Ketika kita didzalimi atau merasa disakiti oleh seseorang, wajar
jika timbul dalam hati kita menggerutunya dan menahan amarah yang sedang memuncak. Di situlah peluang setan menggoda dan hawa nafsu yang
dituruti dan dibiarkan akan meredupkan cahaya dalam hati kita, hati nurani
berubah menjadi hati yang dzulmani.
Diam sejenak, tenangkan diri, lalu beristighfarlah...
"Astaghfirullah.... astaghfirullah... astaghfirullah." Lalu katakan
dalam diri kita: "Duhai betapa buruk prasangkaku. Lisan yang terucap
darinya hakikatnya dirangkai olehMu. Belum tentu dia buruk di sisiMu. Pasti dia
orang mulia... pasti orang mulia... pasti dia orang mulia. Perkenankanlah
kemuliaan itu Engkau anugerahkan jua padaku. Aamiin."
Tapi ingat, godaan setan dan hawa nafsu belum berhenti di situ.
Seringkali ketika kita melakukan hal di atas, setan akan membisiki:
"Betapa mulia dan bagusnya dirimu. Didzalimi dan disakiti tapi malah
berhusnudzan dan mendoakan kebaikan padanya. Hebat kamu!" Maka biasanya
timbullah rasa ujub, bangga terhadap diri sendiri.
"Istighfarku
masih butuh untuk diistighfari," kata Imam al-Ghazali Ra.
No comments:
Post a Comment