HISTORIS KEMUNCULAN SEMAR DALAM PEWAYANGAN


Semar adalah salah satu tokoh wayang kulit yang sangat terkenal di Pulau Jawa, Semara merupakan gambaran tokoh wayang yang sarat  akan makna di dalamnya, menurut sejarawan Slamet Muljana, tokoh  Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman kerajaan Majapahit yang berjudul Sudamala. Lakon tersebut berbentuk  kakawin,  dan kisah tersebut juga dipahat sebagai relief candi sukuh yang  berangkat tahun 1439.[1]

Dalam lakon Sudamala Semar dikisahkan sebagai abdi tokoh  utama tersebut, yaitu sadewa dari keluarga Pandawa, tentu saja dalam kisah yang berjudul Sudamala Semar tidak hanya menjadi pengikut  saja akan tetapi peran Semar juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana  yang tegang.[2]

Memang sudah tidak diragukan lagi,  bahwasanya  kitab  Sudamala adalah kitab tertua yang menyebut dengan tegas dan jelas nama  Semar, seperti apa yang dinyatakan dalam kitab Sudamala pada bait 98,  halaman 15 yang berbunyi sebagai berikut:

“Sadewa hucapen mangke, sinangkala ring setra, cinancang sira ring rangdu mangko, pun Semar hatunggu hajaga, paranrehku kadi mangke”.

Artinya: marilah kita biacara tentang Sadewa, ia diikat di atas kuburan, ia diikat pada pohon randu. Semar menjaga di  dekat kakinya, apa yang harus dilakukan.[3]

Tokoh wayang Semar dalam pagelaran wayang mulai ditambahkan sekitar tahun 1541 Masehi, akan tetapi ternyata tokoh Semar juga ditemukan pada relief Jalatunda yang bertahun 997 Masehi,[4] tokoh Semar dalam kisah wayang purwa terlahir dari sebuah telur yang  kemudian berubah menjadi  manusia, dalam pemikiran orang Jawa  hal  ini memunculkan mitos bahwa Semar adalah salah satu makhluk  tertua  di dunia.

Pada masa kerajaan Islam mulai masuk dan berkembang di Pulau Jawa, kesenian wayang digunakan sebagai media penyebaran agama Islam, kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar kisah Mahabarata yang saat itu sudah melekat kuat dalam benak masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang sangat berperan penuh dalam mengembangkan kesenian wayang sebagai media dakwah ialah Sunan Kalijaga yang juga terkenal sebagai ahli budaya.

Dalam perkembangan selanjutnya, peran tokoh wayang Semar semakin ketat, dalam setiap pagelaran wayang tokoh Semar selalu disertakan, derajat tokoh Semar juga semakin meningkat lagi, para pujangga Jawa dalam karya-karya sastranya mereka mengisahkan  Semar bukan sekedar rakyat jelata, melainkan sebagai jelmaan dari Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa.[5]

Dalam kisah wayang purwa lakon Srinadi - Sadana menjelaskan bahwa Semar pertama kali turun  ke  dunia  pewayangan  mengabdikan  diri kepada Prabu Sri Mahapunggung, seorang raja bijaksana  keturunan dari Batara Wisnu di dunia Pewayangan yang memerintah  Negara Medangkamulan.

Semar yang  telah ditemani anak angkatnya  yang disebut dengan punakawan dalam kisah awal turun di dunia pewayangan dan bermukim di Negara Medangkamulan memberi bakti nilai-nilai  kebaikan dan bekerjasama dalam mengenalkan tanaman baru yang  bernama padi untuk dijadikan bahan pangan bagi penduduk Negara tersebut.[6]




[1] Ardian  Kresna,  Dunia  Semar  Abdi  Sekaligus  Penguasa  Sepanjang  Zaman, (Yogyakarta: Diva Pres, 2012), h. 51 - 68
[2] Lukam Pasha, Buku Pintar Wayang, Buku Pintar Wayang, (Yogyakarta: IN AzNa Books, 2011), h. 44
[3] Sri Mulyono, Apa dan Siapa Semar, Apa dan Siapa Semar. (Jakarta, PT Gunung Agung. 1978), h. 15
[4] Ardian Kresna,  Dunia Semar Abdi Sekaligus Penguasa Sepanjang Zaman, op.cit, h. 33
[5] Lukam Pasha, Buku Pintar Wayang, op.cit, h. 44
[6] Ardian  Kresna,  Dunia  Semar  Abdi  Sekaligus  Penguasa  Sepanjang  Zaman,  op.cit,  h. 34

No comments:

Post a Comment