Fa’il terbagi menjadi tiga, yaitu:[1]
a.
Fa’il Sharih (atau Fa’il isim dzahir), seperti (فَازَ
الْحَقُّ).
b.
Fa’il isim dlamir, yang adakalanya berupa dlamir
muttashil seperti ta’ dalam lafal (قُمْتُ), adakalanya
berupa dlamir munfashil, seperti dlamir (اَناَ) dalam lafal (ماَ
قَامَ اِلاَ اَناَ), dan adakalanya berupa dlamir
mustatir, seperti (اَقُومُ وَ
تَقُومُ وَ نَقُومُ وَ سَعِيْدٌ يَقُومُ وَ سُعَادُ تَقُومُ).
Dlamir mustatir ada dua macam, yaitu:
1) Mustatir jawaz, yang terletak dalam fi’il madli dan fi’il
mudlari’ yang diisnadkan kepada dlamir mufrad ghaib dan mufradah ghaibah.[2]
2) Mustatir wajib, yang terletak pada fi’il mudlari’ dan
fi’il amar yang diisnadkan kepada dlamir mufrad mukhathab, dalam fi’il mudlari’
yang diisnadkan kepada dlamir mutakallim, baik mufrad atau jama’, dalam isim fi’il
yang diisnadkan kepada dlamir mutakllim, seperti (اُفٍّ), atau dlamir
mukhathab, seperti (صَهْ), dan dalam
fi’il-fi’il istitsna’, seperti (خَلاَ), (عَداَ) dan (حَاشَا), contohnya (جَاءَ
الْقَومُ ماَ خَلاَ سَعِيْداً).[3]
Perlu diketahui bahwa dlamir mustatir yang terdapat dalam
fi’il-fi’il istitsna’ kembali kepada (بَعْضُ) yang bisa
dipaham dari kalam, sehingga penakdiran dari perkataan kita (جَاءَ
الْقَومُ ماَ خَلاَ سَعِيْداً) adalah (جَاءُوا
مَا خَلاَ الْبَعْضُ سَعِيْداً).[4]
c. Fa’il mu’awwal, yaitu fa’il yang berupa
masdar yang dipaham dari fi’il setelahnya, seperti (يَحْسُنُ
اَنْ تَجْتَهِدَ). Yang menjadi fa’il dalam lafal
tersebut adalah masdar yang dipaham dari (تَجْتَهِدَ). Ketika fi’il
yang jatuh setelah (اَنْ) dita’wil
masdar menjadi fa’il, maka fi’il tersebut dinamakan fi’il mu’awwal.
Fi’il bisa dita’wil dengan masdar ketika jatuh di lima
huruf, yaitu:[5]
1)
(اَنْ), seperti (يُعْجِبُنِي
اَنْ تَجْتَهِدَ) yang penakdirannya (يُعْجِبُنِي
اِجْتِهَادُكَ).
2)
(اَنَّ), seperti (بَلَغَنِي
اَنَّكَ فَاضِلٌ) yang penakdirannya (بَلَغَنِي
فَضْلُكَ).
3)
(ماَ) masdariyyah,
seperti (اَعْجَبَنِي ماَ تَجْتَهِدُ) yang ditakdirkan
(اَعْجَبَنِيْ اِجْتِهَادُكَ).
4)
(كَيْ), seperti (جِئْتُ
لِكَيْ اَتَعَلَّمَ) yang penakdirannya (جِئْتُ
لِلتَّعَلُّمِ). Fi’il setelah (كَيْ) tidaklah dita’wil
kecuali dengan masdar yang dijerkan dengan lam.
5)
(لَوْ) masdariyyah,
seperti (وَدِدْتُ لَوْ تَجْتَهِدُ) yang ditakdirkan
(وَدِدْتُ اِجْتِهَادَكَ). Fi’il
setelah (لَوْ) tidaklah
dita’wil kecuali dengan maf’ul. Jika setelah (لَوْ) terdapat (اَنَّ), maka disitu
terdapat fi’il yang dibuang diantara keduanya dengan penakdiran (ثَبَتَ), sehingga
jika kita mengucapkan (لَو اَنَّكَ
اِجْتَهَدْتَ لَكَانَ خَيْراً لَكَ), maka
takdirannya adalah (لَو ثَبَتَ
اِجْتِهَادُكَ), dan masdar yang dita’wil menjadi
fa’ilnya fi’il yang dibuang yang ditakdirkan dengan (ثَبَتَ).
Fa’il yang berupa dlamir muttashil itu ada dua belas
dengan perincian : 2 untuk mutakallim, 5 untuk mukhathab dan 5 untuk ghaib,
seperti dalam contoh dibawah ini,[6]
a.
Mutakallim wahdah, seperti (قُمْتُ) “Saya
berdiri.”
b.
Mutakallim ma’al ghair, seperti (قُمْنَا) “Kita
berdiri.”
c.
Mufrad mukhatab, seperti (قُمْتَ) “Kamu
(laki-laki) berdiri.”
d.
Mufradah mukhatabah, seperti (قُمْتِ) “Kamu
(perempuan) berdiri.”
e. Tatsniyyah Mukhatab, seperti (قُمْتُماَ) “Kamu
berdua (laki-laki/perempuan) berdiri.”
f.
Jama’ mudzakar Mukhatab, seperti (قُمْتُمْ) “Kalian
(laki-laki) berdiri.”
g.
Jama’ mu’annats mukhatabah, seperti (قُمْتُنَّ) “Kalian
(perempuan) berdiri.”
h.
Mufrad ghaib, seperti (قَامَ) “Dia
(laki-laki) berdiri.”
i.
Mufradah ghaibah, seperti (قَامَتْ) “Dia
(perempuan) berdiri.”
j.
Tatsniyyah ghaib, seperti (قَامَا) “Dia
berdua (laki-laki/ perempuan) berdiri.”
k.
Jama’ mudzakar ghaib, seperti (قَامُوْا) “Mereka
(laki-laki) berdiri.”
l.
Jama’ mu’annats ghaibah, seperti (قُمْنَ) “Mereka
(perempuan) berdiri.”
Seperti halnya dlamir muttashil, dlamir munfashil juga
terbagi menjadi 12, dengan perincian sebagai berikut,[7]
a.
Mutakallim wahdah, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ اَناَ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
saya.”
b. Mutakallim ma’al ghair, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ نَحْنُ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
kita.”
c. Mufrad mukhatab, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ اَنْتَ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
kamu (laki-laki).”
d. Mufradah mukhatabah, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ أَنْتِ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
kamu (perempuan).”
e.
Tatsniyyah Mukhatab, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ اَنْتُماَ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
kamu berdua (laki-laki/perempuan).”
f. Jama’ mudzakar Mukhatab, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ اَنْتُمْ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
kalian (laki-laki).”
g. Jama’ mu’annats mukhatabah, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ اَنْتُنَّ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
kalian (perempuan).”
h.
Mufrad ghaib, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ هُوَ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
dia (laki-laki).”
i. Mufradah ghaibah, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ هِيَ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
dia (perempuan).”
j. Tatsniyyah ghaib, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ هُماَ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
dia berdua (laki-laki/ perempuan).”
k. Jama’ mudzakar ghaib, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ هُمْ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
mereka (laki-laki).”
l. Jama’ mu’annats ghaibah, seperti (لَمْ
يَقُمْ اِلاَّ هُنَّ) “Tidak ada yang berdiri kecuali
mereka (perempuan).”
[1] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz II, hlm. 244
[2] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz II, hlm. 244
[3] Syarah Ibnu
‘Aqil, hlm. 16
[4] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz II, hlm. 244
[5] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz II, hlm. 245
[6] Fath Rabb
al-Bariyyah, hlm. 32
[7] Fath Rabb
al-Bariyyah, hlm. 33
No comments:
Post a Comment