KEHIDUPAN ALAM BARZAH



Dari segi bahasa kata barzah berarti “pemisah”. Para ulama’ mengartikan alam barzah sebagai periode antara kehidupan dunia dan akhirat. Keberadaan disana memungkinkan seseorang untuk melihat kehidupan dunia dan akhirat. Kehidupan disana bagaikan keberadaan dalam dalam suatu ruangan terpisah yang terbuat dari kaca. Kedepan penghuninya dapat melihat hari kemudian, sedangkan ke belakang mereka dapat melihat kita yang hidup dipentas bumi ini.

Al-Qur’an telah melukiskan keadaan orang-orang kafir ketika itu dengan firman-Nya,

وَ حاَقَ بِآلِ فِرْعَونَ سُوءُ الْعَذَابِ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهاَ غُدُواًّ وَ عَشِياًّ وَ يَومَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلِ فِرْعَونَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“..Fir’aun beserta kaum pengikutnya dikepung oleh siksa yang amat buruk. Dan (nanti) pada hari terjadinya kiamat, (dikatakan kepada malaikat): “masukkan Fir’aun dan kaumnya kedalam adzab yang sangat keras.” (QS. al-Mu’min: 45-46)

Para syuhada’ ketika itu dilukiskan sebagai orang-orang yang hidup dan mendapatkan rejeki.

وَ لاَ تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلْ فِي سَبِيْلِ اللهِ أَمْواَتٌ بَلْ أَحْيآءٌ وَ لَكِنْ لاَ تَشْعُرُونَ
“Dan jangnlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Allah (bahwa mereka itu) mati. Sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al Baqarah: 154)

وَ لاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوا فِي سَبِيْلِ اللهِ أَمْواَتاً بَلْ أَحْياَءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Jangan sekali-kali menduga yang gugur dijalan Allah adalah orang-orang yang mati. Sesungguhnya mereka hidup disisi Tuhan mereka dan mereka memperoleh rejeki.” (QS. Ali Imran: 169)

Sementara orang memahami “ketidak-matian” atau “kehidupan mereka” dalam arti keharuman dan kelanggengan nama mereka di dunia. Kalau demikian, mengapa al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 159 di atas menyatakan “tetapi kamu tidak menyadarinya”? bukankah keharuman nama itu kita sadari? Kemudian apakah ganjaran “kekekalan nama” itu merupakan suatu keistimewaan? Bukankah ada yang gugur dan dikenal namanya secara harum, padahal hakikatnya ia tidak dinilai Allah sebagai syuhada’ karena kematian-nya bukan fi sabilillah? Apakah dengan demikian dipersamakan antara yang baik dan yang buruk? Disisi lain, bagaimana pula halnya dengan para syuhada’ yang tidak dikenal dan alangkah banyaknya mereka. Bukankah Allah menyatakan bahwa mereka hidup dan diberi rejeki? Kalau demikian apa rejeki mereka yang tidak dikenal itu? Apakah mereka tidak mendapatkannya? Kalau demikian di-mana keadilan Tuhan? 

Sudah banyak ayat yang telah dijadikan pijakan bagi adanya kehidupan yang dinamai dengan alam barzah, seperti surat al Baqarah ayat 28, surat al-Mu’min ayat 11, dan ayat-ayat yang lainnya. Memang ada sebagian orang yang berpegangan pada surat Yasiin ayat 52 yang menceritakan ucapan orang kafir pada saat ditiupnya sangkakala pertama yaitu:

يَاوَيْلَناَ مَنْ بَعَثَناَ مِنْ مَرْقَدِناَ
“Celakalah kami! Siapakah yang mem-bangkitkan kami dari tidur kami?”

Mereka menyatakan kalau ayat itu menginformasikan bahwa kaum kafir ketika itu merasa diri mereka tidur dan terhentak bangun dengan tiupan bunyi sangkakala itu. Jadi, dalih mereka selanjutnya adalah, “Kalau memang mereka tidur dan terhentak dengan tiupan sangkakala, maka bagaimana bisa dinayatakan bahwa ada kehidupan di alam barzah? Atau ada siksa dan nikmat kubur?

Jika kita telusuri lebih lanjut, maka pandangan itu bisa dipertimbangkan jika ayat itu berkata: “Siapakah yang membangkitkan kami dari tidur kami?” tetapi, redaksinya adalah “dari tempat tidur kami” yakni kubur. Disisi lain harus dipahami bahwa kubur yang dimaksud disini bukanlah sebidang tanah tempat jasad mereka dikuburkan, tetapi suatu alam yang kita tidak tahu persis bagaimana keadaannya. Kalaulah ayat di atas di anggap “tidak jelas maknanya” atau diistilahkan oleh para ulama’ dengan mutasyabihah, maka ayat-ayat yang lain yang maknanya cukup jelas (muhkam) –seperti sekian banyak ayat yang telah disinggungkan sebelum ini- dapat menjadi patokan untuk memahaminya.


Hadits-hadits Nabi saw pun –dengan kualitas yang beraneka ragam- amat banyak yang membicarakan tentang alam barzah, sehingga amat riskan untuk menolak keberadaan alam itu hanya dengan menggunakan satu atau dua ayat yang sepintas terlihat berbeda dengan keterangan-keterangan tersebut.

1 comment:

  1. alam barzah memang benar adanya, termasuk siksa kubur itu benar pula adanya,

    ReplyDelete