ASAL-USUL MANUSIA

Manusia, sampai kapanpun akan selalu menjadi misteri yang sulit untuk dikuak, seperti juga asal-usul kejadiaannya. Teka-teki ini akan terjawab dengan dua versi tinjauan : Rasional (Antropologi) dari teori-teori para ilmuwan dan dengan tekstual (Nash al-Qur’an) sebagai kitab suci umat Islam.

Jawaban pertama akan bertumpu pada teori evolusi yang menyatakan bahwa jenis hewan dan tumbuhan yang ada sekarang tidak langsung lahir seperti wujudnya, sekarang. Dan manusia dengan demikian berasal dari bangsa yang lebih rendah yakni hewan. Teori ini disponsori pakar biologi Prancis, Lamarch (1744-1829) selanjutnya dikembangkan lagi oleh seorang biolog Inggris, Charles Darwin (1809-1889).[1]

Manusia berasal dari hasil evolusi seekor kera yang lambat laun meningkat kecerdikan dan kecerdasannya. Akhirnya otaknya terbuka, ia pun menjadi berakal sebagai manusia yang sekarang ini yang makin hari makin meningkat kemajuanya.[2]

Jenis-jenis yang lahir dari proses evolusi dari bangsa hewan, menjadi jenis manusia, dapat disebutkan antara lain :

a. Austrocopithecus (kera Australia), makhluk tertua yang bentuknya mirip atau hampir mirip dengan manusia. Temuan fosilnya diperkirakan berumur 500-600 ribu tahun.
b. Pithecantropus  Erectus (Manusia kera berdiri tegak) fosilnya berumur 400 ribu tahun.
c. Homo Neanderthalensis (Manusia Neaderthal) fosilnya 100 ribu tahun.
d. Homo Sapiens (Manusia budiawan), sebagaimana kita tergolong dalam jenis ini, menurut catatan fosilnya (35 ribu tahun yang lalu).

Teori-teori ini pastilah memiliki kelemahan-kelamahan dan hanya menekankan bagi persamaan jasmaniah (ada dan tidak adanya akal) tetapi faktanya teori-teori ini masih tetap bertahan dan masih terus di teliti oleh para ahli.

Jawaban yang paling memuaskan adalah dengan merujuk pada nash al-Qur’an karena idalamnya banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang proses kejadian manusia sedang ilmu pengetahuan (science) bersifat spekulatif, belum bisa memberikan alternatif yang benar-benar memuaskan.[3]

Tentang asal-usul manusia, al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari berbagi unsur, antara lain: tanah dan air yang dibentuk dengan bentuk yang sempurna dan ditiupkan “ruh” didalamnya.

و هو الذي خلق من الماء بشرا فجعله نسبا و صهرا و كان ربك قديرا

“Dan Dialah yang menciptakan seorang manusia dari air,  kemudian  Dia jadikan manusia itu berketurunan dan hubungan kekeluargaan karena perkawinan. Dan adalah Tuhanmu Maha Berkuasa.” (QS. al-Furqan, 54).[4]

ولقد خلقنا الإنسن من سللة من طين

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu  sari  pati yang berasal dari tanah.” (QS. al-Mu’minun; 12)[5]

إنا خلقناهم من طين لازب

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka (manusia) dari tanah liat.”  (QS. al-Shaffaat: 11).[6]

إني خلق بشرا من صلصل من حمإ مسنون

“Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari  tanah lumpur kering yang dibentuk.” ( QS. Al Hijr: 28 ).[7]

خلق الإنسن من صلصل كالفخار

“Dia telah menciptakan manusia dari  tanah kering  seperti  tembikar.”  (QS al-Rahman: 14).[8]

Allah juga menjelaskan proses kejadiaan manusia selain menunjukan asal-usulnya, dalam surat al-Baqarah ayat 30-38 dijelaskan bahwa suatu ketika Allah berkata pada malaikat bahwa ia akan menciptakan seorang khalifah di bumi, namun mendengar hal itu para malaikat kurang setuju mereka beranggapan bahwa manusia adalah makhluk perusak pembuat keonaran dibumi.

Tetapi Allah mempunyai rencana lain karena Dia Maha Tahu segala rahasia yang ada. Setelah Adam tercipta, mereka semua berkumpul  dan berdialog, Adam dapat menerangkan semua yang ada di sekitarnya sedangkan malaikat tidak bisa. Karena Adam sebelumnya telah dibekali dengan pengetahuan tentang segala sesuatu. Karena terkalahkan oleh Adam maka Allah memerintahkan para malaikat dan iblis untuk bersujud kepada Adam, tetapi iblis tidak mau karena ia merasa lebih  mulia dari adam.[9] Iblis berkata :

قال انا خير منه خلقتني من نار و خلقته من طين

“Saya lebih baik daripadanya : Engkau ciptakan aku (Iblis) dari api  (nar) sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah liat (thin).”  (QS. al-A’raf : 12).[10]

Setelah itu Adam dan Hawa dipersilahkan untuk tetap tinggal di surga dengan suatu catatan : tidak boleh mendekati  sebuah pohon (khuldi). Nikmat Tuhan yang diberikan ini menambah panas iblis, sehingga dia berusaha untuk menipu mereka (Adam dan Hawa). Ternyata godaan dan tipuan iblis berhasil keduanya dikeluarkan dari surga , diperintahkan untuk turun ke bumi.

Dari ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa manusia berasal dari tanah dengan macam-macam istilah seperti tanah kering (turab), tanah liat (thin) tanah lumpur dan kemudian ditiupkan ruh ke dalam tubuhnya. Berarti fisik manusia itu berasal dari unsur-unsur yang terdapat dalam tanah dan ruh yang berasal dari Tuhan.[11]


[1] HM. Amin Syukur, MA.,  Studi Islam, Teologia Press Bekerja sama dengan CV. Bima Sejati Semarang , 2000, cet. IV, hlm. 5
[2] A. Aziz Fadil, Teologi Islam Menunju Dunia yang diridholi Tuhan, BPFE, Yogyakarta , 1983 hlm. 9
[3] HM. Amin Syukur , MA., Op. cit., hlm. 6
[4] Al-Qur’an, Op. cit., hlm. 567
[5] Ibid., hlm. 527
[6] Ibid., hlm. 718
[7] Ibid., hlm. 393
[8] Ibid., hlm. 886
[9] HM. Amin Syukur , MA., Op. cit., hlm. 9
[10] Al-Qur’an , Op. cit., hlm. 222
[11] HM. Amin Syukur, MA., Op. cit., hlm. 9 - 10

No comments:

Post a Comment