QIYAMULLAIL MEMBENTUK MENTAL POSITIF

MUNAJAT
Manusia selalu dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang terjadi mulai pagi hingga petang. Permasalahan itu mengendap di dalam memori otak, bila dibiarkan dan tidak bisa dipecahkan maka akan menjadikan depresi, terjadi kesuntukan-kesuntukan yang berpengaruh terhadap jiwa. Akhirnya jiwa kita tidak sehat dan berdampak pula terhadap kesehatan fisik.
Dalam Islam telah diberikan cara untuk mengembalikan memori otak menjadi segar bugar setelah sepanjang hari dipakai untuk berpikir, yaitu dengan ber-qiyamullail. Seseorang akan ber-latih mengendapkan pikiran sehingga mendapat jiwa yang jernih setelah ber-qiyamullail. Karena suasana sunyi, udara segar, seseorang duduk menyendiri dan bermunajat kepada Tuhannya. Segala permasalahan yang dihadapi diadukan kepada Tuhannya. Maka secara disadari atau tidak kita akan menemukan jalan keluar dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, qiyamullail dianggap sebagai latihan (riyadhah) untuk membebaskan jiwa dari segala penyakit dan tekanan. Abu Hasan an-Nadwi berpendapat bahwa penyucian jiwa dengan ber-qiyamullail, berdakwah pada kebaikan dan memahami batin adalah termasuk cabang yang paling utama dari sifat Nabi.[1]
Sesungguhnya ketahanan mental dan kebersihan jiwa manusia dapat dibentuk melalui latihan-latihan (riyadhah). Riyadhah yang paling utama dan paling baik adalah dengan ber-qiyamullail. Orang-orang shalih jaman dahulu memiliki semangat jihad dan keikhlasan tinggi. Turun di medan perang tidak cukup hanya dengan mengandalkan kekuatan tubuh jika tidak didukung dengan semangat dan keikhlasan.
Qiyamullail dapat membentuk jiwa ikhlas berkorban di jalan Allah, mempunyai dorongan untuk bersedekah, menyantuni anak yatim dan fakir miskin dan perbuatan baik lainnya. Sungguh sangat berbeda orang yang ahli ber-qiyamullail dan yang tidak. Orang yang mempunyai mental dan keikhlasan hati, ia tidak akan mudah putus asa dalam menghadapi segala bentuk kehidupan. Namun, selalu berpengharapan baik dan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang utama bagi dirinya. Rasulullah mewariskan ajaran agama berupa shalat qiyamullail untuk penggemblengan mental. Mengapa tidak kita manfaatkan? Oleh sebab itu, bagi orang-orang yang telah merasakan hasil dari shalat malam, maka ia menjadi tergila-gila untuk terus melakukannya. Mereka me-rindukan malam untuk segera datang sehingga ia bisa berjumpa dengan Allah melalui ibadahnya.
Dari berbagai manfaat qiyamullail di atas, dapat diambil pelajaran bahwa qiyamullail akan membentuk pribadi yang tawadhu’, tidak sombong dan mental seseorang untuk giat beribadah dan bekerja dalam hidup di dunia dan mencari bekal untuk hidup di akhirat. Karena setiap malam selalu berhadapan langsung dengan Allah Swt ketika sedang melakukan shalat malam dan bermunajat memohon ampunan dari Allah.[2]


[1] Abu Fajar al-Qalami, Misteri Qiyamul Lail dan Shalat Subuh, (Gita Media, tth.), hlm. 107.
[2] Muhammad Muhyidin, Menagih Janji Tahajjud; Rahasia-rahasia Keagungan Fadhilah Tahajjud yang Belum Terungkap, (Yogyakarta: Diva Press, 2007), Cet. II, hlm. 185.






No comments:

Post a Comment