Imam
Ibnu Hajar pernah ditanya tentang kemana tempatnya ruh setelah ditanya? Dia
menjawab, “Ibnu Rajab telah menyebutkan bahwa ruh para Nabi akan berada disurga
illiyun yang paling tinggi, sebagai penguatnya adalah doa (“Ya Allah! Teman
yang mulia”).
Kebanyakan ulama’ telah menyebutkan bahwa ruh para syuhada’
akan berada didalam perut burung hijau yang bergantung di ‘arasy yang mereka
akan pergi kemanapun mereka mau, seperti yang telah dijelaskan dalam haditsnya
Muslim dan yang lainnya.
Ibnu
al Mubarak telah meriwayatkan dari Ka’ab, dia berkata, “Sesungguhnya surga
Ma’wa adalah surga yang didalam-nya terdapat burung hijau yang ruh para syuhada’
akan mengembala didalamnya pada pinggir sungai dipintu surga di kubah hijau
yang rejeki mereka akan keluar kepada mereka setiap pagi dan sore.”
Ibnu
Rajab berkata, “Mungkin itu adalah untuk orang awamnya syuhada’, sedangkan ruh para
syuhada’ yang ber-gantung dilentera dibawah ‘arasy adalah orang khususnya
syuhada’. Dan mungkin juga itu adalah untuk para syuhada’ akhirat, seperti
orang yang tenggelam dan semisalnya.”
Adapun
orang mukmin yang lainnya, maka imam Syafi’i telah menetapkan bahwa orang mukmin
yang belum sampai baligh akan berada di surga, dengan dasar hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud,
أَنَّ
أَرْواَحَ وِلْداَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي
أَجْواَفِ عَصَافِيْرَ تَسْرَحُ فِي
الْجَنَّةِ حَيْثُ
شَاءُوا فَتَأْوِي إِلَى
قَناَدِيلَ مُعَلََّةٍ بِالْعَرْشِ
“Sesungguhnya ruh anak-anak orang
mukmin akan berada didalam perut burung gereja yang burung itu akan mengembara
di-dalam surga kemanapun mereka mau lalu burung itu akan berteduh dilentera
dibawah arasy.”
Hadits
tersebut dikeluarkan oleh Ibnu Abu Hatim, dan sebagai penguatnya adalah hadits
yang telah diriwayatkan oleh Imam Muslim, (“Sesungguhnya dia –Ibrahim bin Rasulullah
saw- akan mempunyai dua orang yang menyusui dia yang akan menyempurnakan dalam
menyusuinya ketika didalam surga.”)
Adapun
ahli taklif, ada perbedaan pendapat. Imam Ahmad berkata bahwa ruh mereka berada
didalam surga ber-dasarkan hadits yang telah diriwayatkan dari Nabi saw,
نَسَمَةُ الْمُؤْمِنِ إِذَا ماَتَ
طاَئِرٌ يَعْلَقُ فِي شَجَرِ الْجَنَّةِ حَتَّى يُرْجِعَهُ اللهُ تعالى إِلَى
جَسَدِهِ حِيْنَ يَبْعَثُهُ
“Sesungguhya ruh orang mukmin ketika meninggal akan terbang dan
bergantung di pohon surga hingga Allah mengembalikan dia kedalam jasad mereka
ketika Dia membangkit-kan dia.”
Wahab
berkata, “Sesungguhnya ruh mereka akan berada didalam suatu tempat yang bernama
al-Baidlo’ di langit ke tujuh.”
Mujahid
berkata, “Sesungguhnya ruh mereka akan berada di atas kubur mereka selama tujuh
hari dari hari jasad mereka disemayamkan yang tidak akan ruh itu memisahkan
kuburnya.” Dia juga berkata, “Adapun bersalam kepada mereka, maka tidak
menunjukkan kalau ruh mereka masih berada didalam kubur mereka yang sudah
hancur, karena kubur para Nabi dan syuhada’ telah disalami sedangkan ruh mereka
berada disurga Illiyuun yang paling tinggi. Meskipun demikian, ruh mereka masih
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan jasadnya yang tidak akan bisa diketahui
bagaimana caranya melainkan Allah, dan sebagai dalilnya adalah hadits-hadits
yang sudah marfu’ dan dimauqufkan pada para sahabat, seperti Abu Dzarr dan
Abdullah bin Umar.”
Ibnu
Abu al-Dunia telah meriwayatkan dari Malik, “Telah sampai kepadaku bahwa ruh akan
dilepas yang dia akan pergi kemanapun dia mau.”
Dari
semua pendapat di atas, telah dititik-temukan oleh Ibnu Tarjuman dalam syarah Asma’ullah
al Husna. Dia berkata, “Nafs telah diciptakan dari sesuatu yang jisim telah
diciptakan darinya, yaitu ruhnya jisim. Dia ta’ala telah mnciptakan ruh
dari dalamnya perkara yang nafs tercipta darinya. Ruh bagi jisim adalah seperti
nafsu bagi jisim. Nafs adalah hijabnya jisim dan ruh adalah yang disifati
dengan hidup dan dengan menghidupkannya dan mematikannya Allah, artinya ruh
adalah sesuatu yang tenang, kecuali apa yang telah dikehendaki oleh Allah di hari
ketenangannya para ruh.
Jisim
akan disifati dengan mati hingga ruh datang kepadanya. Dan kematian jisim
adalah ketika ruh berpisah darinya. Ketika ruh hamba berpisah dari jisimnya,
maka dia akan dinaikkan. Jika dia adalah mukmin, maka akan dibukakan
pintu-pintu langit hingga dia akan naik kepada Tuhannya lalu dia disuruh untuk
bersujud kepada-Nya kemudian dia akan bersujud. Kemudian hakikat nafs-nya akan meraja-lela
dibawah, yaitu dari kuburnya, kemanapun yang dikehendaki oleh Allah, dan
hakikat ruh mereka akan merajalela diatas, yaitu dari langitnya dunia sampai
langit ketujuh, dalam kebahagiaan dan kenikmatan.
Oleh karenanya, Rasulullah
saw bertemu dengan Musa as berdiri di dalam kuburnya dengan shalat, dan beliau
juga bertemu dengan Ibrahim as berada dibawah pohon sebelum beliau naik ke langit
dunia, dan beliau juga bertemu dengan mereka berdua dilangit yang tinggi. Maka
itu adalah ruh mereka ber-dua dan yang dibawah adalah nafs mereka dan jasad
mereka didalam kubur-nya. Dan jika mayit itu adalah orang yang celaka, maka
langit tidak akan dibukakan untuknya. Dia akan dilemparkan dari atas ke bumi.”
Demikian
itu adalah perkataan yang sangat bagus dari orang yang agung yang bisa menghilangkan
penyanggahan al-Qurthubi yang diantara pegangan dia adalah hadits,
ماَ مِنْ اَحَدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ
أَخِيْهِ الْمُؤْمِنِ كاَنَ يَعْرِفُهُ فِي الدُّنْياَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ إِلاَّ
عَرَفَهُ وَ رَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ
“Tidaklah
dari seseorang yang melewati makam saudaranya yang mukmin yang dia telah
mengenalnya didalam dunia, lalu dia ber-salam kepadanya, melainkan saudaranya
itu akan mengenal dia dan dia akan menjawab salamnya.”
Karena
hadits di atas menunjukkan kalau ruh berada didalam kubur. Begitu juga hadits
dua pelepah kurma. Untuk menjawabnya, dengan mengambil dari keterangan di atas,
maka yang berada didalam kubur adalah hakikat nafs-nya yang masih behubungan
dengan ruh.
Al-Qurthubi
telah berkata, “Telah dikatakan bahwa ruh akan menziarahi makamnya setiap hari
Jum’at untuk selamanya, artinya ruh akan mengunjungi makamnya setiap hari
jum’at sampai datangnya hari kiamat. Oleh karenanya, maka disunnahkan untuk
menziarahi makam pada malam Jum’at, siangnya Jum’at atau paginya Sabtu.”
Ibnu
Rajab berkata, “Ibnu Abdul Barr telah mengunggulkan kalau ruh para syuhada’
akan berada didalam surga dan ruh selain mereka akan berada didalam kuburnya
yang mereka akan mengembara kemanapun mereka mau.”
Dan
sekelompok ulama’ berkata, “Sesungguhnya para ruh akan berkumpul disuatu tempat
di bumi seperti yang telah diriwayatkan dari Said bin al-Musayyab dari Abdullah
bin Umar, dia berkata, “Sesungguhnya ruh orang-orang mukmin akan berkumpul di al-Jabiyyah
(sebuah telaga), sedangkan ruh orang-orang kafir akan berkumpul didanau di
Hadlramaut yang bernama Barahut.”
Dan
dari Ibnu Abbas ra, Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda,
بَعْضُ
بُقْعَةٍ فِي
الأَرْضِ واَدٍ
بِحَضْرَ مَوْتَ
يُقَالُ لَهُ
بَرَهُوْتُ فِيْهِ
أَرْوَاحُ الْكُفاَّرِ وَ
فِيْهِ بِئْرُ
ماَءٍ يُرَى
فِي النَّهاَرِ أَسْوَدَ كَأَنَّهُ قَيْحٌ
يَأْوِي إِلَيْهاَ الْهَوَامُ
“Disebagian tempat di bumi terdapat jurang di Hadlramaut yang
bernama Barahut. Didalamnya terdapat ruhnya orang-orang kafir, dan didalamnya
terdapat sumur air yang akan dilihat pada siang hari warnanya hitam yang
seakan-akan airnya adalah nanah yang hewan akan mengungsi kesitu.”
Sufyan
berkata, “Kami telah bertanya kepada penduduk Hadlramaut tentang sumur itu lalu
mereka menjawab, “Tidak seorangpun yang mampu menginap di sumur itu pada malam
hari.”
Ibnu
Qutaibah berkata, “Al-Ashma’i telah menyebutkan dari seorang lelaki dari
penghuni Barahut, artinya tempat yang disitu terdapat sumur yang telah disebutkan
Nabi, dia berkata, “Kami telah menemukan bau dari sumur itu sangatlah busuk
dan sangat menyengat.” Kemudian aku bermukim disitu untuk beberapa saat lalu
datang kabar bahwa salah seorang pembesarnya orang kafir telah mati lalu aku
menjadi yakin kalau bau itu Adalah dari bau orang kafir itu.”
No comments:
Post a Comment