Sewaktu
Abu Thalhah SAW keluar dari rumah, anaknya yang sedang sakit keras
menghembuskan nafas terakhirmya. Akan tetapi istrinya Ummu Sulaiman tidak mengabarinya
saat pulang ke rumah dan tidak pula memperhatikan kepadanya penampilan orang yang
bersedih. Ia justru melakukan sebaliknya, ia merias dirinya dan mempersiapkan
makan malam untuk suaminya. Abu thalhah yang sudah lapar langsung menyantap hidangan
makanan malamnya.
Sesudah
itu saat melihat istrinya telah bersolek, bangkitlah birahinya dan langsung
menyetubuhi istrinya. Setelah semuanya itu berlangsung, barulah Ummu Sulaiman menceritakan
kepadanya dengan cara yang bijak lagi cerdas bahwa anaknya telah meninggal dunia. Pagi harinya Abu Thalhah menemui
Rasulullah SAW dan menceritakan kepadanya semua yang terjadi antara dirinya dan
istrinya. Rasulullah SAW pun mendo’akan keberkatan bagi keduanya dalam persetubuhannya
malam itu. Untuk itu, beliau SAW bersabda:
بَارَكَ
اللهُ لَيْلَتُكُماَ
“Semoga
Allah memberkahi malam hari yang telah kalian berdua jalani.”
Selang beberapa masa kemudian, lahirlah seorang bayi
yang diberi nama Abdullah oleh Nabi SAW dan berkat do’a Nabi SAW, setelah
anak itu dewasa dan telah menikah. Allah
memberikannya Sembilan orang anak yang semuanya hafal Al-Quran. Kisah ini seluruhnya
ada dalam Kitab Shahih Bukhari.[1]
Alangkah
bahagianya jika mempunyai seorang istri yang memiliki sifat yang sabar dan tabah lagi pintar, seperti istri Abu Thalhah yaitu Ummu Sulaiman, meskipun dia lebih mengetahui dulu bahwa anaknya telah tiada, sebagai
seorang wanita sekaligus ibu dari anak tersebut, menanggapinya dengan sabar dan tabah.
Tidak
dengan tangisan apalagi hingga menjerit-jerit menangisi kehilangan buah hati yang
dicintainya. Karena memang hal itu dilarang
oleh Islam menangisi keluarga yang meninggal hingga meronta-ronta, itu bisa diartikan
bahwa orang tersebut tidak ikhlas menerima takdir yang telah ditentukan. Ini
tidak dilakukan oleh Ummu Sulaiman.
Seorang
ibu atau wanita mana yang memiliki sifat dan sikap
yang sama dengan Ummu Sulaiman
pada zaman sekarang ini. Jika hal itu terjadi yang ada wanita sekarang menangis
dengan meronta-ronta seperti hanya dia yang ditimpakan cobaan yang sangat besar,
meskipun ada yang seperti Ummu Sulaiman itu merupakan hal yang jarang
ditemukan.
Memang
ajaran agama kita mengajak pada hal yang baik, dimana kita untuk memilih pasangan
hidup baik pria maupun wanita mendahulukan pilihan yang memiliki agama yang kuat
dulu, dari pada yang kaya, cantik atau keturunan yang berkuasa. Syukur-syukur bisa
mempunyai semua criteria tersebut.
[1] Jamaal Abdur
Rahman, Tahap Mendidik Anak Teladan Rasulullah, (Bandung: Irsyad Baitus Salam,
2010), hlm, 34.
No comments:
Post a Comment