Organisasi
kesehatan dunia (WHO, 1959) memberikan kriteria jiwa atau mental yang sehat
sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, psikiater, sebagai
berikut:
a. Dapat menyesuaikan diri secara
konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
b. Memperoleh kepuasan dari hasil
jerih payah usahanya.
c. Merasa lebih puas memberi dari pada
menerima.
d. Secara relatif bebas dari rasa
tegang dan cemas.
e. Berhubungan dengan orang lain
secara tolong menolong dan saling memuaskan.
f. Menerima kekecewaan untuk
dipakainya sebagai pelajaran untuk di kemudian hari.
g. Menjuruskan rasa permusuhan kepada
penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
h. Mempunyai rasa kasih sayang yang
besar.[1]
WHO
(1984) telah menyempurnakan batas kesehatan dengan menambahkan satu elemen
spiritual (agama). Dengan masuknya aspek agama, seperti keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan, dalam kesehatan jiwa maka pengertiannya terasa luas karena sudah
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Aspek agama dalam perumusan kesehatan
jiwa harus masuk, karena agama memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia.
Agama merupakan salah satu kebutuhan psikis manusia yang perlu dipenuhi oleh
setiap orang yang merindukan ketenteraman dan kebahagiaan. Kebutuhan psikis
manusia akan keimanan dan ketakwaan kepada allah tidak akan terpenuhi kecuali
dengan agama. Oleh karena prinsipnya dimensi keimanan dan ketakwaan dalam
kesehatan jiwa, maka ada di antara ulama Islam yang mengartikan kesehatan jiwa
itu dengan keimanan dan ketakwaan.[2]
Untuk
mengetahui bagaimanakah jiwa yang sehat menurut pandangan Islam, Allah SWT
telah memberikan berbagai petunjuk. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa ayat
Al-Qur’an yang banyak menerangkan tentang jiwa yang sehat di antaranya dalam
surat Al-Fajr: 27-28.
“Hai
jiwa tenang, kembalilah kepada Tuhan-mu dengan hati yang puas lagi diredhai-Nya”.
(Al-Fajr/ 89: 27-28)[3]
Selain
ayat di atas, Allah SWT juga berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat: 28.
“(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
kepada Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.”
(QS. Ar-Rad/13: 28).[4]
Di
balik keanekaragaman konsep mengenai kesehatan jiwa, beberapa ahli mengemukakan
semacam orientasi umum dan pola-pola kesehatan jiwa. Saparinah Sadli, guru
besar Fakultas UI, mengemukakan tiga orientasi dalam kesehatan jiwa, yakni:
a. Orientasi klasik: seseorang
dianggap sehat bila ia tidak mempunyai kelakuan tertentu, seperti ketegangan,
rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tak berguna, yang semuanya
menimbulkan perasaan “sakit” atau “rasa tak sehat” serta mengganggu efisiensi
kegiatan sehari-hari aktivitas klasik ini banyak dianut di lingkungan
kedokteran.
b. Orientasi penyesuaian diri:
seseorang dianggap sehat secara psikologis bila ia mampu mengembangkan dirinya
sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya.
c. Orientasi pengembangan potensi:
seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan
untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh
orang lain dan dirinya sendiri.[5]
Prof.
Dr. Hamka mengemukakan bahwa kesehatan jiwa memerlukan empat syarat, yaitu:
1. Syaja’ah :
Berani pada kebenaran, takut pada kesalahan
2. Iffah :
Pandai menjaga kehormatan batin.
3. Hikmah : Tahu
rahasia dari pengalaman kehidupan
4. Adalah : Adil
walaupun kepada diri sendiri.[6]
Peranan
ajaran Islam demikian dapat membantu orang dalam mengobati jiwanya dan
mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kondisi kesehatan mental.
Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam orang dapat pula
memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa atau kesehatan mental.
Berikut
ini indikasi-indikasi kesehatan jiwa dalam Islam:
a. Sisi spiritualitas: adanya keimanan
kepada Allah, konsisten dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya, menerima takdir
dan ketetapan yang telah digariskan oleh-Nya, selalu merasakan kedekatan kepada
Allah, memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan cara yang halal dan selalu
berdzikir kepada Allah.
b. Sisi sosial: cinta kepada orang
tua, anak dan pasangan hidup, suka membantu orang-orang yang membutuhkan
amanah, berani mengatakan kebenaran, menjauhi segala hal yang dapat menyakiti manusia
dan mampu bertanggung jawab sosial.
c. Sisi biologis: terhindarnya tubuh
dari segala bentuk penyakit dan juga cacat fisik dengan adanya pemahaman akan
selalu menjaga kesehatan tubuh dengan tidak membebaninya dengan suatu tugas
yang tidak sesuai dengan kemampuannya.[7]
[1] H. Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental,
PT. Dana Bhakti Primayasa, Yogyakarta, 1999, hlm. 12-13.
[2] Yahya Jaya, Spiritualisasi
Islam: Dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan Jiwa, CV. Ruhama,
Jakarta, 1994, hlm. 77.
[3] Depag RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, Terj. Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, CV. Toha Putra,
Semarang, 1989, hlm. 1059.
[4] Ibid, hlm. 373.
[5] Saparinah Sadli, “Pengantar
dalam Kesehatan Mental”, dan Hanna Djumhana Bastaman, Psikologsi dengan Islam
menuju Psikologi Islam, , Pustaka Pelajar, 1997, hlm. 132.
[6] Hamka, Tasauf Modern, Pustaka
Panji Mas, Jakarta, 1996, hlm. 154.
[7] Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling
Terapi, Terj. Sari Marulita, Lc., Gema Insani Press, Jakarta, 2005, hlm. 450.
INGIN CEPAT JADI JUTAWAN YUK MARI GABUNG SEKARANG JUGA
ReplyDeleteKharismaPokerMenjadiSitusBandarQOnlineTerprcayaIndonesia
Promo yang diberikan :
Minimal DP dan WD Rp. 20.000.
Support bank lokal : BCA, BNI, BRI, MANDIRI, dan DANAMON.
Bisa dimainkan di iPhone, Android, PC / Laptop.
Online 24 jam setiap hari meskipun hari libur nasional.
Link Alternatif Kharismapoker :
www.khpk288.net
www.kharismapkr.com
www.kharismaqiu.com
CS nya yang ramah , siap melayanani anda 24 jam
Bonus REFERRAL 20% setiap minggunya (seumur hidup)
Bonus CASHBACK 0.3- 0,5% setiap hari
Contact resmi kharismaPoker :
Telp :+85588278896
BBM;dc7cdd80
WA: +85588278896
yang koment sebelum saya salah kamar kayak nya ya
ReplyDeleteMirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
ReplyDelete