Dalam
teori psikodinamik yang dipelopori Sigmund Freud (1856-1939)[1] diungkapkan bahwa
informasi periode awal kehidupan manusia tertanam dalam alam bawah sadar yang
akan memunculkan berbagai gangguan emosi. Freud yakin bahwa kepribadian manusia
memiliki tiga struktur penting, yaitu Id, Ego dan Superego.
Id
berisi segala sesuatu yang secara psikologis telah ada sejak lahir, termasuk
insting-insting yang merupakan struktur kepribadian asli. Id merupakan
reservoir (gudang) energi psikis dan penyedia seluruh daya untuk menggerakkan
struktur kepribadian lainnya. Ego adalah struktur kepribadian yang berurusan
dengan tuntutan realitas. Ia membuat keputusan-keputusan rasional. Superego
adalah struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian, perhatian
utamanya adalah memutuskan sesuatu itu benar atau salah, sehingga ia dapat
bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat.
Perkembangan
janin dalam kandungan, dimana telah dapat diketahui bahwa dalam rahim ibu
seorang anak telah mampu menerima informasi yang ada di lingkungan di
sekitarnya, baik itu di dalam rahim maupun lingkungan di luar rahim. Maka
pendidikan diperlukan untuk menanamkan sikap dan perilaku yang positif sebagai informasi
kepada anak dalam rahim, yang nantinya akan tertanam dalam alam bawah sadar.
Namun hal ini bisa kita lihat pengaruh pendidikan baik sebelum maupun sesudah
kelahiran.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu;
1.
Faktor pembawaan
Pembawaan
ialah seluruh kemungkinan atau kesanggupan (potensi) yang terdapat pada suatu
individu dan yang selama perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan
(direalisasikan).[2] Faktor
hereditas (pembawaan sifat) dari kedua orang tua yang diturunkan kepada anak,
meliputi sifat kepribadian maupun jasmani.
Menurut
Elizabeth B. Hurlock penentuan sifat bawaan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya dalam dua hal; pertama faktor keturunan, membatasi sejauh mana
individu dapat berkembang. Kalau kondisi-kondisi sebelum dan sesudah melahirkan
menguntungkan dan kalau seseorang mempunyai dorongan yang sangat kuat, ia dapat
mengembangkan sifat-sifat fisik dan mental yang diwarisinya sampai batas
maksimumnya, tetapi tidak dapat berkembang lebih jauh lagi. Kedua, sifat bawaan
sepenuhnya merupakan masalah kebetulan: tidak ada cara tertentu untuk
mengendalikan jumlah kromosom dari pihak ibu ataupun pihak ayah yang diturunkan
pada anak.[3]
Pembawaan
dikelompokkan dalam empat macam pembawaan, yaitu:
a. Pembawaan spesies
Tiap-tiap
manusia biasa di waktu lahirnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis
manusia, bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelegensinya, ingatannya
dan sebagainya. Semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan
jenis-jenis makhluk lain.
b. Pembawaan ras
Dalam
jenis manusia pada umumnya masih terdapat bermacam perbedaan yang juga termasuk
pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras.
c. Pembawaan jenis kelamin
Setiap
manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin
masing-masing laki-laki atau perempuan, pada jenis kelamin itu terdapat
perbedaan pola sikap dan sifatnya terhadap dunia luar.
d. Pembawaan perseorangan[4]
Tiap-tiap
orang sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang sifat individual
(pembawaan seseorang yang tipical). Tiap-tiap individu meskipun bersamaan ras
atau jenis kelaminnya, masing-masing mempunyai pembawaan watak, intelegensi,
sifat-sifat dan sebagainya yang berbeda-beda.
Penyakit
anak dapat pula diturunkan oleh kedua orang tua, penyakit keturunan merupakan
bahaya bagi kelangsungan hidup anak. Penyakit ini terangkai dalam kromosom
seks.
Penyakit
keturunan yang terangkai dalam kromosom seks X, disebabkan oleh beberapa
faktor, pertama; disebabkan oleh gen
resesip, meliputi; buta warna merah-hijau, anodontia (tidak memiliki benih gigi
didalam tulang rahangnya, sehingga gigi tidak tumbuh seterusnya), hemofilia
(penyakit keturunan yang mengakibatkan darah seseorang tidak dapat membeku
diwaktu terjadi luka), sistem golongan darah Xgª (memiliki zat anti didalam
serum darahnya yang memperlihatkan kelakuan lain terhadap antigen yang dikenal
terlebih dahulu), syndroma lesch-nylan (penyakit yang timbul karena pembentukan
purin yang berlebihan, disebabkan karena penderita tidak mampu membentuk enzim
hipoxantin-guanin phosporibosil transferase (HGPRT) yang diikuti dengan
bertambah aktifnya enzim serupa ialah adenine
phosporibosil transferase (APRT), mengakibatkan tabiat yang abnormal,
misalnya, kejang otot yang tidak disadari serta menggeliatkan anggota kakidan
jari-jari tangan. Kecuali itu ia juga tuna mental, menggigit jari-jari tangan
dan jaringan bibir, ia menunjukkan pula tanda-tanda kerusakan pada kerinjal,
sukar menelan dan sering muntah-muntah, hidrosefali terangkai X (besarnya
kepala karena ada penimbunan cairan cerebrospinal didalam ruang otak). Kedua, disebabkan
oleh gen dominan, contohnya, gigi coklat dan mudah rusak karena kurang email.[5]
Penyakit
keturunan yang terangkai dalam kromosom seks Y, yaitu; gen resesip yang
menyebabkan tumbuhnya kulit diantara jari-jari (terutama jari kaki), gen
resesip yang menyebabkan pertumbuhan rambut panjang dan kaku dipermukaan tubuh,
gen resesip yang menyebabkan hypertrichosis, yaitu tumbuhnya rambut pada
bagian-bagian tertentu dibagian telinga.[6]
Penyakit
yang disebabkan oleh adanya abnormalitas akibat kelainan kromosom pada manusia
dapat diakibatkan oleh beberapa hal.
Pertama, akibat perubahan jumlah kromosom, meliputi;
euploidi (dimilikinya set kromosom yang lengkap), individu biasanya tumbuh abnormal
dan embrionya jarang mencapai stadium dewasa. Aneuploidi (memiliki kekurangan
atau kelebihan kromosom), dalam populasi manusia dikenal beberapa
nondisjunction pada waktu pembentukan gamet-gamet, diantaranya; sindroma turner
(2n-1, 45 X), ciri-ciri: seorang perempuan yang bertumbuh pendek, leher pendek
dan pangkalnya bersayap, dada lebar, tanda kelamin sekunder tidak berkembang.
Sindroma
kinefelter (2n+2, 47 XXY), ciri-ciri: seorang laki-laki yang memperlihatkan
tanda-tanda wanita, sindroma tripel X
(2n+1, 47 XXX), seorang perempuan yang mempunyai sifat kelamin luar seperti
bayi, alat kelamin dalam dan payudara tidak berkembang, sedikit mendapatkan gangguan
mental. Pria XYY (2n+1, 47 XYY), tubuh ekstrim tinggi, umumnya lebih agresip
dibandingkan laki-laki pada umumnya, suka berbuat jahat dan melanggar hukum.
Sindroma down (2n+1), ciri-ciri; menunjukkan tanda-tanda tuna mental, dan
adanya lipatan pada kelopak mata. Sindroma trisomi-18, penderita mempunyai
banyak bentuk kelainan pada banyak alat, telinga rendah, rahang bawah juga
rendah, mulut kecil, tuna mental, ginjal dobel dan tulang dada (sternum)
pendek. 90% dari penderita meninggal dunia dalam 6 bulan pertama setelah lahir.
[7]
Kedua,
abnormalitas akibat perubahan struktur kromosom, meliputi; delesi atau
defesiensi, yaitu peristiwa hilangnya sebagian dari sebuah kronosom karena
kromosom itu patah. Kromosom yang tidak memiliki sentromer (asentris) itu akan
tertinggal dalam anafase dan hancur dalam plasma. Jika defesiensi menyangkut
terlalu banyak, maka berakibat letal atau meninggal didalam kandungan atau
meninggal diwaktu lahir. Contoh kelainan ini adalah sindroma cri-du-chat, sejak
bayi dan untuk seterusnya suara tangisnya mirip suara kucing, kepala kecil, muka
lebar, hidung seperti pelana, kedua mata berjauhan letaknya, kelopak mata
mempunyai lipatan erikantus, memperlihatkan gangguan mental, IQ rendah,
penderita biasanya meninggal waktu lahir atau pada waktu kanak-kanak.[8]
Duplikasi
peristiwa suatu bagian dari sebuah kromosom memiliki gen-gen yang berulang.
Penderita mengalami berbagai kelainan dan meninggal. Inverse, yaitu suatu
bagian dari sebuah kromosom memiliki urutan gen yang terbalik.[9]
Kromosom
cincin pada manusia, kromosom yang mengalami patah didua tempat secara perisentris.
Setelah bagian yang patah itu lepas, bagian kromosom itu melekuk membulat dan
ujung-ujungnya yang luka itu saling melekat. Hal ini akan mengakibatkan cacat
mental dan fisik.[10]
Hermaproditisme,
hermaproditisme sejati ialah keadaan suatu individu mempunyai jaringan testis
maupun jaringan ovarium. Pseudohermaproditisme, yaitu individu mempunyai salah
satu jaringan gonada, yaitu testis, atau
ovarium, tetapi rudimeter.[11]
2.
Faktor lingkungan
Sartain,
seorang ahli psikologi Amerika mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan
lingkungan (environtment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini
yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan,
perkembangan, atau life proses kita kecuali gen-gen.[12]
Faktor
lingkungan ini meliputi;
a. Kondisi kesehatan ibu selama
kehamilan
Ibu
yang sakit dapat memberikan efek yang tidak baik bagi embrio, ataupun fetus,
penyakit yang memberikan efek yang tidak baik diantaranya; Campak, AIDS, dan
Cytomegalovirus. Campak jerman (rubela), cacar air maupun herpes pada kehamilan
muda ketika organ-organ dalam janin mulai terbentuk, maka penyakit ini akan mengakibatkan
cacat pada janin. Virus pada campak jerman dapat menyebabkan janin menderita
kelainan jantung buta atau tuli. Virus sitomegali merupakan kelompok herpes,
penyakit ini dapat menyebabkan tuli dan terardasi dalam perkembangan
kecerdasan.[13]
b.
Kondisi psikologis ibu selama kehamilan
Tumbuh
kembang anak secara kejiwaan (mental intelektual dan mental emotional) yaitu IQ
dan EQ amat dipengaruhi oleh sikap, cara dan kepribadian orang tua dalam
mendidik anak-anaknya. Dalam tumbuh kembang anak terjadi proses “imitasi” dan
“identifikasi” anak terhadap kedua orang tuanya.
Pendidikan
anak dimulai pada saat sepasang suami istri berhubungan seksual, disaat itulah
sel-sel yang dikeluarkan dan disatukan adalah se-sel yang terkondisikan.
Kematangan pribadi, kebahagiaan yang dirasakan suami istri, serta kondisi lain
sangat menentukan bagaimana sel-sel itu menjadi manusia nantinya.
Prenatal
education dilakukan dengan mengatur peri kehidupan, dan pikiran-pikiran orang
tuanya, yang melalui perasaan sang istri akan berpengaruh pada watak janin.
Usaha pendidikan dan pembentukan watak itu juga dilakukan setiap kali suami
istri bersenggama dengan pikiran yang tenang dan harapan yang positif. Jika
senggama secara liar disembarang waktu dan hanya untuk memuaskan nafsu bisa menghasilkan
keturunan yang liar juga.[14]
Emosi
atau suasana hati orang tua yang sedang melakukan proses pertemuan sel sperma
dan sel telur (pembuahan) akan mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani (IQ,
EQ & SQ) anak yang akan dilahirkan.
Anggapan
negatif akan membentuk interaksi antara orang tua dan anak yang tidak sehat,
sehingga sangat mengganggu pertumbuhan jiwa dan kepribadian anak itu sendiri.
Ketika anak di persepsi secara positif, maka akan lahir optimisme dalam
keluarga dan secara dialektik
anak–anakpun akan menemukan kebahagiaan arahan dan proses pembelajaran yang
ceria.
Stres,
gairah hidup, kecemasan, mempengaruhi degub jantung, kualitas pernafasan dan
sikap tubuh. Stres adalah suatu kekuatan
yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau
mendapatkan keuntungan. Semua kehidupan bahkan yang bersifat positif menyebabkan
stress.[15]
Epinefrin
(adrenalin) suatu hormon stres, dilepaskan dari kelenjar adrenal. Hormon ini
bersama dengan hormon lainnya beredar dalam tubuh untuk meningkatkan tekanan
darah dan denyut jantung, kecepatan pernafasan dan mengubah proses tubuh lainnya,
kadar gula darah meningkat, sel-sel melepaskan lemak kedalam aliran darah untuk
meningkatkan persediaan energi bagi otot. Hasil respon stress adalah kewaspadaan,
kesadaran, keadaan tegang yang mempersiapkan seseorang untuk menghadapi bahaya.[16]
Stres
akan menyebabkan diproduksinya hormon-hormon yang diberikan melalui plasenta
dan masuk ke dalam peredaran darah bayi, sehingga bayi menerima pesan-pesan tersebut.
Dengan cara itu, struktur kimia tubuh yang paling mendasar pada bayi dibentuk
sedikit demi sedikit oleh ibunya.[17]
Kondisi
emosi tertentu yang sering terjadi atau berlangsung lama pada sang ibu dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan organik dalam bayi yang belum lahir. Bayi
yang berat lahir rendah dan sering menangis kebanyakan terlahir ibu yang sangat
cemas selama kehamilan, atau mempunyai sikap negatif terhadap kehamilannya. Ketika
janin tumbuh, jalur perkembangannya tergantung pada informasi yang diterima
lewat darah ibu, kata Dr. Bruce Lipton.[18]
Apabila
campuran hormon ibu sering mengisyaratkan kecemasan atau ketakutan yang luar
biasa, janin cenderung memilih program-program genetik yang berfungsi
menguatkan sistem perlindungan yaitu biasanya sambil mengorbankan pertumbuhan.
Sebaliknya,
apabila hormon-hormon sang ibu menginformasikan lingkungan penyayang dan serba
mendukung, pertumbuhan akan didahulukan. Proses ini dilakukan sang bayi untuk
beradaptasi dengan dunia yang akan segera dimasukinya, karena itu ia mampu
bertahan hidup.
Apabila
kegoncangan emosi terjadi dalam bulan pertama kehamilan dapat menyebabkan
gangguan sentral, misalnya kelainan yang disebut mongolismus atau “down
syndrome”. Bila kegoncangan psikis terjadi pada tahap fetus, yang terjadi
adalah sindrom nafsu makan terhambat. Ditemukan sedikit aktivitas spontanitas;
pada umumnya terjadi tingkah laku apatis.[19]
Berdo’a
akan memberikan ketenangan bagi kedua orang tua dan anak dalam kandungan yang
sedang dididik, ketenangan tersebut merupakan salah satu dari upaya membina
lingkungan yang penuh mawaddah warahmah (cinta dan kasih sayang). Keadan itu
dengan sendirinya menjadi stimulus edukatif yang pasif bagi anak dalam kandungan.
Menurut
Prof.Dr. Luh Ketut Suryani, Sp.Kj, reaksi terhadap stress mulai di pelajari
manusia sejak masih janin. Keadaan tegang, cemas sedih atau marah akan
berpengaruh pada semua sistem dalam tubuhnya, termasuk perkembangan organ-organ
tubuh janin beserta fungsinya. Karena itu penyakit jantung bawaan yang menimpa
bayi bisa jadi salah satunya disebabkan oleh kondisi psikis ibu yang tidak ditangani
dengan baik. Sebab itu kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah sangat
tergantung dari bagaimana sang ibu bereaksi terhadap persoalan yang terjadi
saat mengandung anaknya. Pembelajaran ini akan berlanjut setelah si anak lahir
dan tumbuh dewasa.[20]
c. Kebiasaan ibu selama kehamilan
Penelitian
para ilmuan dalam bidang perkembangan pralahir menunjukkan bahwa selama berada
dalam rahim bayi dapat belajar merasa dan mengetahui perbedaan antara terang
dan gelap. Pada saat kandungan berusia lima bulan, kemampuan merasakan stimulus
telah berkembang dengan cukup baik.[21]
Telinga
adalah organ pertama janin yang terhubung dengan perkembangan sistem syaraf
otak, janin mulai mendengar pada trimester kedua dari kehamilan.
Berkomunikasi
lebih dari sekedar mendengarkan secara pasif, mendengar suara, merasakan
sentuhan melihat bayangan dan merasakan emosi, semua itu merupakan bagian dari
proses berkomunikasi.[22]
Berkomunikasi
dengan bayi pralahir bisa melalui sentuhan, getaran, gerakan, suara, dan
cahaya. Musik dapat didefinisikan sebagai panduan rangsang suara yang membentuk
getaran yang dapat memberikan rangsang pada penginderaan, organ tubuh dan juga
emosi. Ini berarti individu yang mendengar musik akan memberikan respon baik
secara fisik maupun secara psikis yang akan menggugah sistem tubuh, termasuk
aktivitas kelenjar-kelenjar di dalamnya.
Suara
orang mengajipun memiliki kekhasan tersendiri. Rangsangan musikal yang berasal
dari lantunan ayat-ayat al-Qur’an yang disertai dengan sentuhan spiritual tanpa
disertai bunyi alat musik mampu memberikan rangsangan kedamaian. Ketenangan
jiwa ini memberikan dampak positif bagi ibu dan calon bayi.
Irama
darah yang mengalir menyentak-nyentak beraturan di seluruh tubuh sang ibu,
desah nafasnya ketika menghirup dan menghembuskan nafas tanpa henti diselingi
bunyi-bunyi bernada bass di dalam. Cairan di dalam rahim dan di latar depan
yang hampir mengalahkan semua bunyi lain, degub jantung sang ibu tidak kenal lelah.
Tahap
paling awal dalam penguasaan bahasa oleh bayi adalah pengenalan pola-pola
intonasi, suara ibu sering terdengar lebih menarik bagi janin. Suara ayah
terdengar lebih keras dan sisi nadanya lebih rendah dan tidak harus melewati
organ.
Suara
ibu merupakan rangsangan yang sangat menyenangkan bagi janin, dikarenakan suara
ibu mengalami perkuatan dua kali; selain mencapai bayi dari luar tubuh, suara
ibu mencapai lewat dalam, sebagai gelombang-gelombang bunyi yang merambat
melalui tulang-tulang dan jaringan-jaringan, yang akan memberikan efek pijatan lembut
pada janin.
Selama
tahun delapan puluhan dan sembilan puluhan, jurnal-jurnal ilmiah di seluruh
dunia mulai menerbitkan studi-studi yang membuktikan bahwa musik secara harfiah
mengubah struktur otak yang sedang berkembang dalam janin; (1) bayi mampu
mengenali dan lebih menyukai yang pertamakali mereka dengar dalam rahim ibu;
(2) skor IQ meningkat di kalangan anak-anak pelatihan musik secara teratur; (3)
terapi musik selama setengah jam sehari dapat memperbaiki fungsi kekebalan
anak-anak; (4) musik dapat meredakan ketegangan, mendorong interaksi sosial,
merangsang perkembangan bahasa dan memperbaiki ketrampilan motorik di kalangan
anak-anak.[23]
Perkembangan
otak adalah sebuah proses penggabungan pola-pola ke dalam sistem yang kompleks.
Musik merupakan alat yang efektif untuk menyediakan pola-pola tersebut.
Pembuatan pola-pola ini dimulai di tingkat pembentukan syaraf dalam rahim dan
sesudah kelahiran, berlanjut dengan pembuatan pola gerak, kognisi, dan pengalaman
pertama interaksi sosial.[24]
Otak
dipengaruhi oleh keadaan sekelilingnya, yang ia lihat, yang ia dengar, yang ia
sentuh dan apapun pengalaman lain selama masa ini berpengaruh tidak hanya pada perkembangan
secara umum, tetapi betul-betul berpengaruh dari waktu ke waktu terhadap proses
pembentukan hubungan-hubungan persyarafan di otak.
Masukan
dari lingkungan yang tersedia melalui pendengaran mempunyai prosentase yang
cukup tinggi dan buktinya jelas bahwa dari kira-kira 18 pekan masa perkembangan
di dalam rahim, musik memerankan peran sangat penting dalam proses pembentukan
sinaps di otak. Studi-studi menunjukkan:
1) Musik dapat menenangkan atau
merangsang gerak dan denyut jantung seorang bayi dalam kandungan.
2) Musik yang sangat tertata seperti
karya Mozart dapat memperkuat hubungan di antara neuron – neuron yang digunakan
dalam tugas-tugas spasial temporal, yang pada gilirannya melicinkan jalan menuju
keberhasilan selanjutnya dalam bidang-bidang yang abstrak seperti bidang
matematika, sains tinggi selain memberikan kesenangan.[25]
Dr.
Diamond merasa bahwa perkembangan otak yang lebih besar seperti yang ditemukan
pada binatang-binatang percobaan yang mendapat stimulasi pralahir, adalah efek
dari seorang ibu yang sehat dan aktif terhadap bayi yang sedang berkembang.
Hormon-hormon yang merangsang otak bayi lebih mudah melewati plasenta jika sang
ibu aktif, sehat, dan dalam lingkungan yang memberikan stimulasi.
Rahim
adalah rumah yang paling berisik bagi janin selama empat bulan terakhir
kehamilan. Karena cairan ketuban, seperti halnya air, menghantarkan bunyi,
janin terlatih mendengarkan simponi pencernaan (termasuk suara perut
keroncongan karena lapar), bunyi menelan makanan, detak jantung dan denyut
peredaran darah. Janin mendengar bunyi-bunyian ini pada intensitas 72 sampai 84
desibel. (percakapan normal adalah 65 desibel). Telinganya bahkan mendengar bunyi
pencernaan ibu pada 60 desibel.[26]
Peneliti
menemukan bahwa janin bereaksi dengan menjadi gembira karena mendengar
nada-nada murni. Detak jantungnya bertambah 15 denyutan permenit selama 2 menit
mendegar musik tersebut, dan sumber musik itu tidak perlu dekat dengan perut
ibu. Janin lebih menyukai musik yang harmonis.[27]
Dalam
memberikan stimulasi dengan diasosiasikan dengan tindakan membuat janin bergerak
sebagai tanggapan terhadap masing-masing kata-kata dan mengulangi pola yang
sama dengan stimulus yang diberikan. Dengan menekan bayi dapat meningkatkan perkembangn
jalur-jalur neuro muscular, selain itu pula hal ini mengajari anak, bahwa
aktifitasnya menghasilkan perubahan pada lingkungan, ini disebut sikap
inisiatif dan merupakan aktifitas yang penting karena ia belajar bahwa ia
memiliki sedikit kendali atas dunianya.[28]
Stimulasi
pralahir mempengaruhi mental bayi. Penelitian yang dilakukan Dr. Rene dan
Lehrer menunjukkan beberapa hal pada bayi yang mendapatkan stimulasi pra
lahir.
1)
Ada suatu masa krisis dalam perkembangan bayi yang dimulai usia sekitar
lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga usia dua tahun, ketika
stimulasi otak dan latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan
bayi
2)
Stimulasi pra lahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan kefektifan
bayi dalam mengatasi dunia luar Setelah dilahirkan.
3) Bayi-bayi yang mendapat stimulasi
pra lahir lebih dapat mampu mengontrol gerakan-gerakan dan lebih siap untuk
menjelajahi dan mempelajari lingkungan setelah ia dilahirkan
4) Para orang tua yang telah
berpartisipasi dalam program pendidikan pra lahir menggambarkan anak mereka
lebih tenang waspada dan bahagia.[29]
Bila
anak sering mendapat reaksi terhadap tingkah lakunya, maka tidak hanya anak
terdorong untuk melakukan tingkah laku yang semacam itu lagi, melainkan ia juga
lebih dapat menganalisa mengenai tingkah laku mana yang dapat memberikan efek
tertentu itu. Proses ini disebut dengan istilah analisa kontingensi; anak
belajar untuk dapat meletakkan hubungan antara tingkah laku dengan akibat yang ditimbulkan
dalam keliling.[30]
Makin
bervariasi stimulus yang ada dalam keliling anak, makin baik anak dapat
menerapkan informasi dari luar, dan makin cepat habituasinya (berkurangnya
perhatian anak terhadap stimulus yang berkali-kali di sajikan).
Pada
saat hamil seorang perempuan akan dituntut untuk selalu berhati-hati dalam
melakukan aktifitas kesehariannya, hal ini bukan tanpa alasan. sebab nasib
janin yang ada dalam kandungan akan sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan
oleh sang ibu.
3. Faktor makanan dan gizi
Makanan
merupakan nutrisi bagi bayi, apapun yang dimakan oleh ibu akan masuk kedalam
tubuh janin melalui plasenta. Makanan merupakan salah satu komponen penting
yang mendukung tumbuh- kembang janin.
Pada
minggu ke 29 bintil-bintil indera pengecap janin telah terbentuk, ia dapat
merasakan cita rasa makanan yang di
santap ibu. Sebab, jumlah senyawa kimia yang terkandung dalam bumbu masakan akan
terurai menjadi partikel-partikel yang sangat halus. Partikel ini kemudian
masuk kedalam aliran darah, sebagian diantaranya masuk kedalam tubuh janin
melalui plasenta dan sebagian lainnya masuk ke amnion. Melalui cairan
amnion yang secara rutin diminumnya,
janin dapat merasakan cita rasa masakan tersebut.[31]
Islam
menganjurkan untuk memakan makanan yang khalalan toyyibah, yaitu makanan
yang baik lagi sehat untuk dikonsumsi. Karena makanan juga berpengaruh terhadap
tingkah laku anak, jika anak diberi makanan yang haram maka dia cenderung akan
mendekati hal-hal yang haram juga, begitu pula sebaliknya.
Menurut
Jalaluddin, makanan yang diperoleh dari dari sumber halal akan mempengaruhi
ketaatan seeorang, sedangkan makanan yang bersumber dari yang haram akan
memberi dampak negatif bagi pembentukan tingkah laku. Ada semacam kecenderungan
tingkah laku yang terpola dalam diri seseorang.[32]
Dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi, maka ada jaminan bahwa bayi yang akan
dilahirkan nantinya adalah bayi yang sehat. Meski demikian tidak semua makanan yang ‘dianggap’ sehat baik untuk
perkembangan janin. Kesalahan dalam memilih makanan bukan tidak mungkin justru
akan menimbulkan masalah baru bagi janin saat lahir nantinya. Bukan tidak
mungkin dalam makanan yang sehat tersebut terkandung zat tertentu yang bila
dikonsumsi bisa menimbulkan dampak bagi anak yang akan dilahirkan.
Kandungan
hormon estrogen yang berlebihan adalah suatu yang harus diwaspadai bagi para
ibu yang sedang hamil. Bagi orang dewasa pengaruh buruk hormon estrogen yang
berlebihan tidak terlalu berpengaruh, karena tubuh secara alami akan membuang kelebihan zat tersebut.
Namun jika terjadi pada janin dan anak-anak akan mempengaruhi pembentukan
jaringan dan organ tubuh serta mempengaruhi kehidupannya kelak. Bila janin
tersebut laki-laki, maka akan menghambat pembentukan organ penis dan testis,
lalu bisa jadi bagian payudaranya akan mengalami pembesaran, meski tidak sebesar
pada perempuan. Selain itu hormon tersebut juga mempengaruhi orientasi seksual
seorang laki-laki menjadi kewanita-wanitaan.[33]
Sedangkan
pada bayi perempuan, pengaruh hormon itu bisa menyebabkan menstruasi dini. Estrogen dalam tubuh seseorang selain karena proses alamiah dalam arti
diproduksi sendiri oleh tubuh juga bisa dipengaruhi oleh jenis makanan yang
dikonsumsi. Saat ini ditengarai banyak makanan terutama dari jenis junkfood
atau makanan siap saji yang mengandung hormon estrogen. Baik itu didalam bahan
makanannya maupun pada pembungkusnya. Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa
dalam plastik-plastik pembungkus makanan tersebut terdapat kandungan hormon estrogen
yang bisa merasuk pada bahan makanan yang dibungkusnya. Sehingga bila makanan itu
dikonsumsi, tentunya hormone estrogen yang berasal dari plastik itu akan masuk
sedalam tubuh.[34]
a. Manfaat gizi yang baik, akan
berpengaruh terhadap beberapa hal, yaitu:
1)
Gizi yang baik saat pembuahan mencegah perkembangan sel-sel otak yang terbelakang
dan abnormal.
2)
Gizi yang baik saat pembuahan membantu pewarisan-pewarisan gen-gen yang sesuai.
3)
Gizi yang baik selama kehamilan menjamin perkembangan otak yang sehat.
4)
Gizi yang baik membantu janin dan bayi memberi tanggapan yang sesuai
dengan lingkungan.
5)
Stimulasi bayi memiliki pengaruh yang lebih besar pada bayi bergizi
baik, dari pada bayi-bayi yang bergizi buruk dan terbelakang.[35]
b. Akibat kekurangan gizi, akan
berpengaruh terhadap perkembangan janin, meliputi:
1) Otak bayi kekurangan DNA dan
kecenderungan genetiknya otak jenisnya.
2) Konsentrasi protein di dalam
sel-sel otak tidak mencukupi ukuran dan berat otak kurang dari normalisolasi
sel syaraf (mielinasi) tertunda.
3) Dendrite membentuk percabangan yang
lebih sedikit daripada normal.
4)
Bayi tidak dapat memberikan tanggapan terhadap stimulasi sensorik secara
normal.
5)
Pertumbuhan dan kesehatan fisik tidak seimbang sikap tertahan aktivitas
dan koordinasi motorik tidak seimbang.[36]
c. Beberapa alasan mengenai hal yang
harus dihindari ketika ibu sedang hamil dikarenakan;
1) Makanan yang berkalori rendah,
yaitu makanan yang mengandung banyak lemak dan gula namun rendah zat gizi,
kosentrasi karbohidrat menyebabkan darah tidak dapat memasuki pembuluh-pembuluh
kapiler dalam tubuh dan bisa menyebabkan janin kekurangan gizi dan oksigen.
2) Keju lembek, susu yang disterilkan,
selada kol atau kubis yang siap saji dan pasta yang diketahui mengandung
bakterilisteria. Penyakit ini menyebabkan keguguran atau bayi lahir mati.
3) Daging mentah atau belum dimasak
dapat menyebabkan penyakit toksoplasmosis, suatu jenis penyakit yang
menyebabkan kerusakan otak janin dan kebutaan.[37]
4) Alkohol, akan menyempitkan pembuluh
darah yang akan mengurangi jumlah darah dan gizi yang dapat masuk kedalam janin
melalui ari-ari, sehingga terjadi kerusakan otak, persalinan prematur, dan
berbagai kerusakan pada syaraf bayi.
5) Merokok, merokok dapat menyempitkan
pembuluh darah ari-ari, sehingga aliran zat-zat makanan kejanin teerhambat.
Biasanya bayi berukuran lebih kecil dan dari bayi normal, detak jantung meningkat
untuk menghindari pengurangan oksigen dan zat-zat makanan.
6) Minuman berkafein, kafein membuat
seluruh pembuluh darah di tubuh menyempit. Itu sebabnya, aliran darah
keplasenta janin akan berkurang, selanjutnya pasokan makanan kejanin juga ikut berkurang.
Dengan begitu, janin bisa kekurangan gizi.[38]
Minuman
berkafein, seperti kopi, juga bisa menjadi candu (coffe addict) ibu harus
membatasi diri tidak minum kopi terlalu banyak, terutama saat hamil. Menurut
Dr. Med, Hardi Susanto, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Graha
Medika Jakarta, bila konsumsi minuman berkafein, seperti kopi, hanya dua
cangkir sehari sebenarnya tidak masalah.“ ukurannya adalah cangkir bukan
gelas”, katanya.[39]
Selain
itu juga ibu hamil dilarang untuk mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan zat
adiktif, bahkan tidak menggunakannya minimal tiga bulan sebelum kehamilan. Efek
negatif yang terjadi pada janin bila pecandu obat-obatan dan zat adiktif yang
biasa disebut narkoba berada dalam kandungan dari ibu pecandu ikut mendapat
suplai dan mengalami on. Obat-obatan ini akan menimbulkan gangguan pada janin,
bahkan bisa mengakibatkan terinfeksi virus HIV dan hepatitis C.
Hal
yang sering terjadi pada janin, bila ibu masih menggunakan narkoba ketika
hamil, adalah:
1) Berat badan lahir rendah (BBLR)
biasanya dibawah 2,5 kg atau lebih kecil.
2) Perkembangan otak terganggu, yang
akan berpengaruh pada IQ.
3) Dapat menimbulkan gangguan motorik,
bayi bisa spastik, bahkan mengalami kelumpuhan. Saat lahir memang tidak
terdeteksi, tetapi akan ketahuan saat muali belajar berjalan.
4) Gangguan jantung. Biasanya
perkembangan jantung tidak sempurna.
5)
Menimbulkan kecacatan pada bayi.
6) Keguguran, terutama pada tiga bulan
pertama, saat embrionik dan organogenesis sedang dalam masa pertumbuhan.
7) Bisa mengakibatkan kematian.[40]
Selain
terjadi pada janin, penggunaan narkoba ini juga akan berakibat fatal bagi ibu
yang memakai, diantaranya;
1) Stress.
2) Bisa menimbulkan gangguan pada
hormon.
3) Haid tidak teratur dan tidak timbul
ovulasi. Ini merupakan efek tidak langsung dari gangguan hormon.
4) Menurunkan kemungkinan untuk bisa
hamil.[41]
[1] Desmita, Psikologi
Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 39.
[2] Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan, (Bandung; Rosda Karya, 2000), Cet. XIV, hlm.21
[3] Desmita, op.cit., hlm. 30.
[4] Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 23-24.
[5] Suryo, Genetika Manusia,
(yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1990), hlm.206-222
[6] Ibid, hlm. 227
[7] Ibid, hlm.241-272
[8] Ibid, hlm.272-274
[9] Ibid, hlm 277
[10] Ibid, hlm 278
[11] Ibid, hlm 281-183
[12] Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 28.
[13] F.J Monk dan AMP. Knoer,
Developmental Psikologi (Psikologi Perkembangan), terj. Siti Rahayu Haditono,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1985), hlm. 51.
[14] Mendidik Anak Saat Senggama,
http://www.dnet.id/kesehatan/sepuar sex/detail.php?, hlm.1
[15] Judith Swarth, Stress and
Nutrition (Stres dan Nutrisi), terj. Dr. Irawan, (Jakarta; Bumi Aksara, 2002),
hlm.1
[16] Ibid, hlm.4.
[17] Don Campbell, The Mozart Effect
for Children Awaking Yaur Child’s Mind, Healt and Creativity With Music (Efek
Mozart bagi Anak-anak Meningkatkan Daya Pikir, Kesehatan, dan Kreatifitas Anak
Melalui Musik), terj. AlexTri Kentjonowidodo, (Jakarta : Gramedia, 2002), hlm.
33.
[18] Ibid, hlm.35.
[19] F.J Monk dan Knoer, Op. Cit., hlm.
51.
[20] Abdi susanto, Senior (Belajar Sejak Dikandungan), No. 330 /
11-17 Novenber 2005, hlm.7
[21] F. Rene Van D. Carr & Mark
Lehrer, While Your Expecting.... Your Own Prenatal Classroom, (Cara Baru
Mendidik Anak dalam Kandungan), terj. Alawiyah Abdurraman, Bandung: Mizan, 2001,
hlm. 27.
[22] Ibid, hlm.37
[23] Don Campbell, op.cit., hlm. 41.
[24] Ibid., hlm. 18.
[25] Ibid., hlm. 21.
[26] Susan Ludingtin-Hoe dan Susan K
Golant, How To Have A Smarter Baby (Membuat Anak Cerdas), terj. Wayan Gede
Aksara, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2001, hlm.15
[27] Ibid, hlm. 16
[28] Ibid, hlm. 26
[29] F Rene Van D. Carr dan Marc
lehrer, op.cit., hlm. 39.
[30] F.J Monk, op.cit., hlm.79
[31] Hendrati Handini Yozardi, Sembilan
Bulan Yang Mernakjubkan, (Jakarta: Gaya Favorit Press, 2005), hlm. 97
[32] Jalaluddin, Mempersiapkan Anak
Saleh “Telaah Pendidikan Terhadap Sunnah Rasul Allah Saw”, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000), hlm.69.
[33] Clara, Salah Makan Saat Hamil
Anak Jadi Banci, Liberty, No.2232/ 11-20 Mei 2005, hlm. 14.
[34] Ibid
[35] Susan Ludington Hoe dan Susan
K. Golant, op.cit., hlm. 45.
[36] Ibid, hlm 45
[37] Jane Mac. Dougall, Pregnancy Week- by- Wekk (Kehamilan Minggu
demi minggu), terj. Dr Nina Irawati, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 12.
[38] Diana Yunita Sari, Senior (Cukup
Dua Cangkir), No. 304/ 13-19 Mei 2005, hlm. 16-17
[39] Jane Mac. Dougall, op.cit, hlm. 12
[40] Diana Yunita Sari, Senior
(Mama, Adik Nggak Mau Sakaw), No. 304/ 13-19 Mei 2005, hlm. 16-17
[41] Ibid.
No comments:
Post a Comment