengikuti
fa’il yang diidlafahkan kepada masdar atau maf’ul yang diidlafahkan kepada
masdar, maka tabi’ itu diperbolehkan untuk dibaca jer karena menjaga pada
lafalnya, atau dibaca rafa’ atau nashab karena menjaga pada mahallnya,[14]
sehingga kita ucapkan (سَرَّنِي
اجْتِهاَدُ زُهَيْرٍ الصَّغِيْرِ أَو الصَّغِيْرُ) dan (ساَءَنِي
إِهْماَلُ سَعِيْدٍ وَ خاَلِدٍ أَو خاَلِدٌ). Kita ucapkan pada tabi’nya maf’ul (يُعْجِبُنِي
إِكْراَمُ الأُسْتاَذِ الْمُخْلِصِ أَو الْمُخْلِصَ تَلاَمِيْذُهُ) dan (ساَءَنِي ضَرْبُ
خاَلِدٍ وَ سَعِيْدٍ أَو وَ سَعِيْداً خَلِيْلٌ).
Masdar mim hukumnya sama dengan
masdar ghairu mim, dalam hal bisa beramal seperti fi’ilnya,[15]
seperti (مُحْتَمَلُكَ
الْمَصَائِبَ خَيْرٌ مِنْ مَرْكَبِكَ الْجَزَعَ).
Dan isim masdar bisa beramal seperti
beramalnya masdar, yang semakna sengannya, dan dengan syarat-syaratnya, hanya
saja beramalnya isim masdar adalah qalil,[16]
seperti syair,
أَكُفْراً
بَعْدَ رَدِّ الْمَوتِ عَنِّي * وَ بَعْدَ عَطاَئِكَ الْمِئَةَ الرِّتاَعاَ
[1] Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah,
juz III hlm. 276
[2] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 276
[3] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 276
[4] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 276
[5] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 276
[6] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 276
[7] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 277
[8]
Fath Ghafir
al-Khathiyyah, hlm. 51
[9] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 277
[10] Fath Ghafir
al-Khathiyyah, hlm. 51
[11] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 278
[12] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 278
[13] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 279
[14] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 279
[15] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 279
[16] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 279
No comments:
Post a Comment