Beberapa tanda-tanda seseorang yang khusyu yaitu:[1]
1) Gemetarnya hati
Yaitu ketika mendengar ayat-ayat Allah, sifat-sifat-Nya, keagungan-Nya, Kekuasaan-Nya, dengan spontan timbul rasa takut dalam hatinya. Besarnya rasa takut ini kemudian berakibat hatinya gemetar. Inilah tanda-tanda orang mukmin yang sejati.
Maksud dari hati gemetar di atas, bukan berarti takut, stres, deg-degan, atau hal-hal yang bersifat negatif. Melainkan begitu dekatnya hati kepada Allah SWT, sehingga ketika melihat, mendengar dan merasakan segala kekuasaan Allah, hati akan terasa kecil dan hina. Hal ini akan dapat mendorong hati untuk lebih dekat, akrab, hangat dalam mendekatkan diri pada Tuhannya.
2) Reaksi fisik
Perasaan khusyu’ pada diri seorang hamba yang beriman bisa membuat adanya reaksi fisik tertentu, seperti kulitnya merinding. Perasaan merinding juga dikarenakan hati terasa begitu dekat pada Allah SWT.
3) Tangisan
Ekspresi kekhusyu’an seorang hamba dengan tangisan atau cucuran air mata, nampaknya bisa menambah kedekatan hamba kepada Tuhannya. Hal inilah yang dicatat dalam Al-Qur’an surat al-Isra ayat 109 sebagai berikut,
و يخرون للأذقان يبكون و يزيدهم خشوعا
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu.
Ekspresi kekhusyu’an dengan tangisan di atas, merupakan suatu penghayatan dari hati dalam bertutur kata, bersikap, bertingkah laku selama hidup. Semuanya itu dipertaruhkan dihadapan Allah, oleh sebab itu seseorang akan merasa hina dihadapan-Nya, karena hanya Allah lah yang paling sempurna.
4) Ketenangan.
Kekhusyu’an seorang hamba dapat dilihat dari fisiknya yang tenang dan jiwanya yang tenang dalam beribadah. Ketenangan tersebut merupakan keikhlasan seseorang dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.
Shalat merupakan ibadah yang paling fundamental dalam Islam. Ia bukan sekadar kewajiban bagi setiap Muslim, tetapi (seharusnya) merupakan kebutuhan manusia secara spiritualitas. Shalat berasal dari kata shalla-yushalli-shalat-shilat, yang berarti hubungan. Dalam konteks sufisme, shalat berarti adanya keterjalinan atau hubungan vertikal antara makhluk dan Khalik, antara hamba dan Tuhannya. Shalat merupakan wahana untuk mendekatkan diri pada Tuhan, ber-taqarrub kepada Allah SWT, penguasa jagat raya ini. Oleh karena itu, seorang Mukmin yang benar-benar shalat, jiwanya tenang dan pikirannya lapang.[2]
Rasa khusyu’ dalam shalat tidak hanya di lakukan dalam hati saja, tetapi seluruh aktivitas fisik ketika shalat pun harus betul-betul mengekspresikan hati yang khusyu’. Karena, khusyu’ tidaknya anggota badan bisa mempengaruhi rasa kekhusyu’an hati. Bahkan khusyu dan tidaknya hati seseorang ketika melaksanakan shalat, bisa dilihat dari anggota badannya. Misalnya orang yang memainkan jenggotnya ketika shalat, itu adalah salah satu bukti keterkaitan antara hati dengan anggota badan.[3]
Keterangan-keterangan lain yang menguatkan bahwa rasa khusyu’nya hati akan dipengaruhi sikap tenangnya anggota badan ketika melaksanakan shalat, bisa dilihat dalam surat al-Mukminun ayat 1-2, Ayat ini berbunyi:
قد أفلح المؤمنون الذين هم في صلاتهم خاشعون
Beruntunglah orang-orang yang beriman (mukmin), yaitu mereka yang khusyu’ dalam shalatnya.
Kesimpulan maksud khusyu’ dalam ayat di atas, bisa kita lihat pada penjelasan Ibnu ‘Abbas. Ia menjelaskan bahwa yang di maksud dengan khusyu’ pada ayat di atas mencakup dua aspek: pertama, rasa takut dan rendah hati dalam hati; kedua, tenangnya seluruh anggota badan (termasuk pandangan matanya).[4]
Meskipun secara batin tidak bisa dipastikan apakah seseorang khusyu’ atau tidak dalam shalatnya, tetapi ini bisa dilihat dari sikap dzahirnya. Dengan sikap dzahir ini, dapat dilihat bahwa seorang sedang shalat dengan khusyu’. Dalam hal ini, al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hilali, menuturkan, bahwa sifat-sifat shalat khusyu di antaranya:
1) Meletakkan tangan kanan pada tangan kiri saat berdiri sebelum rukuk.
Sikap seperti itu menunjukkan bahwa shalat seseorang khusyu’. Tindakan seperti itu menunjukkan ketundukan dihadapan Allah Swt.
2) Seluruh anggota tubuh (fisik) thumakninah (tenang) dalam setiap gerakan.
Sikap yang tenang dalam shalat mengandung arti bahwa setiap gerakan shalat dilakukan dengan tidak terburu-buru. Semua gerakan shalat dilakukan dengan sempurna. Karena dengan ketenangan akan mudah untuk mendapatkan rasa khusyu’.
3) Hati menghadap hanya kepada Allah Swt tidak kepada selain-Nya Hal ini dapat dipahami dengan dua keadaan:
Pertama, hati tidak berpaling kepada Allah Swt, dan mengosongkan hati dari semua hal selain aktivitas shalat.
Kedua, hati dan penglihatan mata tidak berpaling ke kanan dan ke kiri. Pandangan mata tertuju ketempat sujud, sedang hati menghadap kepada Allah Swt.
4) Rukuk, dengan menunjukkan ketundukan dan kepatuhan disertai dengan ketundukan hati kepada Allah Swt.
5) Sujud dengan menundukkan kepala sejajar dengan bumi sebagai bukti ketaatan dan kepatuhan.
Ketika seseorang yang shalat merendahkan kepala yang menjadi anggota badan paling mulia dan sejajar dengan kaki serta muka mencium bumi, pada saat itulah manusia harus menyadari bahwa ia sangat hina dan tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan kekuasaan dan keagungan Allah Swt. Lebih dalam lagi, manusia harus menyadari juga bahwa dulu ia diciptakan Allah dari tanah, maka ia pun akan kembali dikubur dalam tanah.
6) Mensifati Allah dengan sifat yang agung.
Selain dengan sikap rukuk dan sujud, kekhusyu’an seorang hamba kepada Allah disempurnakan dengan ungkapan pujian yang menunjukkan kemuliaan, kebesaran, keagungan, dan ketinggian sifat-sifat-Nya.[5]
Dengan demikian segala aktivitas yang dilakukan dalam ibadah shalat tidak ada yang sia-sia. Namun mengandung makna dan manfaat terhadap jasmani dan rohani untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
[1] Abdullah Syafi’i dan Juhdi Rifai, Op. Cit., hlm. 45
[2] Forum Suara Muslim, Hakikat Shalat, http://www.googl.com. hlm,1.
[3] Abdullah Syafi’i dan Juhdi Rifai, Meraih Nikmat Shalat Khusyu’, (Jakarta: Alifbata, 2006), hlm. 53
[4] Ibid., hlm. 54
[5] Ibid., hlm, 55-63
terus gimana cara Sholat khusyuk min masih sering mikirin anu
ReplyDelete