Jika
akad nikah telah berlangsung, dan sah memenuhi syarat rukunnya, maka akan
menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian, akan menimbulkan pula hak dan
kewajibannya selaku suami isteri.
Jika
suami isteri sama-sama menjalankan tanggungjawabanya masing-masing, maka akan
terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah kebahagian hidup
berumah tangga. Dengan demikian, tujuan
hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama, yakni sakinah,
mawaddah wa rahmah.
a. Hak bersama suami isteri
1. Suami isteri dihalalkan saling bergaul
mengadakan hubungan s3ksual.
2. Haram melakukan perkawinan, yaitu isteri haram dinikahi oleh ayah suaminya,
datuknya (kakeknya), anaknya dan cucunya. Begitu juga ibu isterinya, anak perempuannya
dan seluruh cucunya haram dinikahi oleh suaminya.
3. Hak saling mendapat waris akibat dari
ikatan perkawinan yang sah, bilamana seseorang meninggal dunia sesudah sempurnanya
ikatan perkawinan, yang lain dapat mewarisi hartanya, sekalipun belum pernah
berhubungan seksual.[1]
4.
Anak mempunyai nasab (keturunan) yang jelas bagi suaminya.
5. Kedua belah pihak wajib bergaul (berperilaku)
yang baik, sehingga dapat melahirkan kemesraan dan kedamaian hidup.[2] Firman Allah swt:
“Dan
pergaulilah mereka (isteri) dengan baik…” (QS. An-Nisa: 19).[3]
Dalam
Kompilasi Hukum Islam, kewajiban suami isteri dijelaskan secara rinci, yakni:
1. Suami isteri memikul kewajiban yang
luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah
yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
2. Suami isteri wajib saling mencintai,
hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang
lain.
3. Suami isteri memikul kewajiban untuk
mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani,
rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya.
4. Suami isteri wajib memelihara
kehormatannya.
5. Jika suami atau isteri melalaikan
kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.
(pasal 77)[4]
6. Suami isteri harus mempunyai tempat
kediaman yang tetap.
7. Rumah kediaman yang dimaksud dalam
ayat (1) ditentukan oleh suami isteri bersama. (pasal 78).[5]
b. Hak dan kewajiban suami terhadap
isteri
1. Hak suami atas isteri.
1) Ditaati dalam hal-hal yang tidak
maksiat.
2) Isteri menjaga dirinya sendiri dan
harta suami.
3) Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu
yang dapat menyusahkan suami.
4) Tidak bermuka musam di hadapan
suami.
5) Tidak menunjukan keadaan yang tidak
disenangi suami.[6]
2. Kewajiban suami terhadap isteri
1) Suami adalah pembimbing terhadap isteri
dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang
penting-penting diputuskan oleh suami isteri bersama. Suami adalah kepala rumah
tangga.
2) Suami wajib melindungi isterinya dan
memberikan segala sesuatu keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan
kemampuannya.
3) Suami wajib memberi pendidikan
agama kepada isterinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan
bermanfaat bagi agama, dan bangsa.
4) Sesuai dengan penghasilannya, suami
menanggung nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi isteri, biaya rumah tangga, biaya
perawatan dan pengobatan bagi isteri dan anak serta pendidikan bagi anak.
(pasal 80)[7]
c. Hak dan Kewajiban isteri terhadap
suami
1. Kewajiban isteri terhadap suaminya:
1) Taat dan patuh kepada suami.
2) Pandai mengambil hati suami melalui
makanan dan minuman.
3) Mengatur rumah dengan baik.
4) Menghormati keluarga suami.
5) Bersikap sopan, penuh senyum kepada
suami.
6) Tidak mempersulit suami dan selalu
mendorong suami untuk maju.
7) Ridla dan syukur terhadap apa yang
diberikan suami.
8) Selalu berhemat dan suka menabung.
9) Selalu berhias, bersolek untuk dan
dihadapan suami.[8]
2. Hak-hak isteri terhadap suami:
1) Mendapatkan sandang, nafkah, dan
papan.
2) Tidak ada yang melarang seorang suami
untuk membantu isteri dalam menyeleasaikan pekerjaan rumah tangga.
3) Sikap lembut terhadap keluarga
adalah adab Islami.
4) Melarang suami untuk pulang tengah malam
agar keluarganya tidak terganggu maupun dikejutkan dengan situasi yang menakutkan.[9]
5) Hak-hak moril diantaranya: perlakuan
yang baik, menjaganya dengan baik, dan mengumpuli istrinya.
[1] M. Thalib, Perkawinan Menurut
Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993,hlm. 20.
[2] Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh
Munakahat, Jakarta: Kencana, 2006, hlm. 155-157.
[3] Departemen Agama, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Bandung: Dipenogoro, 2003, hlm. 64
[4] Kompilasi Hukum Islam, Bandung:
Fokusmedia, 2007, hlm. 28.
[5] Ibid, hlm. 28.
[6] Abd. Rahman Ghazaly, op.cit,
hlm. 158.
[7] Kompilasi Hukum Islam, op.cit,
hlm. 29.
[8] Abd. Rahman Ghazaly, op. cit,
hlm 163.
[9] M. Sayyid Ahmad Al-Musayyar,
Fiqh Cinta Kasih: Rahasia Kebahagian Rumah Tangga (Penerjemah Ahmad Taqyudin ),
Kairo Mesir: Erlangga, 2008, hlm. 31-37.
No comments:
Post a Comment