KEHIDUPAN KHUSUS NABI MUHAMMAD SAW DI ALAM BARZAH



Telah tetap bagi Nabi kita Muhammad kehidupan barzah yang lebih sempurna dan lebih agung dibandingkan yang lainnya, yang itu semua beliau ceritakan sendiri, berhubungannya beliau saw dengan umat Muhammad, tahunya beliau pada keadaan mereka, melihatnya beliau pada amal mereka, mendengarnya beliau pada perkataan mereka dan menjawabnya beliau pada salam mereka. Hadits yang menerangkan masalah tersebut sangat banyak.

Diantaranya dari Abdullah bin Mas’ud ra dari Nabi saw,

اِنَّ للهِ مَلاَئِكَةً سَيَّاحِيْنَ فِي الْأَرْضِ يُبَلِّغُونِي مِنْ اُمَّتِي السَّلاَمَ
“Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang mengembara di bumi yang mereka menyampaikan salam dari umatku.”

Al-Turmudzi berkata, “Hadits di atas diriwayatkan oleh al-Nasa’i dan Ibnu Hibban dalam shahihnya.” (al-Targhib wal Tarhib juz 2 hal 498).

Dan hadits di atas juga telah diriwayatkan oleh Isma’il al-Qadli dan lainnya dari jalan yang berbeda-beda dengan sanad yang shahih tidak ada keraguan didalamnya sampai pada Sufyan al-Tsauri dari Abdullah bin al-Saib dari Zadzan dari Abdullah bin Mas’ud dan al-Tsauri menjelaskan dengan mendengar lalu dia ber-kata, “Telah bercerita kepadaku Abdullah bin Saib.” Seperti itu diterangkan dalam kitab al-Qadli Isma’il, Abdullah bin al-Saib dan Zadzan yang Muslim meriwayatkan dari keduanya, dan Ibnu Mu’in percaya pada keduanya, dengan demikian maka sanad hadits di atas adalah shahih.”

Diantaranya dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi saw, beliau bersabda,
حَيَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُحَدِّثُونَ وَ يُحَدِّثُ لَكُمْ وَ وَفَاتِي خَيْرٌ لَكُمْ تُعْرَضُ اَعْمَالُكُمْ عَلَيَّ فَماَ رَأَيْتُ مِنْ خَيْرٍ حَمِدْتُ اللهَ وَ مَا رَاَيْتُ مِنْ شَرٍّ اِسْتَغْفَرْتُ اللهَ لَكُمْ
“Hidupku adalah baik bagi kalian. Kalian bisa berbincang kepadaku dan aku bisa ber-bincang dengan kalian. Dan wafatku juga baik untuk kalian, amal-amal kalian diperlihatkan kepadaku. Jadi, jika aku melihat pada kebaikan dalam amal kalian, maka aku akan memuji Allah dan jika aku melihat kejelekan dalam amal kalian, maka aku akan meminta ampun kepada Allah untuk kalian.”

Al-Hafidz al-‘Iraqi dalam al-Jana’iz dari Tharhu al-Tatsrib fi Syarhi al-Taqrib berkata, “Sanad hadits di atas adalah jayyid atau sangat baik.” Al-Hafidz al-Haitsami berkata dalam Majma’ al-Zawa’id (juz 9 hal 25), “Hadits di atas diriwayatkan oleh al-Bazzar dan para perawi hadits itu adalah para perawi yang shahih.”

Hadits di atas telah dishahihkan oleh al-Hafidz al-Suyuthi dalam kitab al-Mu’jizat wal Khashaish, begitu juga al-Qasthalani, yaitu orang yang mensyarahi al-Bukhari, dan al-Minawi telah menjelaskan dalam Faidl al-Qadir (juz 3 hal 401) kalau hadits di atas adalah shahih, begitu juga al-Zarqani dalam kitab Syarah al-Mawahib, karangan al-Qasthalani, dan al-Syihab al-Khafajy dalam Syarah al-Syifa (juz 1 hal 102), begitu juga al-Molla Ali Qari dalam Syarah al-Syifa (juz 1 hal 102) dan  dia berkata, “Hadits tersebut juga di-riwayatkan oleh al-Harits bin Usamah dalam musnadnya dengan sanad yang shahih.”

Ibn Hajar telah menyebutkan hadits di atas dalam al-Mathalib al-‘Aliyyah (juz 4 hal 22), dan hadits diatas juga telah datang dari jalan yang lain secara mursal dari Abu Bakar bin Abdillah al-Muzani, dan diriwayatkan oleh al-Hafidz Isma’il al-Qadli dalam juz as-Shalat ‘Ala al-Nabi saw, yang didalamnya Syeikh al-Albani berkata, “Hadits itu adalah hadits mursal dan shahih.” Hadits tersebut dishahihkan oleh al-Hafidz Ibnu Abdul Hadi beserta mempersulitnya dia dan memberatkannya dia dalam kitabnya al-Sharim al-Munky.

Jadi, hadits di atas adalah shahih tidak ada cacatnya dan hadits tersebut menunjukkan kalau Nabi saw mengetahui amal kita dengan diperlihatkannya amal kita kepada beliau dan beliau memintakan ampun kepada Allah untuk kita atas amal kejelekan yang telah kita lakukan. Jika memang seperti itu adanya, maka boleh bagi kita untuk bertawassul dengan beliau kepada Allah dan meminta tolong dengan beliau kepada Allah, karena beliau mengetahuinya lalu memberi pertolongan kepada kita dengan mendo’akan kita. Beliau adalah orang yang memberi syafaat dan diterima syafaatnya saw. Dalam al-Qur’an Allah telah menjelaskan kalau Nabi saw adalah saksi atas umatnya dan itu menuntut diperlihatkannya amal-amal mereka kepada beliau supaya beliau bisa menyaksikan apa yang beliau lihat dan beliau tahu.

Ibnu Mubarak berkata, “Telah bercerita kepadaku seorang lelaki dari Anshor dari al-Minhal bin Amr, dia mendengar Said bin al-Musayyab berkata, “Tidaklah dari hari kecuali pada hari itu umat akan diperiksakan kepada Nabinya pagi dan sore. Sehingga dia (Nabi) bisa mengetahui nama-nama mereka dan amal-amal mereka, karena itulah beliau menyaksikan mereka. Allah berfirman,

فَكَيْفَ اِذاَ جِئْناَ مِنْ كُلِّ اُمَّةٍ بِشَهِيْدٍ وَ جِئْناَ بِكَ عَلَى هَؤُلاَءِ شَهِيْداً
“Lalu bagaimana jika aku mendatangkan saksi dari setiap umat dan aku mendatangkan kamu atas mereka sebagai saksi.”

Diantaranya, dari Ammar bin Yasir ra, dia berkata, “Rasulullah saw berkata,

اِنَّ اللهَ وَكَّلَ بِقَبْرِي مَلَكاً اَعْطَاهُ اللهُ اَسْماَءَ الْخَلاَئِقِ فَلاَ يُصَلِّي عَلَيَّ اَحَدٌ اِلَى يَومِ الْقِيَامَةِ اِلاَّ اَبْلَغَنِي بِاسْمِهِ وَ اسْمِ اَبِيْهِ هَذاَ فُلاَنُ ابْنُ فُلاَنٍ قَدْ صَلَّى عَلَيْكَ
“Sesungguhnya Allah telah menguasakan malaikat kepada kuburku. Allah memberinya nama-nama makhluk. Jadi, tidak seorangpun yang bershalawat kepadaku hingga hari kiamat kecuali dia akan menyampaikannya kepadaku dengan namanya dan nama ayahnya, “Ini Fulan bin Fulan telah membacakan shalawat kepadamu.”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Bazzar dan Abu al-Syeikh Ibnu Hibban dengan lafal, “Rasulullah saw bersabda,

اِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى وَكَّلَ مَلَكاً اَعْكَاهُ اَسْمَاءَ الْخَلاَئِقِ فَهُوَ قَائِمٌ عَلَى قَبْرِي اِذاَ مِتُّ فَلَيْسَ اَحَدٌ يُصَلِّي عَلَيَّ صَلاَةً اِلاَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ صَلَّى عَلَيْكَ فُلاَنُ ابْنُ فُلاَنٍ قَالَ فَيُصَلِّي الرَّبُّ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى عَلَى ذَلِكَ الرَّجُلِ بِكُلِّ وَاحِدَةٍ عَشْراً
“Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala telah menguasakan malaikat yang Dia telah memberinya nama-nama makhluk. Dia berdiri diatas kuburku ketika aku sudah mati. Jadi tidak seorangpun yang bershalawat kepadaku kecuali dia akan berkata, “Hei Muhammad! Fulan bin Fulan telah bershalawat kepadamu.” Dia berkata, “Tuhan tabaraka wa ta’ala membacakan shalawat kepada orang itu setiap sekali dengan sepuluh kalinya.” (semisal hadits tersebut telah diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam al-Kabir). Dari al-Targhib juz 2 hal 500.

Diantaranya dari Amr bin al-Harits dari Said bin Abu Hilal dari Zaid bin Aimunin dari Ubadah bin Nasiyyi dari Abu al-Darda’, dia berkata, “Rasulullah saw bersabda,

اَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَومَ الْجُمْعَةِ فَإِنَّهُ مَشْهُودٌ تَشْهَدُهُ الْمَلاَئِكَةُ وَ اِنْ اَحَدٌ لَنْ يُصَلِّيَ عَلَيَّ اِلاَّ عُرِضَتْ عَلَيَّ صَلاَتُهُ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهاَ ... قَالَ قُلْتُ وَ بَعْدَ الْمَوتِ؟ قَالَ وَ بَعْدَ الْمَوتِ اِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ اَنْ تَأْكُلَ اَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ فَنَبِيُّ اللهِ حَيٌّ يُرْزَقُ
“Perbanyaklah kalian bershalawat kepada-ku dihari Jum’at karena akan disaksikan, malaikat menyaksikannya. Tidaklah seseorang membaca shalawat kepadaku kecuali akan di-perlihatkan kepadaku shalawatnya itu hingga dia selesai darinya…”). Perawi berkata, “Aku bertanya: Dan setelah kau meninggal?” Beliau menjawab, “Dan setelah aku meninggal. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bumi dari memakan jasad para Nabi. Jadi Nabi Allah masih hidup dan diberi rejeki.”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Maajah dalam al-Sunan dan dalam al-Zawaid hadist tersebut adalah shahih tetapi munqathi’ didua tempat karena periwayatan Ubadah dari Abu al-Darda’ adalah mursal, seperti yang dikatakan oleh al ‘Ala’i, dan periwayatan Zaid bin Aimunin dari Ubadah adalah mursal, seperti yang dikatakan oleh al Bukhari. (dari Sunan Ibnu Maajah hal 524)

Diantaranya dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Nabi saw bersabda,

مَا مِنْ اَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ اِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى اَرُدُّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ
“Tidaklah dari seseorang yang bersalam kepadaku kecuali Allah akan mengembalikan ruhku hingga aku menjawab salam dia.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud seperti yang telah dijelaskan dalam al-Targhib (juz 2 hal 499).

Syeikh Ibn Taimiyyah berkata, “Hadits di atas adalah atas syaratnya Muslim.” Dan dia berkata, “Dalam Musnad Ibnu Abu Syaibah dari Abu Hurairah, dia berkata, “Nabi saw bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ سَمِعْتُهُ وَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ نَائِياً بَلَّغْتُهُ
“Barang siapa bersholawat kepadaku, maka aku akan mendengarnya. Dan barang siapa bersholawat kepadaku dari jauh maka aku akan sampai kepadanya.” Hadits itu diriwayatkan oleh al Daruquthni.

Dan dalam al-Nasa’i dan lainnya dari beliau saw, beliau telah bersabda,

اِنَّ اللهَ وَكَّلَ بِقَبْرِي مَلاَئِكَةً يُبَلِّغُونِي عَنْ اُمَّتِي السَّلاَمَ
“Sesungguhnya Allah telah menguasakan malaikat kepada kuburku yang dia akan menyampaikan salam kepadaku dari umatku.”

Hadits-hadits lain yang menjelaskan permasalahan ini sangat banyak sekali. (Iqtidla’ al-Shirath al-Mustaqim hal 324).

a.        Nabi saw Menjawab Orang yang Menyerunya
Nabi saw akan menjawab orang yang menyeru beliau dengan berkata, “Wahai Muhammad!” Dalam haditsnya Abu Hurairah disisi Abu Ya’la dalam penyebutan Isa as,

وَ لَئِنْ قَامَ عَلَى قَبْرِي فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ لَأَجِيْبَنَّهُ
“Dan seandainya dia berdiri disisiku lalu menyeru, “Wahai Muhammad!” maka pasti aku akan menjawabnya…”

Hadits di atas disebutkan oleh al Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Mathalib al-‘Aliyyah (juz 4 hal 23).

  
b.       Memberi Salam Kepada Nabi Lewat Perantara
Dari Yazid al-Mahdi, dia berkata, “Ketika aku berpamitan kepada Umar bin Abdul Aziz, dia berkata, “Aku punya hajat kepada kamu.” Aku menjawab, “Ya Amirul Mukminin! Bagaimana mungkin kamu punya hajat kepadaku.” Dia berkata, “Aku yakin seandainya kamu mendatangi Madinah, maka pasti kamu akan melihat makam Nabi saw. Jadi, bacakanlah salamku kepada beliau.”

Dari Hatim bin Wirdan, dia berkata, “Umar bin Abdul Aziz menemui tukang pos yang akan pergi dari Syam ke Madinah, supaya dia membacakan dari-nya salam kepada Nabi saw.” Cerita itu disebutkan oleh al-Qadli ‘Iyadl dalam al-Syifa’ bab Ziarah (juz 2 hal 83).

Al-Khafaji dan al-Molla Ali Qari telah menyebutkan dalam Syarah al-Syifa bahwa cerita di atas diriwayatkan oleh Ibnu Abu al-Dunia dan al-Baihaqi dalam al-Syu’ab. Al-Khafaji berkata, “Termasuk kebiasaan ulama’ salaf adalah mereka mengirimkan salam kepada Rasulullah saw, dan Umar bin Abdul Aziz melakukannya dan mengirimkan salam kepada beliau saw, Abu Bakar dan Umar. Rasulullah saw, meskipun akan sampai kepada beliau salamnya orang yang bersalam kepada beliau dan meskipun jauh dari beliau, namun dalam perbuatan itu (: mengirimkan salam) terdapat fadlilah berucapnya dia disisi beliau dan menjawab-nya beliau pada salam dengan diri beliau sendiri.” (Dari Nasim al-Riyadl karangan al-Khafaji juz 3 hal 516). Cerita itu juga telah disebutkan oleh al-Fairuz Abadi dalam al-Shalat wal Basyar hal 153.

c.         Suara, Salam dan Adzan Terdengar dari Makam Nabi saw
Al-Imam al-Hafidz Abu Muhammad Abdullah al-Darimy meriwayatkan dalam kitab sunannya yang dihitung termasuk dalam kitab-kitab ushul hadits yang enam. Dia berkata, “Telah bercerita kepadaku Marwan bin Muhammad dari Sa’id bin Abdul Aziz, dia berkata, “Ketika dihari-hari yang sangat panas dimasjid Nabi saw tidak dilakukan adzan sebanyak tiga dan Sa’id bin al-Musayyab tidak berdiri dan bergeming dari masjid. Dia tidak mengetahui waktu shalat kecuali dengan deruman yang dia dengar dari makam Nabi saw lalu dia ingat maknanya.” Dari Sunan al-Darimy (juz 1 hal 44), dan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab telah menyalinnya dalam hukum mengharap kematian dalam Majmu’at kitab karangannya (juz 3 hal 47).

Riwayat di atas disalin oleh al Imam Majduddin al Fairuz ‘Abadi, pengarang al-Qamus fis Shalat wal Basyar hal 154, dan Ibrahim bin Syaiban berkata, “Aku berhaji kemudian aku mendatangi kota Madinah lalu aku menuju kemakam Nabi saw. Aku bersalam kepada beliau saw dan aku mendengar dari dalam makam, “Wa’alaikumussalam.”


Penguatan Ibnu Taimiyyah pada Kejadian Di atas
Ibnu Taimiyyah telah menyebutkan kejadian-kejadian di atas dalam sebuah pembahasan dia tentang Menjadikan makam sebagai masjid atau berhala yang disembah. Dia lalu berkata, “Tidaklah masuk dalam bab ini adalah apa yang telah diriwayatkan dari kaum yang mendengar jawaban salam dari makam Nabi saw atau makam-makam orang sholeh selain beliau. Dan sesungguhnya Sa’id bin al-Musayyab telah mendengar adzan dari makam dimalam-malam yang panas dan semisalnya.” (Iqtidla’ al-Shirath al-Mustaqim hal 373).


Kemudian dia berkata ditempat yang lain, “Begitu juga apa yang telah disebut-kan dalam karamah dan kejadian yang diluar kebiasaan yang ditemukan di-makam para Nabi dan orang-orang sholeh, seperti turunnya cahaya dan malaikat disisinya, menjauhnya setan dan binatang, tertolaknya api dari makam tersebut dan sesuatu yang menyandinginya, dan tersyafaatinya mayit yang bersanding dengannya, senangnya mayit di-kubur didekatnya, kenyamanan dan ketentraman, dan turunnya adzab kepada orang yang menghinanya. Jadi, semua itu adalah haq tidak termasuk dalam perkara yang sedang kita bahas. Dan apa yang ada dimakam para Nabi dan orang-orang sholeh adalah merupakan karamah Allah dan rahmat-Nya, dan kemuliaan yang mereka miliki disisi Allah melebihi apa yang telah disangka oleh kebanyakan orang, tetapi disini bukanlah tempat untuk memerincinya.” (Iqtidla’ al-Shirath al-Mustaqim hal 374).

No comments:

Post a Comment