MAKANAN DAN GIZI


Proses perkembangan janin bergantung pada kondisi internal sang ibu, yaitu kondisi fisik dan psikisnya. Ibu dan janin merupakan satu unitas organik yang tunggal, semua kebutuhan ibu dan bakal anak dicukupi melalui proses fisiologis yang sama, substansi fisik dari ibu mengalir pula kedalam jasad janin.[1]

Kesehatan ibu juga sangat penting, baik masa persiapan kehamilan maupun masa kehamilan. Bila calon ibu menderita campak jerman (rubela), cacar air maupun herpes pada kehamilan muda ketika organ-organ dalam janin mulai terbentuk, maka penyakit ini akan mengakibatkan cacat pada janin. Virus pada campak jerman dapat menyebabkan janin menderita kelainan jantung buta atau tuli.[2]

Untuk menjaga kesehatan janin seorang ibu selain menjaga kebersihan juga menjaga pola makan yang sehat dan bergizi, karena ibu tidak hanya makan untuk diri sendiri tetapi juga untuk janin yang dikandung, serta perkembangan otak janin pralahir. Diharapkan persiapan tubuh sebelum hamil kurang lebih tiga sampai enam bulan sebelum hamil, suami juga ikut bertanggung jawab dalam menciptakan suasana yang sehat, pemenuhan kebutuhan dan menjaga kesehatan, termasuk juga kesadaran dari calon ayah untuk tidak merokok, karena bila ayah merokok, ibu dan janin akan menjadi perokok pasif.

Firman Allah untuk memberi makan yang halal, terdapat dalam surat al-Maidah ayat 88 dan surat al-An’am, ayat 142;

و كلوا مما رزقكم الله حلالا طيبا و اتقوا الله الذي انتم به مؤمنون

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” ( QS. Al-Maidah: 88)[3]

و من الأنعام حمولة و فرشا كلوا مما رزقكم الله و لا تتبعوا خطوات الشياطان إنه لكم عدو مبين

Dan diantara binatang ternakitu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih.Makanlah dari rizki yang telah diberikan Allah dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang amat terang bagimu” ( QS.Al-An’am:142)[4]

Menurut Baihaqi, ayat ini menjelaskan bahwa dalam memakan dan memakai rezeki yang diberi Allah itu tidak boleh mengikuti langkah-langkah setan. Sebab setan selalu mengajak manusia untuk memakan dan memakai yang haram dan jelek-jelek yang dilarang Allah.[5]

Makanan bisa bermakna ilmu yang merupakan makanan otak, maka makanan yang halal bisa berkonotasi ilmu-ilmu atau pengetahuan yang baik dan bermanfaat (istilah al-Ghazali untuk itu adalah ilmun nafi’) yang menjadi makanan otak yang dengannya seseorang terpandang ilmuan atau ulama.[6]

Beranjak dari pedoman al-Qur’an tersebut, maka dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah hukumnya, yaitu harus halal. Halal sumber dan cara memperolehnya serta unsur materi dari makanan itu sendiri.[7]

Thoyyib diartikan dengan baik, yaitu adanya keterkandungan nilai gizi, serta baik untuk kesehatan bila dikonsumsi atau tidak mengakibatkan efek samping yang merugikan.

1. Vitamin dan suplemen bergizi  yang harus dikonsumsi ibu hamil diantaranya;

a. Vitamin 

Vitamin menurut kelarutannya dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pertama, vitamin yang larut dalam lemak meliputi vitamin A, D, E, dan K. Kedua vitamin yang larut dalam air, meliputi vitamin C dan B.

Vitamin A, ditemukan dalam bentuk retinol dan karotenoid. Karotenoid dalam bahan pangan nabati dijumpai dalam bentuk beta-karoten. Kekurangan vitamin A menyebabkan terganggunya membran air mata dan kelopak mata, kekurangan vitamin A dalam waktu lama menimbulkan suatu keadaan yang disebut Xerophtalmia, yaitu kelenjar air mata berhenti menyediakan cairan yang diperlukan untuk membasahi mata agar bersih dan sehat. Akibatnya mata kering, merah dan panas, kemudian terasa pedih dan lengket. Kelopak mata membengkak dan bulu mata menempel karena nanah.[8]

Sumber vitamin A dalam benuk retinol, mencakup ati, hewan darat dan air, minyak hati, kuning telur, kepala susu, lemak mentega dan margarin. Provitamin A dalam bentuk beta-karoten ditemukan dalam jagung kuning, wortel, labu kuning, semangka kuning dan jingga, minyak sawit merah, ubi jalar kuning, tomat, sayuran berdaun hijau tua, dan berbagai buah yang dagingnya berwarna kuning dan jingga.

Vitamin D diperoleh dalam bentuk provitamin, tidak ditemukan dalam pangan. Provitaminnya adalah sterol, yaitu suatu bahan yang menyerupai lemak yang ditemukan dalam tubuh. Jika kulit yang mengandung sterol provitamin D dibiarkan terkena cahaya matahari, maka dengan cara tersebut terbenuklah vitamin D.[9]

Dampak akibat defisiensi vitamin D mengakibatkan  riketsia, yaitu tulang dan gigi tidak tumbuh dan tidak mengeras dengan baik, walaupun makanan cukup mengandung kapur dan fosfor. Vitamin D secara alami dijumpai dalam bahan makanan seperti minyak ikan, kuning telur, ikan berlemak, hati, susu, dan mentega.

Vitamin E alami mengandung anti-oksidan dan melindungi tubuh dari radikal-radikal bebas yana dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau jaringan sel bayi. Tahap-tahap awal kehamilan adalah masa yang paling rawan terhadap resiko tersebut.[10]

 Makanan-makanan yang mengandung vitamin E alami mencakup; gandum, biji-bijian, sayuran hijau, minyak dari biji kapas, jagung, kedelai, kuning telur, lemak susu, mentega, biji bunga matahari, brokoli, minyak sayur dan kacang-kacangan.

Vitamin K diperlukan dalam tubuh hanya sebagian kecil, kekurangan vitamin K jarang terjadi. Kelompok substansi lain dengan aktifitas vitamin k disebut vitamin K 2, dibentuk dalam usus melalui kerja bakteri.[11] Vitamin K terdapat dalam daun yang hijau, daging domba, susu dan produk susu. 

Vitamin B kompleks meliputi Vitamin B1, B2, Niacin, B6, Asam Pantotenik, Kolin, Biotin, Asam Folik, dan Vitamin B 12.

Vitamin B1 disebut juga dengn thiamin, merupakan salah faktor pencegah penyakit Beri-beri, yakni penyakit yang menyerang syarat pusat.[12] Sumber Thiamin, meliputi; ragi, hati, padi-padian, kacang-kacangan, biji-bijian yang mengandung minyak, sayuran hijau, daging, ikan, susu dan telur.

Vitamin B disebut juga Ribo flavin, riboflavin merupakan pencegah penyakit beri-beri setelah Thiamin, gejal kekurangan riboflavin mengakibatkan bibir membengkak dan sakit, pecah dan pedih pada pinggiran mulut, lidah merah dan pedih, kerak yang berminyak atau sisik pada kulit muka, mengurangi ketajaman melihat, keluar air mata dan mata lebih cepat lelah.[13] Sumber riboflavin meliputi;  susu dan produk susu, sayuran hijau, daging (terutama hati), ikan, telur, padi-padian, kacang- kacangan.

Niacin, gejala kekurangan niacin menyebabkan kelemahan, penutunan berat badan, timbul penyakit pada bagian kulit yang terkena langsung oleh cahaya dan udara, mulut dan lidah merah dan membengkak serta gangguan pada sistem pencernaan, kekurangan niacin dalam jangka waktu lama mengakibatkan penyakit Pellagra. Sumber niacin meliputi daging (terutama organ dalam), unggas, padi-padian dan kacang-kacangan.

Kolin adalah salah satu vitamin B kompleks yang ditemukan dalam produk hewan maupun tumbuhan, vitamin ini dapat meningkatkan kemampuan bayi utuk membentuk hubungan antar neuron sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi pada bulan ke 18 kehamilan.[14]

Makanan yang mengandung kolin alami tinggi mencakup; kuning telur, buncis, kacang polong, gandum, rumput laut, kacang tanah, daging tanpa lemak, ragi, kedelai, hati, otak, ginjal dan jantung.

Vitamin C (asam askorbat), jika kekurangan vitamin ini akan mengakibatkan penyakit skurvi. Sumber vitamin C terdapat dalam tomat, jeruk, buah sitrun, stowberi, kentang, dan sayuran hijau.

b. Kalsium

Kebutuhan tubuh dalam masa kehamilan akan sangat meningkat, kalsium sangat penting untuk pertumbuhan tulang-tulang bayi.[15] Para dokter biasa menganjurkan 1.200 mg kalsium perhari pada masa kehamilan dan menyusui.jika ibu kurang mengkonsumsi  makanan yang mengandung kalsium, janin akan mengambil persediaan kalsium yang berada dalam tulang ibu, akibatnya ibu akan menderita kerapuhan tulang (osteoporosis).[16] Sumber kalsium meliputi; produk susu, sarden kalengan, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangn, tulang ikan dan burung, rumput laut. 

c. Suplemen zat besi

Ketika kehamilan,ibu sangat memerlukan darah lebih banyak daripada biasanya. Volume darah selama hamil meningkat sampai 30 %, jika kekurangan zat besi ibu dapat mengalami gangguan anemia (kurang darah) serta terganggunya proses persalinan.[17] Sumber zat besi meliputi; daging merah, kacang-kacangan, sayur berdaun hijau.

d. Suplemen mineral

Suplemen mineral dibutuhkan jika sering memakan makanan olahan dan hanya sedikit buah-buahan dan sayuran segar.

e. Protein

Dr. Van de Carr menganjurkan mengkonsumsi protein sebanyak 85 sampai 100 gr protein setiap hari, sejak pembuahan hingga bulan kelima, selanjutnya dapat mengkonsumsi protein pada tingkat normal. Hal ini disebabkan karena sel-sel otak berkembang pada delapan minggu pertama sebanyak 125.000 neuron hingga 20 milyar neuron pada usia 19 minggu.[18] Protein dapat diperoleh dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.

KEP (kekurangan energi protein) yang terjadi pada saat janin berada dalam kandungan akan berdampak pada berkurangnya besar otak l sampai 13%. Berkurangnya berat otak ini karena jumlah sel otak berkurang, demikian pula ukurannya. Berkurangnya jumlah otak disebabkan oleh terhambatnya sintesis protein.[19] Dampak KEP juga menyebabkan mielinisasi berkurang, pengenalan bentuk geometrik rendah dan kemampuan berkonsentrasi rendah.[20]

f. Air

Air membantu pembuangan zat-zat yang tidak diperlukan dan untuk menggantikan air yang terbuang ketika berkeringat, respirasi meningkat selama kehamilan.

2.   Makanan yang harus dihindari

a. Makanan yang berkalori rendah, yaitu makanan yang mengandung banyak lemak dan gula namun rendah zat gizi.

b. Keju lembak, susu yang disterilkan, selada kol/ kubis siap saji dan pasta yang diketahui mengandung bakteri listeria.

c. Daging mentah atau belum dimasak dapat menyebabkan penyakit toksoplasmosis. Suatu jenis penyakit yang menyebabkan kerusakan otak janin dan kebutaan.[21]





[1] Kartini Kartono, Psikologi Anak “Psikologi Perkembangan”, Bandung: Mandar Maju, 1995, hlm.67.
[2] GL Flanagan, The Fisth Nine Months of Life  (Sembilan Bulan Pertama Dalam Hidupku), Terj. Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta: Yayasan Cipta loka Caraka, 2003, Cet.XV, hlm.7
[3] Yayasan Penyelenggara Terj. AlQur’an, Al Qur’an dan Terjemahannya Semarang: Toha Putra, Semarang, 1989, hlm.201
[4] Ibid, hlm. 212
[5] Baihaqi A.K, Mendidik Anak Dalam Kandungan, Jakarta: Darul Ulum, 2001, hlm.101
[6] Ibid
[7] Jalaluddin, op.cit., hlm. 50-51
[8] Maimunah Hasan, Alqur’an dan Ilmu Gizi, (Yogyakarta; Madani Pustaka, 2001), hlm.116.
[9] Ibid.
[10] F Rene Van de Carr dan Marc Lehrer, While Your Expecting.... Your Own Prenatal Classroom, (Cara Baru Mendidik Anak dalam Kandungan), terj. Alawiyah Abdurraman, Bandung: Mizan, 2001, Op. Cit.
[11] Maimunah Hasan, op.cit, hlm.118
[12] Ibid, hlm.119
[13] Ibid, hlm.120
[14] Ibid
[15] F Rene Van de Carr dan Marc Lehrer, op.cit, hlm. 58-61
[16] GL Flanagan, op.cit, hlm.20
[17] Ibid
[18] F Rene Van de Carr dan Marc Lehrer, op.cit
[19] Ali Khomsan, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.3
[20] Ibid. hlm.4
[21] Jane Mac Dougall, Pregnancy Week- by- Wekk (Kehamilan Minggu demi minggu), terj. Dr Nina Irawati, Jakarta: Erlangga, 2003, hlm 12

No comments:

Post a Comment