Perjalanan hidup dan kehidupan Nabi Muhammad saw, sejak beliau hadir di
muka bumi ini hingga wafatnya, semuanya merupakan histori ketuhanan, suri
tauladan, sumber segala ilham, inspirasi atau rahmat. Segala aktivitas beliau
baik yang berkaitan dengan problema umat atau masyarakat, keluarga atau pun
individu, atau problema sosial, kesemuanya dapat beliau atasi secara gemilang
dan tuntas
Dalam perspektif spiritual atau analisis esensi makrifati, histori kehidupan
rasulullah saw, baik dalam tatanan kehidupan duniawi (material) dan lebih-lebih
kehidupan ukhrawi (spiritual) memancarkan nur rahmat kepada sekalian alam, alam
bumi maupun alam langit, alam lahir maupun alam batin.
Kekuatan dan kekokohan
beliau dalam menegakkan panji-panji Islam berada dalam rahasia atau esensi kehidupannya.
Reputasi itu semata-mata diperoleh karena kesuksesan beliau dalam menghadirkan
diri bersamaan dengan hak-hak Allah Ta’ala, dan wahyu-wahyuNya adalah budi
pekerti Rasul saw.
Menurut pendapat Muh. ‘Ali Ash Shabuni dalam karyanya An-Nubuwah Wal
Anbiya’ makna atau fungsi diutusnya para rasul ini ada tujuh macam:[1]
Pertama, mengajak manusia
beribadah kepada Allah Dzat Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Pada hakekatnya,
inilah tugas pokok mereka, bahkan di situ terkandung adanya suatu urgensi yang
sangat penting yang merupakan tujuan utama diutusnya para rasul yaitu untuk
mengajarkan kepada makhluk tentang Tuhan, beriman tentang keesaanNya, dan mengkhususkan
ibadah hanya kepadaNya semata. Allah ta’ala berfirman:
“Dan Kami tidak
mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:
“Bahwasanya tidak ada Tuhan kecuali Aku, maka sembahlah Aku”. (Q.S. al-Anbiya’,
21: 25).
Kedua, Menyampaikan
perintah-perintah dan larangan-larangan Allah kepada manusia. Perintah-perintah
Allah itu harus disampaikan oleh kalangan manusia sendiri agar mereka dapat
langsung mengambil pelajaran darinya. Oleh karena itu maka Allah memilih para
rasul dari kalangan manusia. Para rasul telah menunaikan tugas ini dengan
sebaik-baiknya, tidak ada seorang pun di antara mereka yang melalaikan tugas
untuk menyampaikan da’wah.
Ketiga, Memberikan petunjuk
jalan yang benar kepada segenap manusia. Fungsi ini merupakan tugas pokok setiap rasul,
sebagaimana firman Allah Swt:
“Wahai Nabi,
sesungguhnya Kami mengutus kamu untuk menjadi saksi dan pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan, serta untuk
menjadi penyeru kepada
agama Allah dengan
izinNya, dan untuk menjadi cahaya yang menerangi". (Q.S. al-Ahzab, 33:
45-46).
Keempat, Agar para rasul itu menjadi panutan yang baik
bagi segenap manusia. Allah Swt memerintahkan kita untuk mengikuti mereka, berperilaku
sesuai dengan perilaku mereka, dan menjadikan tindakan mereka sebagai suatu
pola, karena mereka adalah orang-orang yang sempurna akalnya dan paling bersih
tingkah lakunya. Mereka adalah orang-orang yang paling mulia derajat dan
tingkatannya. Allah Swt berfirman:
“Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (Q.S. al-Ahzab, 33:21).
Kelima, Memberi
peringatan tentang adanya hari kebangkitan, dan tentang adanya siksaan yang
berat sesudah mati.
Keenam, Mengalihkan
perhatian manusia dari kehidupan yang fana ke kehidupan yang kekal. Allah
mengutus para rasul itu bertujuan antara lain untuk mengalihkan perhatian
manusia dari kehidupan yang hanya sebentar ke kehidupan yang kekal dan abadi
selama-lamanya, yakni kehidupan akhirat.
Ketujuh, Supaya tidak ada
lagi alasan untuk membantah bagi manusia di hadapan Allah, sebagaimana
firmanNya:
“(Mereka) Kami utus
selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada
alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan
adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. al-Nisa’, 4:165).
Risalah rasulullah saw adalah
sebuah risalah penghujung dan penutup risalah kenabian. Risalah beliau
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari risalah-risalah sebelumnya, yakni rahmatan
lil alamin (rahmat bagi seluruh alam) sampai pada hari kiamat nanti. Dan,
tidak ada kenabian setelah wafatnya Nabi Muhammad saw.
Risalah Muhammad adalah kompleks dan universal bagi umat manusia. Ia
merupakan risalah dunia dan risalah akhirat, dan risalah masyarakat bahkan
negara. Dan, yang paling menarik lagi, bahwa risalah Muhammad adalah risalah
yang menyentuh akal, hati, bersifat materi dan spiritual.
Hikmah tentang kebenaran dan dipercayanya pembawa risalah ini, bahwa
seluruh ayat-ayat-Nya bernuansa akal dan dapat dicerna, yang tidak usang dengan
perjalanan waktu atau tidak sekali-kali mengalami evolusi, akan tetapi tetap
eksis dan relevan mulai dari masa yang lalu, kini, dan masa yang akan datang.
[1] Muh. ‘Ali
Ash-Shabuni, Kisah-Kisah Nabi dan Masalah Kenabiannya, terj. Muslich Shabir,
(Semarang: CV. Cahaya Indah, 1994), Cet. 1, hlm. 35-40.
No comments:
Post a Comment