FITNAH KAYA DAN MISKIN


Dalam kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari materi dalam hal ini adalah uang atau harta, karena untuk dapat hidup layak seseorang harus mempunyai kecukupan secara materi. Harta termasuk fitnah paling kuat yang menyerang manusia. Allah Swt dan Rasul-Nya memberikan peringatan kepada kita agar tidak disibukkan oleh harta, sebagaimana dalam firman-Nya:
وَ اعْلَمُوا أَنَّماَ أَمْوَالُكُمْ وَ أَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَ أَنَّ اللهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيْمٌ
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar. (Qs. Al-Anfal: 28).
Secara tabiat, harta disukai manusia. penyebabnya adalah kemampuan salah satu sifat kesempurnaan, dan sifat kesempurnaan adalah hal yang paling disukai. Ketidak-sempurnaan berarti adanya keadaan yang kekurangan, dan ini hal yang paling dibenci. Hal demikian yang memunculkan fitnah kekayaan (ghina) bagi umat manusia dalam berlomba-lomba dalam mencari dan mengumpulkan harta. Banyak harta akan mendatangkan kekuatan dan kesempurnaan kemampuan manusia.
Berdasarkan sebab-sebab yang telah disebutkan, maka manusia pun menyukai harta, serta seluruh hati mereka disibukkan oleh harta, sehingga harta termasuk fitnah yang patut diberikan peringatan. Fitnah harta sepertinya dapat mendorong banyak manusia tenggelam ke dalam jalan kezaliman yang tak dapat dielakkan. Mereka dijerumuskan kepada fitnah harta oleh segala macam ambisi dan keinginan nafsu yang tiada batasnya.
1.     Kaya Menimbulkan Fitnah
Dalam kisah-kisah al-Qur’an ada berbagai petunjuk yang menyadarkan hati, menggerakkan pikiran, dan membuka kesadaran. Sebagaimana kisah Qarun menerangkan bahwa adanya sikap jauh dari sisi Allah Swt, membangkang terhadap perintah-Nya, sombong, keterpedayaan akan segala tipu daya, berbuat kerusakan, kezaliman dan mempergunakan nikmat bukan pada tempatnya. Hal ini terkandung dalam al-Qur’an surat al-Qashash ayat 76-78.
Kisah Qarun menunjukkan kepada kita, bagaimana nikmat kekayaan menjadi fitnah yang menimbulkan kesengsaraan dan bencana, yang disebabkan oleh pengingkaran atas nikmat yang dikaruniakan kepada dari sang Maha Pencipta. Bahwa kekayaan bukanlah tanda keridhaan Allah Swt semata. Allah Swt melapangkan rezeki-Nya kepada hamba-Nya yang dikehendaki, dan menyempitkan rezeki untuk tujuan-tujuan lain.
Menurut pandangan Islam, pencarian dan pengumpulan kekayaan diperbolehkan dan bahkan pada situasi tertentu justru diwajibkan, tetapi kekayaan tidak boleh disalah-gunakan karena Allah Swt telah dengan jelas menetapkan perintah-perintah-Nya bagaimana kekayaan tersebut harus didapatkan dan dinafkahkan dengan penuh tanggung jawab sesuai aturan-aturan yang telah ditetapkan agama.
2.     Miskin Menimbulkan Fitnah
Fakir atau miskin adalah sebuah gambaran kondisi serba kekurangan dari kacamata ekonomi, sehingga hal ini sangat menakutkan dan mengkhawatirkan yang berujung pada fitnah harta yang disebabkan karena standar kemiskinan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kefakiran atau kemiskinan sebagai bentuk fitnah yang dimaksud adalah kefakiran yang tertuju pada harta. Kefakiran termasuk fitnah yang Allah Swt turunkan kepada hamba-Nya, sebagaimana dijelaskan:
فَأَماَّ الإِنْسَانُ إِذَا ماَ ابْتَلاَهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَ نَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّيْ أَكْرَمَنِ وَ أَماَّ إِذَا ماَ ابْتَلاَهُ فَقَدرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَيَقُولُ رَبِّيْ أَهَانَنِ
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: Tuhanku telah memuliakanku. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata: Tuhanku menghinakanku.”(Qs. Al-Fajr: 15-16).
Diujinya seorang muslim dengan kekurangan harta, sedangkan ia sangat memerlukannya merupakan sebuah cobaan. Fitnah harta akan bertambah berat ketika seorang muslim mendapatkan keadaan keluarganya mendorong dia mencari harta dengan segala cara demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Cobaan dalam bentuk fitnah kefakiran dan kemiskinan bagi umat Islam sebagai wujud menguji kemantapan hati serta mengukur tingkatan ketabahan dan keteguhannya, jika ia sabar atas cobaan ini lulus dengan menjaga kehormatan dirinya serta tetap berpegang teguh pada kebenaran, maka ia adalah orang yang beruntung. Hal ini dipertegas dalam firman Allah Swt:
وَ لَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيئٍ مِنَ الْخَوفِ وَ الْجُوعِ وَ نَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَ الأَنْفُسِ وَ الثَّمَرَاتِ وَ بَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Qs. Al-Baqarah: 155).
Dari ayat di atas, secara mendalam dapat diketahui bahwa fitnah kefakiran yang diberikan Allah Swt kepada hamba adalah keutamaan yang besar bagi dirinya. Apabila Allah Swt menghendaki seseorang untuk hidup fakir dan miskin merupakan suatu kebahagiaan, karena Allah Swt Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Hal ini banyak dalil dalam al-Qur’an dan al-Hadits yang memuji orang fakir yang menjaga diri dari meminta-minta, yang menunjukkan kedudukan yang agung di dunia dan akhirat.


No comments:

Post a Comment