MATERI PENDIDIKAN PRENATAL DALAM ISLAM




Materi yang diberikan kepada janin menurut Ubes Nur Islam harus disesuaikan dengan usia kehamilan,[1] materi yang akan diberikan diantaranya; 

a. Do’a 

Dari segi ijtihad syar’i berdo’a hukumnya sunah, tetapi dari ijtihad tarbawi (pendidikan) didapat kesimpulan bahwa mendo’akan anak itu hukumnya wajib.[2] Hal ini dikarenakan mendoakan anak dari segi tarbawi adalah wajib, sedangkan mendidik anak hukumnya wajib, oleh karena itu mendo’akan anak hukumnya wajib. 

Bedo’a secara tulus berarti menyadari keterbatasan, kekurangan dan keterbedayaan diri kita dihadapan Allah. Disisi lain kita mengetahui kemahakayaan dan kekuasaan Allah, dan merasa yakin akan ketergantungan kepadanya. Doa memungkinkan berbagai perubahan kearah yang lebih baik terjadi pada diri kita dengan sebab-sebab yang lebih bersifat fertikal (kehendak dan campur tangan Illahi) secara langsung, meskipun sering kali tidak didukung oleh sebab-sebab yang bersifat horisontal (upaya manusia yang kita lakukan).[3]

Adapun isi do’a yang akan dimohonkan untuk anak dalam kandungan (dan yang sudah lahir) tentu saja bisa berbeda kata atau kalimatnya, tetapi bersamaan isinya. Kata atau kalmat tersebut bisa dari bahasa arab, seperti dari alqur’an ataupun hadis Rasulullah dan bisa juga diucapkan dalam bahasa sendiri dengan keyakinan bahwa Allah Maha Tahu. 

Materi doa ini terbagi pada tiga tahapan, antara lain sebagai berikut; 

1)  Do’a saat menanamkan benih 

Nabi menganjurkan untuk membaca do’a ini sebelum penanaman nuthfah,

عن أبي عباس رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لوان احدهم اذا اراد ان يأتي أهله قال بسم الله اللهم جنبنا الشيطان و جنب الشيطان ما رزقتنا فإنه ان يقدر بينهما ولد في ذلك لم يضره الشيطان أبدا

Dari Abi Abbas r.a, berkata: Rasulullah saw, bersabda: Seandainya salah satu diantara kamu sekalian ketika menginginkan seorang anak, maka berkatalah: Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan itu dari anak yang (mungkin) Engkau anugerahkan sebagai rizqi kami.” (H.R Muslim)[4]

2)  Do’a pada saat sperma telah tertanam diuterus/ rahim 

Contoh do’a ini antara lain terdapat dalam; Qs.Ali Imran: 38,

هنالك دعا زكريا ربه رب هب لي من لدنك ذرية طيبة إنك سميع الدعاء  

Disanalah Zakaria berdo’a kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a.”[5]

3)  Do’a pada saat nutfah menjadi janin 

Contoh do’a ini antra lain terdapat dalam; Qs. Al-Furqon: 74,

و الذين يقولون ربنا هب لنا من أزواجنا و ذرياتنا قرة أعين و اجعلنا للمتقين إماما

Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”[6]

b. Praktek ibadah shalat 

Ibadah shalat adalah ibadah mahdah. Ada dua jenis ibadah yaitu wajib dan sunah. Keduanya bisa dijadikan materi pelajaran pokok bagi anak dalam kandungan. Praktek ibadah ini hanya dilakukan pada saat bayi sudah nyata yaitu saat periode fetus atau mudghah hingga kelahiran. 

Anak dalam kandungan direspon untuk melakukan praktek ibadah, agar ia terbiasa atau terlatih pada kondisi psikologis (nuansa) lingkungan yang aktif dan sensitif serta gemar pada amaliah ibadah yang wajib dan sunah. Serta melatih gerakan biologis (aktivitas jasmaniah) pada tingkat ketrampilan maksimal dalam ibadah. 

c. Bahasa 

Bahasa merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, berinteraksi dan bersosilisasi antara seseorang atau kelompok dengan yang lainnya. Bahkan dengan bahasa, manusia dapat melakukan sosialisasi, eksistensi dirinya ketingkat peradaban yang tinggi. Allah mengajarkan Nabi Adam a.s materi yang pertama adalah bahasa. 

Belajar bahasa bagi anak dalam kandungan adalah belajar konsep kata-kata sederhana dan mudah diterima. oleh karenanya, kata-kata yang dapat diterima oleh anak dalam kandungan hanya kata-kata utama, yang memiliki konsekuensi fenomenologis sebagai mana yang dialami dan dipahaminya, bukan kata-kata tanpa sadar dan tidak ada konsekuensi fenomenologis. Kata–kata utama itu meliputi dua puluh enam kata yang diasosiasikan dengan sensasi yang diperlukan.[7]

1) Kata–kata yang berhubungan dengan sentuhan: tepuk, usap, tekan, guncang, belai, ketuk. 

2) Kata–kata yang mengambarkan gerakan: berdiri, duduk, ayun, goyang. 

3)  Kata yang mengungkapkan suara: musik, keras, bising. 

4) Kata yang mengungkapkan bunyi dan sensasi yang diasosiasikan: batuk, bersin, cegukan, tangis, tawa. 

5)  Kata yang mengungkapkan sensasi sensual : terang, gelap. 

6) Kata yang mengungkapkan sensasi termal yang mulai dikenali banyi pada akhir kehamilan dingin, panas. 

7) Kata–kata yang mengungkapkan gerakan–gerakan yang dilakukan bayi, yang dapat dirasakan: tendang, dorong, putar. 

8) Mengajari bayi lawan kata dengan menggunakan kata tidak didepan sebagian kata utama. 

d. Al-Qur’an dan Hadist 

Anak dalam kandungan direspon untuk mendengarkan bacaan alqur’an agar ia terbina dan terlatih pada kondisi suasana keislaman atau bersifat Qur’ani agar timbul kecintaan pada al-Qur’an dan hadis (ajaran Islam). 

Menurut Mastuhu bahwa dalam keluarga Islam, pada umumnya kedua orang tua calon bayi dianjurkan untuk sering membaca surat Yusuf yang terkenal dengan cerita keistimewaan nabi Yusuf, baik fisik maupun mentalnya, yakni cerdas,sabar, jujur, dan memiliki bakat kepemimpinan yang tinggi, hal itu merupakan do’a dan sugesti.[8]

e. Akhlaq (moralitas) 

Pemberian pendidikan akhlaq kepada anak dalam kandungan dapat dilakukan dengan cara melalui segala aktivitas yang dilakukan oleh orang tua dalam menjalankan hubungan timbal-balik antara ibu dan orang yang ada disekitarnya (lingkungan), dengan menjaga dan mempertahankan untuk tetap berakhlak baik. Hal ini akan akan memberikan pengaruh yang besar pada sisi mental dan kepribadian sibayi dalam kandungan. 

f. Akidah dan tauhid 

Sistem pendidikan dalam kandungan mempunyai corak relegius yang berfungsi untuk kemakmuran janin dalam kandungan hanya dapat dilakukan dengan prinsip relegius tersebut, karena pada dasarnya anak dilahirkan menempati fitrah keimanan. 

g. Lagu-lagu Islami 

Lagu-lagu yang bisa diberikan kepada janin berupa lagu-lagu yang bernafaskan Islami, bisa juga dengan melagukan bacaan al-Qur’an, salawat, qasidah dan nyanyian-nyanyian yang religius. Contoh lagu yang Islami;

Ya rabbi bil-musthafa
Balligh maqashidana
Waghfirlana ma madha 
Ya wasi’al karami
(dibaca dengan berlagu berulang-ulang) 

Kepribadian dan kecerdasan bayi terbangun melalui transmisi spiritual, intelektual dan moralitasnya. Peningkatan ini bisa ditempuh dengan memperbanyak ibadah, sholat lail, membaca Al-Qur’an dan buku-buku, menjaga tutur kata, mengedepankan sifat dermawan dan perilaku terpuji lainnya.


[1] Ubes Nur Islam, op. cit, hlm. 56-65
[2] Baihaqi A.K, op.cit, hlm.90
[3] Suharsono, Mencerdaskan Anak “Melejitkan Dimensi Moral, Intelektual, dan Spiritual dalam Memperkaya Khasanah Batin dan Motivasi Kreatif Anak”. ( IQ,EQ, IS ), (Jakarta; Inisiasi Pres, 2002) hlm. 729
[4] Abu Husyain Muslim Ibn Hajjaj al-Qusyairi al-Nisaburi,  Shohih Muslim I, (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah,), hlm.606
[5] Yayasan Penyelenggara Terjemahan AlQur’an, op.cit, hlm.81
[6] Ibid.hlm.569
[7] F Rene Van D Carr, op cit., hlm. 66
[8] Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS,1994), hlm.27

No comments:

Post a Comment