Kalimah
isim ada dua bentuk, yaitu isim jamid dan isim musytaq. Isim jamid adalah
kalimah isim yang tidak diambil dari kalimah fi’il, seperti (حَجَرٌ), (سَقَفٌ) dan (دِرْهَمٌ). Termasuk
dalam golongannya isim jamid adalah masdarnya fi’il tsulatsi yang selain masdar
mim, seperti (عِلْمٌ) dan (قِرَاءَةٌ).[1]
Isim
musytaq adalah isim yang diambil dari kalimah fi’il, seperti (عَالِمٌ), (مُتَعَلِّمٌ), (مِنْشَارٌ), (مُجْتَمِعٌ), (مُسْتَشْفَى), (صَعْبٌ) dan (أَدْعَجُ).
Kalimah
isim yang musytaq ada sepuluh, yaitu isim fa’il, isim maf’ul, sifat
musyabbahat, mubalaghah isim fa’il, isim tafdlil, isim zaman, isim makan,
masdar mim, masdarnya fi’il selain fi’il tsulatsi mujarrad dan isim alat.
Kalimah
isim ada yang mutamakkin, yaitu isim mu’rab, dan ada yang ghairu mutamakkin,
yaitu isim mabni.
Isim
yang musytaq pastilah mutamakkin, karena semua isim yang musytaq adalah mu’rab.
Sedangkan isim jamid, ada yang mutamakkin dan ada yang ghairu mutamakkin,
karena ada dari isim jamid yang mu’rab dan ada yang mabni.
Isim
yang ghairu mutamakkin (: yaitu isim yang mabni) tidak mempunyai keadaan untuk
ditashrif, karena terkadang dia hanya terbuat dengan satu huruf, seperti ta’
dlamir, atau dua huruf, seperti (هُوَ) dan (مَنْ), atau tiga
huruf, seperti (كَيْفَ) dan (إِذَا), atau lebih, seperti (مَهْماَ) dan (أَيَّانَ). Sedangkan
isim mutamakkin adalah yang menjadi sasarannya tashrif.
[1] Adapun masdarnya fi’il tsulatsi mazid dan masdarnya
fi’il ruba’i, baik mujarrad atau mazid, maka tidak termasuk dalam kategori isim
jamid, karena masdar tersebut terbuat dari fi’il madlinya, sehingga masdarnya
musytaq atau terbuat dari fi’il madlinya. Begitu juga masdar mim, maka dia
adalah musytaq dengan menambahkan mim pada permulaannya.
No comments:
Post a Comment