Hal yang
paling urgen mengenai
karakter pendidik dan
peserta didik, K.H. Hasyim Asy’ari mengatakan bahwa dalam menuntut
ilmu itu perlu diperhatikan dua hal: pertama, bagi peserta
didik hendaknya berniat murni untuk menuntut
ilmu, jangan sekali-kali berniat untuk
hal duniawi dan jangan melecehkan atau menyepelekannya. Adapun mengenai
niat ini sebagaimana disampaikan beliau dalam kitabnya sebagai berikut:
الثاني ان يحسن النية
في طلب العلم بأن يقصد به وجه الله عز و جل و العمل به و إحياء الشريعة و تنوير
قلبه و تحلية باطنه و التقرّب من الله تعالى و لا يقصد به الأغراض الدنيوية من
تحصيل الرياسة و الجاه و المال و مباهة الأقران و تعظيم الناس له و نحوه[1]
Niat
merupakan pondasi yang mendasari segala aktivitas belajar. Sehingga pada akhirnya kegiatan belajar memiliki
makna dan mempunyai nilai mulia yang mampu mengantarkan peserta didik pada
derajat yang lebih tinggi. Hal ini ditegaskan pula oleh al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim
al-Muta’llim-nya, bahwa pentingnya keikhlasan bagi seorang murid dalam
menuntutilmu. Al-Zarnuji menegaskan bahwa “suatu perbuatan yang tampaknya hanya
berkaitan dengan urusan duniawi, tetapi karena niat di dalamnya bagus, maka
perbuatan tersebut diterima oleh Allah sebagai amal akhirat. Sebaliknya ada
pula perbuatan yang tampaknya berkaitan dengan urusan akhirat, tetapi karena disertai niat
buruk, maka Allah
tidak memberinya pahala sedikitpun.”[2]
Kedua,
bagi pendidik dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya dulu, tidak mengharapkan
materi. Semua pelajaran yang diajarkan hendaknya sesuai dengan tindakan yang diperbuat
(bukan hanya sekedar bisa menyampaikan saja). Mengenai niat pendidik ini beliau
menyatakan:
Pendidik
menurut K.H. Hasyim Asy’ari
merupakan teladan bagi peserta didiknya dalam setiap perilaku
kehidupan. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki karakter-karakter yang baik
dan dapat menjadi teladan yang baik pula untuk peserta didiknya maupun untuk
masyarakat sekitarnya.
Pada
pembahasan ini, peneliti membagi karakter-karakter yang harus dimiliki oleh
pendidik menurut pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari menjadi tiga, antara
lain:
والثامن أن لا يجعل
علمه سلّما يتوصّل الى الأغراض الدنيويّة من جاه او مال او سمعة او شهرة او تقدّم
على أقرانه
a. Karakter yang harus dimiliki
pendidik
Karakter
pertama yang harus dimiliki oleh pendidik menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah sikap mental atau karakter
dasar yang menjadi pondasi dalam semua karakter-karakter
berikutnya yaitu terdapat dalam kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim
pada beberapa pasal dalam bab V, antara lain:
1) Meyakinkan diri bahwa Allah satu-satunya
tempat bergantung; hal ini sesuai dengan pernyataan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
الأوّل ان يديم
مراقبة الله تعالى في السرّ و العلانيّة
2) Takut (khouf) kepada siksa
Allah dalam setiap gerak, diam, perkataan, dan perbuatan; pernyataan ini
sebagaimana disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
و الثاني ان يلازم
خوفه تعالى في جميع حركاته و سكناته و أقواله و أفعاله
3) Berikap tenang sebagaimana
disampaikan beliau sebagai berikut:
و الثالث ان يلازم
السكينة
4)
Berhati-hati dalam setiap perkataan maupun perbuatan; hal ini sebagaimana
pernyatan beliau sebagai berikut:
و
الرابع ان يلازم الورع
5) Rendah hati atau tidak menyombongkan diri; hal ini sesuai dengan pernyataan
K.H. Hasyim Asy’ari
sebagai berikut:
و الخامس ان يلازم
التوضّع
6) Selalu khusyu’ karena Allah,
sebagaimana dinyatakan oleh K.H. Hasyim sebagai
berikut;
و السادس ان يلازم
الخشوع لله تعالى
7) Senantiasa berpedoman kepada hukum Allah
dalam setiap hal atau persoalan; adapun hal ini sebagaimana disampaikan K.H.
Hasyim Asy’ari dalam
kitabnya sebagai berikut:
و السابع ان يكون
تعويله في جميع أموره على الله تعالى
8) Tidak menjadikan ilmu pengetahuan
yang dimiliki sebagai sarana mencari keuntungan yang bersifat duniawi seperti harta
benda, kedudukan (jabatan), dan untuk menjatuhkan orang lain; adapun hal ini sebagaimana
disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari
dalam kitabnya sebagai berikut:
و الثامن ان لا يجعل
علمه سلّما يتوصّل الى الأغراض الدنيويّة من جاه او مال او سمعة او شهرة او تقدّم
على أقرانه
9) Tidak merasa rendah dihadapan pemuja
dunia atau orang yang punya kedudukan dan harta benda, dan tidak mengagung-agungkan
mereka dengan sering berkunjung dan berdiri menyambut kedatangan mereka tanpa
kemaslahatan apapun di dalamnya. Hal ini sebagaimana pernyataan K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitanmya sebagai berikut:
و التاسع ان لا يعظم
أبناء الدنيا بالمشي اليهم و القيام لهم إلا اذا كان في ذلك مصلحة تزيد على هذه
المفسدة
10) Zuhud (tidak terlalu mencintai kesenangan
duniawi) dan rela hidup sederhana. Jika membutuhkan dunia (materi), itu tidak
lebih dari sekedar untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarga. Hal ini sesuai dengan
pernyataan K.H. Hasyim Asy’ari
dalam kitabnya sebagai berikut:
و العاشر ان يتخلّق
بالزهد في الدنيا و التقلّل بقدر الإمكان الذي لا يضرّ بنفسه او بعياله على الوجه
المعتدل من القناعة
b. Upaya yang dilakukan agar menjadi
pendidik yang profesional
Upaya-upaya
yang dilakukan agar menjadi pendidik profesional menurut K.H. Hasyim Asy’ari merupakan langkah yang harus
ditempuh oleh pendidik. Upaya-upaya tersebut terdapat pada
beberapa pasal pada bab V kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim sebagai
berikut:
1) Menghindari profesi yang dianggap rendah
menurut pandangan adat maupun syari’at sebagaimana yang disampaikan oleh K.H.
Hasyim Asy’ari
sebagai berikut:
و الحادي عشر ان يتباعد
عن دنيئ المكاسب و رذيلتها طبعا و عن مكروهها عادة و شرعا كالحجامة و الدباغة و
الصرف و الصياغة و نحو ذلك
2) Menghindari tempat-tempat yang dapat
menimbulkan fitnah dan maksiat. Hal ini dilakukan agar terhindar dari prasangka-prasangka
yang kurang baik di masyarakat, sebagaimana disampaikan oleh K.H. Hasyim ASy’ari sebagai
berikut:
الثاني عشر ان يجتنب
مواضع التهم و ان بعدت فلا يفعل شيئا يتضمّن نقص مروءة و يستنكر ظاهرا
3)
Menghidupkan syi’ar
dan ajaran-ajaran Islam seperti
mendirikan shalat Berjama’ah di masjid, menebarkan salam kepada
orang lain, menganjurkan kebaikan, dan mencegah kemungkaran
dengan penuh kesabaran; Adapun mengenai hal ini sebagaimana pernyataan K.H.
Hasyim Asy’ari
sebagai berikut:
و الثالث عشر ان
يحافظ على القيام بشعائر الإسلام و ظواهر الأحكام كإقامة الصلاة في مساجد الجماعة
و إفشاء السلام للخواص و العوام و الأمر بالمعروف و النهي عن المنكر مع الصبر على
الأذى
4) Menegakkan sunnah Rasulullah SAW dan memerangi bid’ah serta memperjuangkan
kemaslahatan umat Islam dengan cara yang tidak asing bagi masyarakat; hal ini
sebagaimana pernyataan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
و الرابع عشر ان يقوم
بإظهار السنن و إماتة البدع و بأمور الدين و ما فيه مصالح المسلمين على الطريق
المعروف شرعا المألوف عادة و طبعا
5)
Menjaga dan mengamalkan hal-hal yang sangat dianjurkan oleh syari’at, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, sebagaimana yang disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya sebagai berikut:
و الخامس عشر ان
يحافظ على المندوبات الشريعة القولية و الفعلية
6)
Bergaul dengan siapapun dengan akhlak yang baik sebagaimana pernyataan
K.H. Hasyim Asy’ari
sebagai berikut:
و السادس عشر ان
يعامل الناس بمكارم الأخلاق من طلاقة الوجه و إفشاء السلام و إطعام الطعام و كظم
الغيظ
7) Mensucikan diri dari akhlak-akhlak tercela
dan menghiasi diri dengan kahlak-akhlak yang terpuji, sebagaimana pernyataan K.H.
Hasyim Asy’ari sebagai
berikut:
و السابع عشر ان
يطهّر باطنه ثم ظاهره من الأخلاق الرديئة و يعمّر بالأخلاق المرضيّة
8) Selalu mempertajam ilmu pengetahuan
(wawasan) dan amal, yaitu dengan kesungguhan hati dan ijtihad, muthala’ah,
mudzakarah, ta’liq, menghafal, dan melakukan pembahasan dengan berdiskusi. Adapun mengenai hal ini sebagaimana
disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari
dalam kitabnya sebagai berikut:
و الثامن عشر ان يديم
الحرص على إزياد العلم و العمل بملازمة الجدّ و الإجتهاد و المراظبة على وظائف الأوراد
من العبادة و قراءة و إقراء و مطالعة و مذاكرة و تعليقا و حفظا و بحثا
9)
Tidak merasa segan mengambil faedah ilmu pengetahuan dari orang lain atas
apapun yang belum dimengerti, tanpa memandang status atau kedudukannya, nasab
atau garis keturunannya, dan usia. Adapun mengenai hal ini sebagaimana
pernyataan K.H. Hasyim Asy’ari
sebagai berikut:
و التاسع عشر ان لا
يستنكف عن استفادة ما لا يعلّمه ممن هو دونه منصبا نسبا او سنّا
10) Meluangkan waktu untuk kegiatan menulis,
menyusun kitab, dan meringkasnya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh K.H. Hasyim
Asy’ari sebagai berikut:
و العشرون ان يشتغلّ
بالتصنيف و الجمع و التأليف
11) Suci dari hadats dan memakai
wangi-wangian serta memakai pakaian yang pantas sebagaimana pernyataan K.H. Hasyim
Asy’ari sebagai berikut:
اذا عزم العالم ان
سحضر مجالس درسه يتطهّر من الحدث و الخبث و يتنظّف و يتطيّب و يلبس أحسن ثيابه
اللائقة بين أهل زمانه
c. Strategi pendidik dalam mengajar
Karakter
pendidik yang profesional menurut K.H. Hasyim Asy’ari salah satunya memiliki
strategi mengajar yang baik dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Strategi
mengajar yang dilakukan pendidik menurut beliau telah dipaparkan dalam kitab Adab
al-‘Alim wa al-Muta’allim khususnya terdapat pada beberapa pasal di bab VI
dan VII sebagai berikut:
1) Pendidik memulai pelajaran dengan basmalah
dan mengakhiri dengan hamdalah, sebagaimana disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
فإذا وصل اليهم يسلّم
على الحاضرين
و يقدّم على الشروع
في التدريس قراءة شيئ من كتاب الله تبرّكا و تيمّنا
و تقدّم انه يستفتح
كل درس ببسم الله الرحن الرحيم ليكون ذكر الله تعالى في بداية الدرس و خاتمته
2)
Menghadapi seluruh peserta didik dengan penuh perhatian, artinya pendidik
tidak pilih kasih hanya memperhatikan salah satu peserta didik tetapi memberi perhatian
kepada semua peserta didik. Adapun mengenai hal ini sebagaimana disampaikan
K.H. Hasyim Asy’ari
sebagai berikut:
و الثامن ان لا يظهر
للطلبة تفضيل بعضهم على بعض عنده في مودّة و إعتناء مع تساويهم في الصفات من سنّ
او فضيلة او تحصيل او ديانة
3) Menyampaikan pelajaran lebih dari satu
materi secara terperinci, artinya pendidik harus menjelaskan secara rinci atau terarah
artinya tidak boleh memperpanjang dan memperpendek pembahasan. Hal ini
sebagaimana pernyataan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
و ان تعدّدت الدروس
قدّم الأشرف فالأشرف و الأهمّ فالأهمّ
4) Mengatur suara agar tidak terlalu pelan
dan tidak terlalu keras sebagaimana disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
و لا يرفع صوته رافعا
زائدا على قدر الحاجة
5) Pendidik mengelola situasi kelas
dengan baik, artinya menjaga dari kegaduhan yang dapat mengganggu kelancaran proses
belajar-mengajar dan bersikap tegas terhadap peserta didik yang bersikap di
luar etika yang ada. Adapun mengenai hal ini sebagaimana disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
و يصون مجلسه عن
اللغط
و يذكر الحاضرين ما
جاء في كراهة ممارت لا سيما بعد ظهور الحقّ
و لبالغ في زجر من
تعدّى في بحثه او ظهر منه لدد او سوء أدب في بحثه
6) Apabila ditanya tentang suatu
persoalan yang tidak diketahui, hendaknya dia mengakui ketidaktahuannya. Hal ini
sebagaimana pernyataan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
و اذا سئل عمّا لم
يعلمه قال لا أعلم او لا أدري
7)
Pendidik harus menghargai peserta didik yang bukan dari golongan mereka,
artinya memperlakukan mereka dengan baik dan berusaha membuatnya merasa nyaman
dalam majelis tersebut sebagaimana disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
و يتودّد لغريب حضر
عنده
8) Pendidik mengajar secara profesional
sesuai dengan bidangnya sebagaimana pernyataan K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya sebagai berikut:
و لا ينتصب للتدريس
اذا لم يكن أهلا له و لا يذكر علما لا يعرفه فإن ذلك لعب في الدين و ازدراء بين
الناس
9) Menjelaskan dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami sebagaimana pernyataan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
و الرابع ان يسمع له
بسهولة الإلتقاء في تعليمه و حسن التلفّظ في تفهيمه
10) Bersungguh-sungguh dalam
memberikan pengajaran. Hal ini sebagaimana disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
و الخمس ان يحرص في
تعليمه و تفهيمه ببذل جهده و تقريب المعنى من غير إكثار لا يحتمله ذهنه او بسط لا
يضبطه حفظه
11) Melakukan evaluasi dengan cara meminta
sebagian waktu peserta didik untuk mengulang
kembali pembahasan yang telah pendidik
sampaikan serta memberikan pertanyaan kepada peserta didik melalui latihan,
ujian, dan semacamnya untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman mereka
dalam menyerap materi yang telah disampaikan. Adapun hal ini sebagaimana
disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari
sebagai berikut:
و السادس ان يطلب من
الطلبة في بعض الأوقات إعادة المحفوظات و يمتحن ضبطهم لما قدم لهم من القواعد المبهمة
و المسائل الغريبة و يختبرهم بمسائل تنبني على أصل قرره او دليل ذكره
12)
Memberikan teladan dan contoh nyata dalam setiap materi yang disampaikan,
misalnya memberi contoh yang baik bagaimana cara bergaul, dan sebagainya. Hal
ini sebagaimana disampaikan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:
و العاشر ان يتعاهد
الشيخ أيضا ما يعامل به بعضهم من إفشاء السلام و حسن التخاطب في الكلام و التحابب
و التعاون على البرّ و التقوى و على ما هم بصدده
No comments:
Post a Comment