Untuk
memahami pemikiran seorang tokoh secara komprehensip maka juga harus memahami
apa saja faktor yang mempengaruhi diri orang tersebut, baik dari internal atau
eksternal dirinya. Karena itu penulis dalam bab ini akan menguraikan tentang
aktifitas KH MA Sahal Mahfudh, baik posisinya sebagai kiai –yang mempunyai
tanggung jawab mendidik santri— maupun sebagai tokoh masyarakat (rijal al-qaryah) yang bertanggung jawab membina (masyarakat di
luar pesantren) agar sejalan dengan tujuan syari’at Islam.
Pembahasan
ini mengharuskan penulis untuk mengetahui secara lebih jauh situasi sosial
desa Kajen (tempat tinggal KH MA Sahal Mahfudh) khususnya, serta keberadaan KH.
Sahal Mahfudh sendiri. Ini dimaksudkan untuk memberi gambaran secara
komprehensif tentang sosok KH MA Sahal Mahfudh.
KH.
Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh, yang lebih dikenal dengan KH. Sahal Mahfudh (selanjutnya
disebut KH MA Sahal Mahfudh) lahir pada tanggal 17 Desember 1937 di Kajen, Margoyoso, Kabupaten Pati.[1] Dia adalah putra ketiga Kiai Mahfudh Salam (w.
1944) dan Hj. Badriyah (1945) dan memiliki
jalur nasab KH. Ahmad Mutamakin.
Sebagaimana lazimnya putra kiai, saat kecil KH. Sahal Mahfudh mula-mula
dibimbing oleh ayahnya sendiri selama 7 tahun, sebelum ayahnya meninggal. Satu tahun kemudian ibunya juga meninggal.[2] Sebagai keturunan kiai, beliau
bertanggung jawab terhadap perkembangan pesantren ayahnya. Dengan kondisi
masyarakat tradisional yang jumud ia mencoba memupuk dirinya dengan belajar ilmu-ilmu
agama.
Ketika
beliau menginjak usia 6 tahun (1943), beliau mulai belajar di Madrasah Ibtidaiyah
Kajen Pati, lulus 1949. Kemudian beliau melanjutkan belajar Tsanawiyah Matholiul
Falah juga di Kajen, Pati, lulus 1953.
Setelah
itu, beliau belajar di pesantren Bendo, Kediri, sampai 1957 di bawah asuhan
Kiai Muhajir. Selanjutnya dari 1957-1960, beliau belajar di Pesantren Sarang,
Rembang, di bawah asuhan Kiai Zubair. Dalam pendidikan agama KH. Sahal Mahfudh banyak
dipengaruhi oleh pemikiran Imam Syafi’i,
Imam Asy’ari, dan Imam Ghozali, berdasarkan
kitab-kitab yang diajarkan guru-gurunya, tetapi tidak ada satupun tokoh yang diidolakan karena tokoh memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Semua
madarasah tempat KH. Sahal Mahfudh belajar hanya memberikan pendidikan agama, dalam
pendidikan umum hanya beliau memperoleh dari kursus ilmu umum di Kajen yang
berlangsung dari 1951-1953.[3] Meskipun KH. Sahal Mahfudh
dibesarkan dan pendidikan yang ditempuh dari pesantren serta sedikit tambahan
kursus ilmu umum, tetapi beliau telah berhasil meraih “Prestasi Intelektual” yang jauh dari ukuran pendidikannya.
Banyak
aktifitas yang telah digeluti, bahkan beliau juga banyak memegang jabatan penting
dari organisasi sosial keagamaan sampai jabatan akademik yang disandangnya.
Pada
tahun 1958-1961 KH. Sahal Mahfudh telah
menjadi guru di Pesantren Sarang Rembang, pada 1966-1970 dia menjadi dosen pada kuliah Takhassus Fiqih di
kajen, Pati; pada 1974-1976, beliau menjadi
dosen di Fakultas Tarbiyah UNCOK, Pati; Pada 1982-1985, beliau menjadi dosen
di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, Semarang; mulai 1989, beliau menjadi Rektor Institut Agama Islam
Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara –sampai tahun
2004. Mulai 1988-1990, beliau menjadi
kolomnis di majalah Aula, sedangkan mulai 1991 sampai tahun 2004, beliau
menjadi kolomnis surat kabar Suara Merdeka. Di samping itu, beliau juga malang melintang
dalam berbagai forum ilmiah, baik sebagai panelis, pemrasaran,
pembahas utama, fasilitator,
maupun pimpinan sidang.
Dalam
kapasitasnya sebagai intelektual dan tokoh agama KH. Sahal Mahfudh juga sering berkunjung
ke luar negeri dalam rangka studi perbandingan; pada tahun atas sponsor USAID, dia berkunjung
ke Filipina dan Korea Selatan untuk keperluan studi komparatif pengembangan
masyarakat, dan berkunjung ke Tokyo, Jepang untuk meninjau Pusat Islam. Pada
1984 atas sponsor P3M, dia pergi ke Srilanka dan Malaysia untuk Studi Komparatif
Pengembangan Masyarakat. Pada 1987, ia memimpin delegasi NU berkunjung ke Arab
Saudi atas sponsor Dar al-Ifta’ Riyadh. Pada tahun 1992, beliau melakukan dialog
ke Kairo, Mesir atas sponsor BKKBN Pusat. Pada
tahun 1997, beliau berkunjung ke Malaysia dan Thailand untuk kepentingan Badan Pertimbangan Pendidikan
Nasional (BPPN). Dalam tahun yang sama
dia berkunjung ke Mesir dan Beijing.[4]
KH.
Sahal Mahfudh juga tercatat aktif mengabdi di lingkungan Nahdlotul Ulama.
Antara 1967-1975, beliau sebagai Katib Syuriah Partai NU Cabang Pati; pada 1968-1975,
beliau sebagai Ketua II Lembaga
Pendidikan Maarif Cabang Pati; pada 1975-1985, beliau menjadi wakil
Ra’is NU Cabang Pati; pada 1988-1990, beliau menjadi Koordinator Karesidenan LP. Ma’arif Cabang Pati. Di Rabithah
Ma’ahid Islamiyyah wilayah Jawa Tengah, dia sebagai wakil ketua selama 1977-1978. Pada 1980-1985, beliau menjadi Ra’is Syuri’ah
NU wilayah Jawa Tengah. Mulai 1984, beliau
menjadi Ra’is Syuri’ah PBNU. Kemudian Muktamar NU ke-30 di Pesantren Lirboyo, Kediri
beliau terpilih menjadi Ra’is Aam PBNU. Mulai 1991, beliau menjadi Ketua Umum Majelis
Ulama Indonesia Jawa Tengah (sekarang menjabat di MUI Pusat Jakarta).[5] KH. Sahal
Mahfudh sudah 10 tahun menjadi Rektor Institut Islam NU di Jepara.
[1] Kajen merupakan
sebuah desa kecil
yang dihuni oleh
belasan pesantren. Diantaranya pondok pesantren (PP) Matholi’ul
Huda (KH Abdullah Salam telah wafat sekarang diganti ketiga putranya, PP
Roudhatul Ulum (KH.
Fayumi Munji), PP
Salafiyah (KH Faqih
Siroj sekarang meninggal diganti
oleh putranya), PP
APIK (Asrama Pelajar
Kauman, KH Dzahwan),
PP TPII (Taman Pendidikan Islam
Indonesia, KH Muzammil
Thahir), PP Manba’ul
Huda (KH. Ma’mun Muhtar), PP Permata Al-Hikmah (KH.
Ma’mun Muzayyin), PP Kauman (KH Umar Hasyim), PP Malakul Huda
(KH MA Sahal
Mahfudh, PP Pasarean
(KH Nur Hadi),
dan lain-lain.(lihat, Sumanto al-Qurtuby,
KH. MA. Sahal
Mahfudh Era Baru
Fiqih Indonesia. Yogyakarta, Cermin. 1999, hlm. 120
[2] Sahal Mahfudh, Dokumentasi PP
Maslakul Huda.
[3] Mujamil Qomar,
NU “LIBERAL” ; Dari Tradisionalisme Ahlussunnah
ke Universalisme Islam,( Bandung, Mizan). hlm. 238.
[4] Ibid, hlm. 239.
[5] Sahal Mahfudh, Kompas, Minggu,
9 juni 2002. hlm.4
No comments:
Post a Comment