MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH (TAMAT)


Manusia dengan segala kemampuannya adalah dinamis dan akan terus bergerak, gerakan  tersebut dapat positif dan bisa juga negatif. Apabila potensi gerakan tersebut diarahkan dan dipengaruhi oleh hal-hal yang positif, maka akan bergerak menuju kepada yang positif. Demikian  juga sebaliknya apabila tidak diarahkan kepada hal-hal yang positif, dibiarkan begitu saja tanpa arah, maka gerakan yang tanpa arah itu akan mudah mengarah kepada hal-hal yang negatif. 

Oleh sebab itu pengarahan kepada hal-hal yang positif atau amar ma’ruf mutlak diperlakukan. Karena dakwah secara psikologis adalah berupaya membangun manusia seutuhnya, membangun rohaniah manusia untuk menuju kesejahteraan hidup batiniah dan meningkatkan kehidupan jasmaniah manusia sebagai sarana untuk memperoleh kesejahteraan duniawinya. Konsep Islam mengajarkan kehidupan yang seimbang antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat (Sanwar, 1984: 5-6).

Dalam kehidupan berumah tangga, yang namanya masalah walaupun kecil harus diselesaikan, baik itu  masalah jasmani maupun rohani. Sebab setiap masalah mempunyai dampak yang tidak baik dan dapat merusak keutuhan rumah tangga, karena itu bimbingan konseling Islam dan dakwah sangat diperlukan dalam membina hubungan rumah tangga yang harmonis.

Pentingnya bimbingan dan konseling Islam adalah karena problematika masyarakat sekarang ini bukan saja menyangkut masalah materi, tetapi juga menyangkut masalah-masalah psikis. Kondisi seperti ini telah mengakibatkan semakin keringnya kerohanian manusia dari agama. Dari sinilah arti pentingnya bimbingan dan konseling Islam juga pentingnya dakwah, dengan dakwah perilaku kerohanian setiap insan dapat berubah dari rasa dahaga akan agama berganti dengan kesejukan rohani yang sehat, hal ini bisa dirasakan dari siraman dakwah itu. Inti dari dakwah terletak pada ajakan, dorongan, (motivasi) rangsangan, serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama, dengan penuh kesabaran demi keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah sendiri (Arifin, 2000: 6).

Pada dasarnya semua manusia mempunyai keinginan yang sama yaitu ingin hidup bahagia, tenang, tentram, selamat di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu pola hubungan dalam rumah tangga yang ditawarkan oleh Imam al-Nawawi bisa menjadi alternatif bahan bimbingan dan bahan berdakwah bagi para konselor maupun para da’i.

Konsep hubungan suami-isteri yang ditawarkan oleh Imam al-Nawawi dalam membentuk keluarga sakinah termasuk dalam materi dakwah (Maadatud Da’wah). Karena dakwah merupakan proses Islamisasi menuju diin yang kaffah, dengan mengajak manusia untuk menjalankan ajaran agama yang dibawa Muhammad SAW, maka konsep Imam al-Nawawi dalam membentuk keluarga sakinah adalah bagian dari materi yang harus disampaikan seorang da’i kepada mad’unya. Sebab Islam juga mengajarkan pola hubungan yang baik dan seimbang antara suami dan isteri dalam keluarga.


Sedangkan dalam pelaksanaannya  para da’i harus benar-benar mengerti dan memahami konsep dakwah yang ditawarkan oleh Imam al-Nawawi dalam membentuk keluarga sakinah, karena dalam kenyataannya para da’i sering memaknai konsep Imam al-Nawawi dalam dakwahnya secara tekstual dan bukan secara konteksual. 

Seorang da’i harus pandai-pandai memilah dan memilih mana yang cocok disampaikan dengan siapa dakwah itu disampaikan. Jangan sampai dalam penyampaian dakwahnya para da’i justru terjebak dalam permasalahan gender yang selama ini sangat marak dibicarakan dan diperjuangkan oleh kalangan feminis.

No comments:

Post a Comment