Pada
awalnya, ada irama. Irama darah
yang mengalir menyentak-nyentak beraturan di seluruh tubuh sang
ibu, desahan napasnya ketika menghirup dan mengembuskan napas tanpa henti, diselingi
bunyi-bunyi bernada bas yang dalam, gerak cairan di dalam rahim, dan di latar
depan, yang hampir mengalahkan semua bunyi lain, degup jantung sang ibu yang terus
berpacu tak kenal lelah.
Waktu
terus berlalu, juga di dalam dunia yang belum mempersoalkan konsep waktu ini. Kemudian,
pada suatu hari, sebuah suara baru muncul: bunyi bergetar tajam bernada tinggi,
tawa renyah seorang wanita. Setelah itu,
hanya berselang satu detik, sebuah
suara lain bergabung, kali ini lebih rendah
dan terasa lebih jauh tetapi sama-sama mengandung daya tarik yang kuat.
Selanjutnya,
entah berapa menit, berapa jam,
atau berapa hari
kemudian, sebuah vibrasi musik tunggal dan indah menyeruak menembus
dinding rahim. Bunyi tadi berasal dari sebuah biola, dan bunyi-bunyi lain
datang seperti air bah yang menyusul yang pertama-ada yang keras memekakkan, ada
yang menenangkan, namun ada pula yang hampir tak terdengar-masing-masing saling
terhubung menjadi satu seperti sebuah rantai emas, menghubungkan makhluk kecil
yang kini telah mendengar secara aktif itu dengan dunia luar.[1]
Itu
merupakan sebuah gambaran ketika kita masih dalam kandungan, hal pertama yang
kita dengar setelah ruh dipasang pada
jasad kita yang masih berada dalam kandungan, hal yang pertama yang
didengar adalah aliran darah dan desah nafas ibu, itu hal pertama yang
didengarkan hampir semua bayi dalam kandungan.
Sampai waktu berlalu secara aktif bayi dalam kandungan
mendengarkan suara dari luar. Namun pada buyi suara musik tidak semua bayi mendengarkan, karena
itu merupakan sebuah stimulasi yang diberikan
dari orang tua
kepada bayinya, dengan harapan dapat menenangkan dan meningkatkan kecerdasan bayi. Itu yang didapatkan oleh
kompopser terkenal yaiu Mozart ketika dia masih berada dalam kandungan
ibunya.
Musik
yang diperdengakan anak dalam kandungan juga bukan sembarang musik, musik yang diperdengarkan
pada anak dalam kandungan jenis musik
klasik. Prof. Suzuki, seorang pakar
musik dari jepang. Ia bahkan melakukan percobaan terhadap dua kelompok ibu
hamil. Pada satu kelompok diperdengarkan musik klasik, dan pada kelompok lainnya
diperdengarkan bukan musik klasik. Hasilnya, anak-anak yang ketika dalam
kandungan diperdengarkan musik klasik, akan belajar musik lebih cepat
dibandingkan anak-anak yang tidak.[2]
Tidak semua musik dapat diperdengarkan pada bayi pranatal, hanya musik-musik tertentu yang dapat diperdengarkan pada bayi dan memiliki kemampuan untuk meningkatkan kecerdasan anak prenatal, hanya musik klasik yang dapat dan
telah dibuktikan khasiatnya. Ada juga musik yang malahan memberi dampak negatif
bagi perkembangan bayi.
No comments:
Post a Comment