Perilaku
nonvoting adalah refkleksi protes atau ketidakpuasan terhadap sistem politik
yang sedang berjalan.[1] Karena itu bentuk perilaku
golput yang ditampilkan tidak seragam, melainkan beragam. Sekalipun demikian, perilaku golput dalam pemilu
diwujudkan secara umum dalam bentuk:
1. Memilih tidak hadir ke bilik suara.
Sikap ini tidak lain merupakan bentuk protes yang paling nyata.
Sikap
apatis dan tak mau menggunakan hak pilihnya ini didasarkan pada empat hal,
yaitu :
a. Sebagai reaksi terhadap pemerintah,
anggota DPR dan partai politik yang tak mampu memperbaiki kehidupan ekonomi,
sosial dan hukum. Berbagai kebijakan pemerintah telah jauh keluar dari track
demokrasi, yaitu menyejahterakan kehidupan rakyat.
b. Tidak adanya nilai lebih dari proses
pemilu ini. Sehingga mereka merasa rugi menghadiri pemilu baik secara tenaga, waktu
dan finansial.
Nilai
lebih ini meliputi kualitas pemilu yang dengannya masyarakat merasa nyaman dan
yakin akan pemerintahan yang akan memimpin karena lahir dari proses jujur dan
adil.
c. Adanya hal yang lebih penting dari
sekedar hadir ke bilik suara.
Hal
penting ini dikaitkan dengan nilai lebih di atas. Artinya jika dengan memberikan
suarapun tak dapat merubah apapun, maka
mereka berkeyakinan lebih baik tidak datang.
d. Ketidak hadiran karena malas saja, mereka
tak mau repot dengan politik yang dinilai kotor.[2]
Cara
ini ditempuh sebagai bentuk penyadaran dan membuka mata para pejabat negara, elit politik, anggota
dewan dan aktivis partai politik bahwa selama ini rakyat selalu diabaikan dan
dibutuhkan pada saat pemilu saja.
2. Mencoblos semua gambar atau gambar
kandidat lebih dari satu kali. Cara ini dipilih didasarkan pada :
a. Kehadiran mereka tetap sebagai
bentuk protes, kalaupun mereka hadir itu dengan tujuan agar kertas suara mereka
tak digunakan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.
b. Isu-isu yang dibawa semua partai
dan kandidat hanyalah retorika saja, maka respon pendukung golput dengan mencoblos
semuanya sebagai jawaban yang menurut pendukung golput rasional.
c. Pemilu di Indonesia bagi pendukung golput
belum bisa dijalankan secara jujur dan adil, maka pilihan mencoblos semua
gambar diyakini paling realistis.
d. Memberikan dorongan pada publik agar
publik tampil berani menampilkan kekecewaannya secara terang-terangan, tanpa
rasa takut.
3. Memasukkan kertas suara ke kotak
secara kosongan (tanpa dicoblos).
Cara
ini merupakan cara yang paling lemah dalam pandangan pendukung golput. Hal ini dilakukan
sebagai sikap transparan dan dengan tujuan mereka yang selama ini takut melampiaskan
kekecewaanya mendapatkan teman sehingga
punya keberanian.
No comments:
Post a Comment