A. Latar Belakang
Dalam masyarakat yang dinamis pendidikan
memegang peranan yang sangat menentukan eksistensi dan
perkembangan masyarakat. Oleh karena itu Islam sebagai agama Rahmatan Lil
Alamin merupakan konsekuensi logis
bagi umatnya untuk
menyiapkan generasi penerus
yang berkualitas, baik moral
maupun intelektual serta
berketerampilan dan bertanggung jawab. Salah satu upaya untuk menyiapkan genearasi
penerus tersebut adalah melalui lembaga pendidikan sekolah. Sekolah merupakan
salah satu wadah bagi anak untuk belajar memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan. Oleh karena itu, pengajaran
di sekolah adalah salah
satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan terarah.
Kesuksesan belajar siswa tidak hanya tergantung
pada intelegensi anak saja, akan tetapi
juga tergantung pada
bagaimana guru menggunakan metode yang tepat dan memberinya
motivasi. Karena Motivasi adalah sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas
belajar. Seseorang melakukan aktivitas
belajar karena ada
yang mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar pengeraknya yang
mendorong seseorang untuk belajar. Menurut
Mc Donal, sebagaimana di kutip
Oemar Hamalik. Motivasi adalah suatu
perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi
untuk mencapai tujuan.[1]
Hasan Langgulung menyebutkan bahwa dalam pendidikan
mengandung dua aspek,
Pertama: Aspek mengajar
dan Kedua: Aspek belajar. Aspek
mengajar itu hanyalah
suatu cara untuk
memantapkan proses belajar itu.
Sedangkan proses belajar berlaku apa sebanarnya yang terjadi pada
manusia.[2]
Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama
yang saling berpengaruh dalam proses belajar-mengajar. Ketiga komponen tersebut
adalah: (1) Kondisi pembelajaran (2) Metode pembelajaran dan (3) Hasil
pembelajaran.[3]Terkait tiga
komponen tersebut maka
sebagai guru harus mampu
memadukan dan mengembangkan ketiga komponen tersebut supaya kegiatan pembelajaran dapat sesuai yang
diharapkan, tercapai tujuan pembelajaran dan menuai hasil yang maksimal.
Oleh karena itu, guru harus mempunyai kemampuan
untuk mengembangkan pembelajaran
dengan kreativitas yang dimiiki serta
mampu menjadikan pembelajaran
menjadi menarik, menyenangkan,
dan yang paling penting
siswa dapat memotivasi
dalam belajar dan pada akhirnya dapat memperoleh hasil belajar
yang optimal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengertian metode Tanya jawab?
2.
Apakah tujuan dari pemakaian metode Tanya jawab?
3.
Bagaimana pelaksanaan metode Tanya jawab?
4.
Apakah kelebihan dan kekurangan dari metode Tanya jawab?
5.
Faktor apakah yang mempengaruhi efektifitas
metode Tanya jawab dalam proses pembelajaran?
C. Pembahasan
1.
Pengertian metode Tanya jawab
Kegiatan belajar, memang peranan yang penting.
Sebab pertanyaan yang tersusun
dengan baik dengan
teknik pengajuan yang
tepat akan meningkatkan partisipasi dan prestasi siswa
dalam kegiatan belajar, membangkitkan minat
dan rasa ingin
tahu siswa terhadap
masalah yang sedang dibicarakan, mengembangkan pola pikir dan belajar aktif siswa sebab berpikir itu
sendiri sebenarnya adalah pertanyaan; menuntun proses belajar siswa, sebab
pertanyaan yang baik
akan membantu siswa dapat menentukan jawaban yang baik, memusat-kan
perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Menurut Dra. Roestiyah N.K, metode Tanya Jawab adalah suatu
cara mengajar di mana
guru dan siswa
aktif bersama, guru
bertanya siswa memberikan jawaban,
siswa mengemukakan pendapat
ide baru, dan dengan ini guru bertujuan.[4]
Menurut Drs. Soetomo, metode Tanya Jawab
adalah suatu metode
di mana guru menggunakan/memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa
menjawab, atau sebaliknya
siswa bertanya pada
guru dan guru
menjawab pertanyaan siswa.[5]
Metode Tanya Jawab, menurut Syaiful B. Djamarah
adalah cara penyajian pelajaran
dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama oleh dari guru kepada
siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.[6]
Menurut Armai Arief, metode
Tanya Jawab adalah
suatu teknik penyampaian pelajaran
dengan cara guru mengajukan
pertanyaan. Atau suatu metode di
dalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan siswa menjawab tentang materi
yang ingin diperoleh.[7]
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
dapat diambil kesimpulan tentang
pengertian metode Tanya
Jawab ialah suatu
metode mengajar yang dijadikan
adanya komunikasi langsung di mana
guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan siswa menjawab tentang materi yang diperolehnya atau sebaliknya siswa bertanya
dan guru menjawab sehingga siswa termotivasi.
Pengertian itu menunjukkan bahwa metode Tanya Jawab
itu diperlukan adanya komunikasi langsung antara guru dan siswa sehingga tidak
hanya terjadi komunikasi satu arah saja. Namun dalam komunikasi ini terlihat
adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa, bahkan
siswa dan siswa. Karena ketika siswa memberikan jawaban yang tepat dapat
mendorong siswa yang lainnya untuk
memberikan tanggapan dan mengajukan
pertanyaan.
Dengan demikian metode Tanya Jawab merupakan ucapan
verbal yang meminta respon dari
seseorang yang kenai
respon yang akan
diberikan dapat berupa pengetahuan sampai pada hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi, bertanya
merupakan stimulasi efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Metode Tanya
Jawab di sini dimaksudkan untuk
mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu
yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian siswa dengan berbagai
cara-cara (sebagai appersepsi,
selingan dan evaluasi).
2.
Tujuan dari pemakaian metode Tanya jawab
Adapun tujuan penggunaan metode tanya jawab dalam
kegiatan belajar mengajar adalah untuk:
a.
Menyimpulkan materi yang telah lalu. Setelah guru
menguraikan suatu persoalan, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan.
Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab oleh siswa, sedangkan hasil jawaban siswa
yang betul/benar disusun dengan baik sehingga merupakan ikhtisar pelajaran yang
akan menjadi milik siswa.
b.
Melanjutkan pelajaran yang sudah lalu. Dengan
mengulang pelajaran yang sudah
diberikan dalam bentuk
pertanyaan, guru akan
dapat menarik perhatian kepada pelajaran yang lalu.
c.
Menarik perhatian siswa untuk menggunakan
pengetahuan dan pengalaman.
d.
Memimpin pengalaman atau pemikiran siswa. Ketika
siswa menghadapi suatu persoalan maka pemikiran siswa dapat dibimbing dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau seorang siswa
yang tidak memperhatikan pembicaraan guru yang dapat meng-usahakan supaya perhatiannya kepada
keterangan-keterangan guru dengan mengejutkan dengan memberikan dengan
memberikan beberapa pertanyaan.
e.
Menyelangi
pembicaraan untuk merangsang
perhatian siswa dalam belajar sehingga
dengan demikian ada kerjasama
antara siswa dengan guru dan dapat menimbulkan semangat
siswa.
f.
Meneliti kemampuan siswa dalam memahami
suatu bacaan yang dibacanya atau ceramah yang sudah
didengarnya.[8]
Adapun penggunaan metode tanya jawab dalam
pembelajaran jangan sampai mempunyai tujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
a.
Menilai taraf kemampuan siswa mengenai pelajaran
mereka. Metode tanya jawab hanya dapat
memberikan gambaran secara kasar saja dan hanya bisa untuk mengingat kembali
apa yang dapat dipelajarinya atau hubungannya dengan pelajaran itu.
b.
Persoalannya sangat kompleks sedangkan jawabannya
batasi oleh guru. Apabila pertanyaan yang diajukan guru banyak menimbulkan
jawaban, maka janganlah jawaban dibatasi. Tetapi berilah kesempatan untuk
menjawab seluas-luasnya atau kalau perlu laksanakan dengan metode diskusi.
c.
Pertanyaan yang diajukan jangan hendaknya
terbatas pada jawaban “ya” atau “tidak” semata, tetapi
hendak jawabannya dapat men-dorong pemikiran siswa untuk memikirkan jawaban
yang tepat.
d.
Memberikan giliran hanya pada siswa-siswa tertentu
saja. Hendaknya pertanyaan harus
diajukan kepada seluruh siswa, jangan kepada siswa-siswa tertentu saja. Begitu
juga dalam jawabannya
harus kepada seluruh siswa
diberikan kesempatan, jangan
hanya pada yang
pandai-pandai saja. Bahkan siswa yang pendiam atau pemalulah
yang lebih didorong untuk
menjawabnya supaya ia dapat membiasakan dirinya.[9]
Adapun macam-macam pengembangan metode tanya jawab
antara lain,
a.
Jenis-Jenis Pertanyaan Menurut Maksudnya (Compliance Question)
Pertanyaan yang mengharapkan agar orang lain
mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Contoh: “Dapatkah
anda tenang agar suara saya dapat didengar oleh seluruh kelas”?
b.
Pertanyaan Retorik (Rhetorical Question)
Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban,
melainkan akan dijawab sendiri oleh guru
karena merupakan tehnik penyampaian
informasi kepada siswa. Contoh: Guru: “ada yang tahu apa pengertian zakat
secara istilah? Zakat adalah…..”
c.
Pertanyaan Mengarahkan atau Menuntun (Prompting
Question)
Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada
siswa dalam proses berfikir. Contoh: Guru:
“Minggu yang lalu kita telah membicarakan macam-macam najis. Coba,
Halim, manakah yang lebih tinggi derajat najisnya, mugholadoh atau
mutawasitoh?”
d.
Pertanyaan Menggali (Probing Question)
Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa
untuk lebih mendalami jawaban
terhadap pertanyaan sebelumnya. Contoh:
Guru: “Setelah kemarin kita bersama-sama mempelajari thoharoh, bagaimana
pendapatmu tentang hikmah thoharoh tersebut, Amin? Amin: “Sangat menarik, pak.” Guru:
Faktor apa yang
menarik?” Dan selanjutnya.[10]
3.
Pelaksanaan metode Tanya jawab
Dalam pelaksanaan metode tanya jawab, pertanyaan
yang di-rumuskan dan yang digunakan dengan tepat dapat merupakan suatu alat
komunikasi yang ampuh antara guru
dan siswa. Dalam
metode tanya jawab, menurut
Ramayulis ada beberapa langkah-langkah pelaksanaan-nya, yaitu:
a.
Tujuan pelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu
dengan sejelas-jelasnya.
b.
Guru harus menyelidiki apakah metode tanya jawab,
satu-satunya metode yang paling tepat digunakan/dipakai.
c.
Guru harus meneliti untuk apa metode ini dipakai,
apakah
1)
Dipakai untuk menghubungkan pelajaran lama dengan
pelajaran baru.
2)
Untuk mendorong siswa supaya mempergunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah.
3)
Untuk menyimpulkan uraian.
4)
Untuk meningkatkan kembali terhadap apa yang telah
dihafalkan siswa.
5)
Untuk menuntun pemikirannya.
6)
Untuk memusatkan perhatiannya.
d.
Kemudian guru harus meneliti pula, apakah
1)
Corak pertanyaan itu mengandung banyak masalah atau
tidak.
2)
Terbatasnya ya atau tidak.
3)
Hanya dijawab dengan ya atau tidak atau ada untuk
mendorong siswa berpikir untuk menjawabnya.
e.
Guru memilih mana diantara jawaban-jawaban yang
banyak dapat diterima.
f.
Guru harus mengajarkan cara-cara mengemukakan
pendapat dengan baik.
g.
Mengemukakan suatu fakta yang dikutip dari buku,
majalah, harian dan lain sebagainya.
h.
Meneliti setiap jawaban dengan menggunakan
sumbernya.
i.
Dengan menjelaskan di papan tulis dengan berbagai
argumentasi.
j.
Menguji kebenarannya terhadap orang-orang ahli.[11]
Sedangkan Soetomo, metode tanya jawab dilakukan
dengan:
a.
Merumuskan
tujuan tanya jawab
secara jelas dalam
bentuk yang khusus dan berpusat pada
perubahan tingkah laku siswa.
b.
Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang harus
diberikan kepada siswa.
c.
Mengemukakan alasan mengapa kita menggunakan metode
tanya jawab.
d.
Membuat
garis besar jawaban
dari pertanyaan yang
diberikan sehingga mudah mengetahui
mana jawaban siswa
yang benar dan salah.
e.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.[12]
Dengan demikian, guru melontarkan metode tanya
jawab ini agar siswa dapat mengerti atau mengingat tentang fakta yang
dipelajari, didengarkan ataupun dibaca sehingga mereka mempunyai pengertian
yang mendalam tentang fakta yang sedang atau dipelajari.
4.
Kelebihan dan kekurangan dari metode Tanya jawab
Efektivitas
suatu metode mengajar
di dalam kelas
dipengaruhi oleh faktor tujuan,
faktor siswa, faktor situasi dan faktor guru itu sendiri. Dengan memiliki pengetahuan secara
umum tentang sifat berbagai metode, seorang guru akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling baik atau sesuai
dalam situasi dan kondisi pembelajaran yang khusus, dari sekian banyak metode
tidak ada satupun
yang dianggap paling
baik dan paling cocok
untuk selalu digunakan. Karena semua
metode itu mempunyai metode itu mempunyai keunggulan dan kelemahan
tersendiri. Begitu juga dengan metode tanya jawab ini.
Menurut Winarno Surakhmad keunggulan atau sisi
positif dari metode tanya jawab yaitu:
a.
Metode tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang
lebih aktif bila dibandingkan dengan metode ceramah yang bersifat monolog.
b.
Memberi kesempatan pada siswa atau pendengar untuk
mengemukakan hal-hal, sehingga nampak
mana-mana yang belum jelas atau belum
dimengerti.
c.
Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada,
yang dapat dibawa kearah situasi diskusi.[13]
Sedangkan menurut Hendayat Soetopo, keunggulan atau
keuntungan dari metode tanya jawab, yaitu:
a.
Lebih mengaktifkan siswa.
b.
Memberikan kesempatan kepada untuk mengemukakan
hal-hal yang belum jelas.
c.
Dapat mengetahui perbedaan pendapat siswa, sehingga
bisa dicari titik temunya.
d.
Dapat mengurangi verbalisme.
e.
Memberikan
kesempatan pada guru
untuk menjelaskan kembali konsep yang masih kabur.[14]
Dari
pendapat di atas, maka
peneliti dapat menyimpulkan
bahwa kelebihan metode tanya jawab ini adalah keadaan atau situasi akan
hidup, minat belajar siswa akan
bangkit. Hal ini
dimaksudkan untuk melatih siswa menjadi lebih berani
mengemukakan pendapatnya dan dapat melatih cara berpikir logis dan sistematis.
Dengan demikian guru dapat mengontrol dari hasil kegiatan belajar mengajar.
Metode tanya jawab ini selain memiliki keunggulan
juga memiliki kelemahan. Menurut Abu
Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, segi kelemahan metode tanya jawab ini adalah:
a.
Apabila terjadi perbedaan pendapat akan banyak
untuk menyelesaikannya.
b.
Kemungkinan
akan terjadi penyimpangan
perhatian siswa, terutama apabila terdapat
jawaban-jawaban yang kebetulan
yang menarik perhatiannya, tetapi
bukan sasaran yang dituju.
c.
Dapat
menghambat cara berpikir,
apabila guru kurang
pandai dalam penyajian materi
pelajaran.
d.
Situasi persaingan bisa timbul, apabila guru kurang
pandai/ menguasai teknik pemakaian metode ini.[15]
Sedangkan menurut Hendyat Soetopo, kelemahan metode
tanya jawab yaitu:
a.
Memberi peluang keluar dari pokok bahasan atau
persoalan, karena yang dinyatakan siswa menyimpang.
b.
Kekurangan waktu, apabila jika seluruh siswa
ingin mendapatkan giliran.[16]
Dari pendapat di atas, maka diambil kesimpulan
bahwa kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode tanya jawab ini tidak cukup
berarti apabila dibandingkan dengan keuntungan-keuntungannya. Dengan
kata lain metode tanya
jawab ini tetap
dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Dan guru harus pandai
mempergunakan metode ini. Secara rinci peneliti dapat mengambil kesimpulan
kelemahan metode tanya jawab ini, yaitu:
a.
Menyita waktu banyak.
b.
Memungkinkan terjadinya penyimpangan perhatian.
c.
Menghambat cara berpikir apabila guru kurang pandai
menyajikannya.
d.
Sukar memperoleh jawaban yang memuaskan.
5.
Faktor yang mempengaruhi efektifitas
metode Tanya jawab dalam proses pembelajaran
a.
Faktor pendukung
Dalam proses pembelajaran Pembelajaran, dikenal
berbagai pola pembelajaran. Pola pembelajaran adalah model yang meng-gambarkan
kedudukan serta peran
guru dan siswa
dalam proses pembelajaran. Pada
awalnya, pola pembelajaran Pembelajaran didominasi oleh guru sebagai
satu-satunya sumber belajar, penentu metode
belajar, bahkan termasuk penilaian kemajuan prestasi siswa. Perkembangan
pembelajaran telah mempengaruhi pola pembelajaran. Guru
yang mula-mula satu-satunya
sumber aja mulai dibantu
oleh media pembelajaran
hingga pembelajaran tampak
lebih efisien.
Pembelajaran terus mengalami perkembangan dengan
kemajuan ilmu dan
tehnologi. Karena itu
kurang memadai kalau sumber
belajar hanya berasal
dari guru atau
berupa media buku
teks atau audio visual. Karena
pembelajaran sekarang ini termasuk sistem
belajar sendiri dan terstruktur.
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan kualitas
tenaga guru yang profesional, salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan membekali para guru agar mampu
mengembangkan ber-bagai media
pembelaran. Guru dapat mengembangkan pembelajaran yang sistematis dan
terprogram seperti bahan ajar. Dengan demikian, pelajar akan lebih mandiri
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
Pembelajaran. Dengan pola pembelajaran tersebut di atas masih bisa dikombinasikan
supaya kegiatan belajar mengajar sebagai suatu sistem yang dapat berjalan
efektif dan efisien.
Dalam
prakteknya tidak pola
pembelajaran yang baku
dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi
pembelajaran. Berbagi pola tersebut saling berbaur dan
melengkapi satu dengan yang mempunyai
ciri pokok, antara lain:
1)
Fasilitas fisik sebagai perantara penyajian
informasi.
2)
Sistem pembelajaran dan pemanfaatan fasilitas yang
merupakan komponen terpadu.
3)
Adanya pilihan yang memungkinkan terjadinya (1)
perubahan fisik, (2) aktivitas siswa lebih
mandiri, (3) hubungan
guru dan siswa
dibantu media, (4) perlu
adanya kerjasama lintas
disiplin ilmu seperti instruksional, ahli
media pembelajaran, (5)
perubahan peranan dan kecakapan mengajar, dan (7) keluwesan
waktu dan tempat belajar.[17]
b.
Faktor penghambat
Adapun faktor yang menjadi kendala dalam
efektifitas pembelajaran di sekolah, dilihat dari guru ada beberapa faktor
yaitu:
1)
Kurang menguasai bidang ilmu, baik secara tektual
dan konseptual.
2)
Kurang imbalan yang diterima, sehingga kurang
memusatkan perhatian pada tugas kependidikannya.
3)
Tidak dapat dijadikan teladan bagi siswanya, karena
perbuatannya sering menyimpang dari nilai-nilai agama.
4)
Kurang faktor informasi tentang problem-problem
pendidikan.
5)
Kurang disiplin waktu.
Beberapa faktor di atas hendaknya dihindari oleh guru
agar tugas kependidikannya dapat
memberikan hasil yang optimal. Tanpa adanya
kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi dari seorang guru agama, mustahil pendidikan agama akan
berhasil dengan baik. Karena guru adalah contoh suri tauladan bagi siswa-siswa,
dan bagaimana akan mengajarkan tentang kebaikan jika tingkah laku guru agama
tidak dapat dipertanggung jawabkan baik itu secara nilai agama, ataupun secara
norma masyarakat.
D. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa,
1.
Metode Tanya jawab adalah suatu metode mengajar yang dijadikan adanya
komunikasi langsung di mana guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa
menjawab tentang materi yang
diperolehnya atau sebaliknya siswa bertanya dan guru menjawab sehingga
siswa termotivasi.
2.
Tujuan dari pemakaian metode Tanya jawab dalam pembelajaran adalah untuk Menyimpulkan materi yang telah
lalu, Melanjutkan pelajaran yang sudah lalu, Menarik perhatian siswa untuk
menggunakan pengetahuan dan pengalaman, Memimpin pengalaman atau pemikiran
siswa, Menyelangi pembicaraan untuk merangsang perhatian siswa dalam belajar
sehingga dengan demikian ada
kerjasama antara siswa
dengan guru dan dapat menimbulkan semangat siswa dan Meneliti kemampuan
siswa dalam memahami suatu
bacaan yang dibacanya atau
ceramah yang sudah didengarnya.
3.
Dalam pelaksanaan metode tanya jawab, pertanyaan
yang dirumuskan dan yang digunakan dengan tepat dapat merupakan suatu alat
komunikasi yang ampuh antara guru dan siswa. Dalam metode tanya jawab, menurut
Ramayulis ada beberapa langkah-langkah pelaksanaannya, yaitu: Merumuskan tujuan
tanya jawab secara
jelas, Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang harus diberikan kepada
siswa, Mengemukakan alasan mengapa menggunakan metode tanya jawab, Membuat garis
besar jawaban dari
pertanyaan yang diberikan dan Memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya.
4.
Kelebihan dari metode penggunaan metode Tanya jawab adalah adalah keadaan atau situasi
pembelajaran akan hidup, minat belajar
siswa akan bangkit. Sedangkan kekurangan dari penerapan metode Tanya jawab
adalah Menyita waktu banyak, Memungkinkan terjadinya penyimpangan perhatian, Menghambat
cara berpikir apabila guru kurang pandai menyajikannya dan Sukar memperoleh
jawaban yang memuaskan.
5.
Faktor yang mendukung efektifitas metode Tanya
jawab dalam proses pembelajaran antara lain: kualitas tenaga guru yang profesional,
fasilitas fisik yang memadai, hubungan baik antara guru dengan siswa, keluwesan
waktu mengajar. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain: guru yang kurang
berkompeten pada bidangnya, kedisiplinan waktu yang kurang baik dan kurangnya
faktor informasi.
E. Referensi
Abu Ahmadi, et. al., Strategi Belajar Mengajar,
Bandung: Pustaka setia, 2005.
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pres, 2002.
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan
Islam, Jakarta: Pustaka
Al-Husana, 1988.
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986.
Hendyat Soetopo, Pendidikan Dan Pembelajaran,
Malang: UMM Press, 2005.
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya
Pengefektifan Pendidikan Agama Islam di Sekolah), Bandung: PT Rosdakarya,
2004.
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar
baru, 1992.
Ramayulius, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,
Jakarta: Kalam Mulia, 1990.
Roestiyah, N.K, Didaktik Metodik, Jakarta:
PT. Bina Aksara, 1986.
Soetomo, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar,
Surabaya: Usaha Nasional, 1993.
Syaiful, B. Djamarh, dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, Rieneka Cipta, Jakarta, 1996.
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi
Mengajar-Belajar, Bandung: Tarsito, 1982.
[1] Oemar Hamalik, Psikologi
Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar baru, 1992), hlm. 186
[2] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan
Islam, (Jakarta: Pustaka
Al-Husana, 1988), hlm. 23
[3] Muhaimin,
dkk, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Pengefektifan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah), (Bandung: PT Rosdakarya, 2004), hlm, 146.
[6] Syaiful,
B. Djamarh, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Rieneka Cipta,
Jakarta, 1996), hlm. 107.
[7] Armai
Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Pres, 2002), hlm. 140.
[13] Winarno
Surakhmad, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, (Bandung: Tarsito,
1982), hlm. 101-102.
No comments:
Post a Comment