SHALAT DAN IBADAH PARA NABI DI DALAM KUBUR



Diantara buah dari hidup di alam barzah adalah shalat mereka -para Nabi- didalam kuburnya dengan shalat yang hakiki bukan shalat yang khayali maupun mitsali. Telah datang banyak hadits yang menjelaskan permasalah itu, diantaranya dari Anas bin Malik, dia telah berkata, “Rasulullah saw bersabda,


اَلْأَنْبِيَاءُ اَحْيَاءٌ فِي قُبُورِهِمْ يُصَلُّونَ ...
“Para Nabi masih hidup didalam kuburnya. Mereka shalat”

Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan al-Bazzar, dan para perawi Abu Ya’la adalah para perawi yang bisa dipercaya seperti yang telah dijelaskan dalam Majma’ al-Zawa’id (juz 2 hal 211).

Al-Imam al-Hafidz al-Baihaqi berkata mengenai permasalahan itu dalam juz yang khusus, dalam satu riwayat dari Anas ra, dari Nabi saw, beliau bersabda,

اِنَّ الْاَنْبِيَاءَ لاَ يَتْرَكُونَ فِي قُبُورِهِمْ بَعْدَ اَرْبَعِيْنَ لَيْلَةٌ وَ لَكِنَّهُمْ يُصَلُّونَ بَيْنَ يَدَيِ اللهِ تعالى حَتَّى يُنْفُخُ فِي الصُّورِ
“Sesungguhnya para Nabi tidak mening-galkan kubur mereka setelah empat puluh hari, tetapi mereka shalat dihadapan Allah ta’ala hingga terompet atau sangkakala ditiup.”

Al-Baihaqi berkata, “Jika hadits itu sah dengan lafal itu, maka yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah –wallahu a’lam- mereka tidak meninggalkan kubur-nya dan tidak shalat kecuali kira-kira batas waktu tersebut, kemudian mereka shalat dihadapan Allah ta’ala.” Al-Baihaqi berkata, “Untuk hidupnya para Nabi setelah mereka meninggal maka sudah banyak sekali penyaksian dari hadits-hadits yang shahih.” Kemudian al-Baihaqi menyebutkan hadits dengan sanadnya,

مَرَرْتُ بِمُوسَى وَ هُوَ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ
“Aku melewati Musa dan dia sedang berdiri shalat didalam kuburnya.”

Dan hadits,

قَدْ رَأَيْتُنِي فِي جَمَاعَةٍ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ فَإِذاً مُوسَى قَائِمٌ يُصَلِّي وَ اِذاً رَجُلٌ ضَرْبٌ جَعْدٌ كَأَنَّهُ مِنْ رِكَالِ شِنْوَءَةَ وَ اِذاً عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَائِمٌ يُصَلِّي اَقْرَبُ النَّاسِ شِبْهاً عُرْوَةُ بْنُ مَسْعُودٍ الثَّقَفِي وَ اِذاً اِبْرَاهِيْمُ قَائِمٌ يُصَلِّي اَشْبَهُ النَّاسِ بِهِ صَاحِبُكُمْ يَعْنِي نَفْسَهُ فَحَانَتِ الصَّلاَةُ فَأَمَّمْتُهُمْ فَلَماَّ فَرَغْتُ مِنَ الصَّلاَةِ قَالَ قَائِلٌ لِي يَا مُحَمَّدُ! هَذاَ مَالِكٌ صَاحِبُ النَّارِ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ فَالْتَفْتُ اِلَيْهِ فَبَدَأَنِي بِالسَّلاَمِ
“Aku telah melihat diriku berada dalam kelompok dari para Nabi, kemudian Musa berdiri shalat. Ternyata dia adalah seorang lelaki yang kurus dan keriting seakan-akan dia dari orang Syinwa’ah. Lalu Isa bin Maryam berdiri shalat didekat orang-orang yang dia seperti ‘Urwah bin Mas’ud. Kemudian Ibrahim as berdiri shalat dan orang yang lebih mirip dengan dia adalah teman kalian ini (: artinya Nabi sendiri). Lalu waktu shalat telah tiba kemudian aku mengimami mereka setelah selesai dari shalat ada salah seseorang yang berkata kepadaku, “Hei Muhammad, ini adalah Malik, bersalamlah kepadanya.” Aku lalu menoleh kepadanya dan dia yang memulai memberi salam kepadaku.”

Aku berkata, “Hadits itu diriwayatkan oleh Muslim dari Anas (juz 2 hal 268) dan dikeluarkan oleh Abdur Razaq dalam al-Mushannaf (juz 3 hal 577).

Al-Baihaqi berkata dalam Dala’il al-Nubuwwah, “Dalam hadits shihih dari al-Sulaiman al-Taimy dan Tsabit al-Bunnani dari Anas bin Malik, Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda,

اَتَيْتُ عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ اُسْرِيَ بِي عِنْدَ الْكَثِيْبِ الْأَحْمَرِ وَ هُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ
“Aku mendatangi Musa dimalam aku di-isra’kan didekat bukit pasir yang merah dan dia sedang berdiri shalat didalam kuburnya …”

Aku berkata, “Hadits di atas adalah shahih yang diriwayatkan oleh Muslim (juz 2 hal 268).”

Sudah menjadi tetap dan keraguan tidak bisa diterima lagi bahwa sebab di-ringankannya shalat atas kita dari lima puluh waktu menjadi lima waktu adalah Musa as, padahal dia sudah meninggal dan dia telah menyampaikan risalah Tuhannya dan telah berpindah ke sisi-Nya ditempat yang mulia, tetapi dia yang menjadi sebab dalam menemukan kebaikan yang agung kepada umat Muhammad ketika dia meminta kepada Nabi saw supaya kembali kepada Tuhannya. Dia berkata, “Mintalah kepada Tuhanmu untuk meringankannya, karena umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya.” Lalu apakah kembalinya beliau adalah hakiki atau khayali? Apakah disaat terjaga atau tertidur? Apakah itu benar atau dusta dan Apakah Musa sudah meninggal atau masih hidup hingga waktu kembalinya Nabi kita?


Hadits-hadits di atas semua berada dalam al-Shahih dan telah disebutkan di depan tentang Musa as dan Isa as, begitu juga shalatnya mereka dengan berdiri dan mengimaminya Nabi saw kepada mereka. Tidak boleh diucapkan, “Kalau kejadian itu semua adalah mimpi, karena perkataan beliau, (“Telah memperlihatkan kepadaku”) adalah isyarat pada tidur,” karena kejadian isra’ dan yang mencocokinya terjadi disaat beliau terjaga menurut pendapat yang shahih yang diutarakan oleh kebanyakan ulama’ salaf dan khalaf. Kalau dikatakan beliau tidur, maka mimpinya para Nabi adalah haq atau benar, dan perkataan beliau, “Telah diperlihatkan kepadaku,” tidaklah menunjukkan kalau itu terjadi disaat beliau tertidur dengan dalil perkataan beliau, “Kamu telah memperlihatkan kepadaku,” itu terjadi disaat beliau terjaga seperti yang telah ditunjukkan oleh perkataan-perkataan yang lainnya.

No comments:

Post a Comment