Huruf jer terkadang dibuang secara
qiyasi di enam tempat, yaitu :[1]
a. Sebelum (أَنْ), seperti (وَ عَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ) dengan penakdiran (لِأَنْ
جَاءَهُمْ).
b. Sebelum (أَنَّ), seperti (شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ) dengan penakdiran (شَهِدَ اللهُ
بِأَنَّهُ).
Perlu diketahui, kebolehan membuang
huruf jer sebelum (أَنْ) dan (أَنَّ) adalah jika
diamankan dari adanya kesamaran dengan membuang huruf jer tersebut. Namun, jika
tidak di-amankan dari terjadinya kesamaran, maka tidak diperbolehkan membuang
huruf jer, seperti (رَغِبْتُ أَنْ
أَفْعَلَ) karena adanya kemusykilan makna setelah huruf jer dibuang
sehingga orang yang mendengar tidak akan mengerti maksud dari mutakallim.
c. Sebelum (كَيْ), yang bisa menshabkan fi’il
mudhari’, seperti (فَرَدَدْناَهُ اِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقِرَّ عَيْنُهاَ) dengan penakdiran (لِكَيْ تَقِرَّ).
d. Sebelum lafal Jalalah dalam qasam, seperti (اللهِ لَأَخْدِمَنَّ الْأُمَّةَ خِدْمَةً صَادِقَةً) yang artinya (وَ اللهِ).
e. Sebelum mumayyaznya (كَمْ) istifhamiyyah, ketika ada huruf
jer yang masuk pada mumayyaz, seperti (بِكَمْ
دِرْهَمٍ اشْتَرَيْتَ هَذَا الْكِتَابَ؟) dengan penakdiran (بِكَمْ مِنْ
دِرْهَمٍ), namun
menurut lughat yang fasih adalah dengan membaca nashab.
f. Setelah kalam yang mengandung huruf jer semisalnya, yaitu
berada di lima tempat :
1) Setelah jawabnya istifham, seperti kita mengucapkan (مِمَّنْ أَخَذْتَ الْكِتَابَ؟) kemudian dijawab (خَالِدٍ) dengan penakdiran (مِنْ خَالِدٍ).
2) Setelah hamzah istifham, seperti kita mengucapkan (مَرَرْتُ بِخَالِدٍ) kemudisn ditanyakan (أَ خَالِدٍ
ابْنِ سَعِيْدٍ؟ ) dengan
penakdiran (أَ بِخَالِدِ بْنِ سَعِيْدٍ؟).
3) Setelah (إِنْ) syarthiyyah, seperti kita
mengatakan (إِذْهَبْ بِمَنْ شِئْتَ إِنْ خَلِيْلٍ وَ إِنْ حَسَنٍ) dengan penakdiran (إِنْ بِخَلِيْلٍ وَ إِنْ بِحَسَنٍ).
4) Setelah (هَلاَ), seperti kita mengatakan (تَصَدَّقْتُ بِدِرْهَمٍ) kemudian ada orang yang bilang (هَلاَ دِيْنَارٍ) dengan penakdiran (هَلاَ
تَصَدَّقْتَ بِدِيْناَرٍ).
5) Setelah huruf ‘athaf yang disertai dengan lafal yang sah
bila lafal itu dijadikan jumlah seandainya huruf yang dibuang diperlihatkan,
seperti perkataan kita (لِخَالِدٍ
دَارٌ وَ سَعِيْدٍ بُسْتاَنٌ) dengan penakdiran (وَ
لِسَعِيْدٍ بُسْتاَنٌ).
No comments:
Post a Comment