Hampir seluruh agama-agama di dunia membicarakan masalah dosa. Khususnya Islam di mana dosa merupakan bagian tali erat dalam ikatan persaudaraan Islamiyah. Banyak orang membicarakan pahala dan balasannya, namun di sisi lain lupa akan bahasan dosa. Dosa berasal dari kata “Dzanbun”, jamaknya “Dzunuubun”yang artinya dosa-dosa.[1] Dosa adalah perbuatan yang mengarah kepada perbuatan yang dibenci Allah dan perbuatan tersebut mengarah kepada dosa serta perbuatan yang bisa membuat kita terjerumus dalam neraka, dosa itu dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Dosa dengan perkataan
2. Dosa dengan perbuatan
3. Dosa dengan hati.[2]
Ada banyak istilah dosa dalam Al-Qur’an dan yang paling menonjol diantaranya adalah :
1. Al Fahsya (Perbuatan keji, Kejahatan, dan Perzinahan)
Istilah lazim digunakan untuk dosa zina, Al Qur’an melarang dosa ini. Al-Qur’an, surat Al An’am ayat 151 :
و لا تقربوا الفواحش ما ظهر منها و ما بطن و لا تقتلوا النفس التي حرم الله إلا بالحق
“Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya).”
2. Al Zulm (Jahat, Jijik, Perlawanan)
و ذروا ظهر الإثم و باطنه ان الذين يكسبون الإثم سيجزون بما كانوا يقترفون
“Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah kerjakan.” (QS. Al An’am, ayat 120)
3. Al Khatia (Dosa, Pelanggaran)
و من يكسب خطيئة او إثما ثم يرم به بريئا فقد احتمل بهتنا مبينا
“Dan Barang siapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, Maka Sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata.” ( QS. An-Nisa, ayat 112).
Dosa dan kesalahan merupakan masalah penting dalam Islam, karena keduanya menyangkut hubungan baik antara manusia dengan Allah, dan masyarakat dengan lingkungannya, serta dirinya sendiri, ketentraman, kesejahteraan, dan kebahagiaan manusiabanyak ditentukan oleh seberapa jauh ia terhindar atau bersih dari dosa. Orang-orang yang berbuat dosa dan kesalahan diancam Allah dengan hukuman yang berat, baik di dunia maupun di akhirat, sebaliknya yang berbuat taat dan kebaikan dijanjikan dan diberikan Allah pahala yang besar,baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam Al Qur’an dosa dan kesalahan diistilahkan dengan :
1. Al Khathi’at (Perbuatan Menyeleweng).
2. Al Zanb ( Perbuatan Salah).
3. Al Saiyi’at (Perbuatan Jelek).
4. Al Itsm (Perbuatan Dosa).
5. Al Fusuq (Perbuatan Fisik).
6. Al Ishya (Perbuatan Maksiat).
7. Al Utu (Perbuatan Sombong).
Dosa menurut sifat dasarnya dapat dibagi atas tiga bagian yaitu :
Pertama, yang berhubungan dengan sifat manusia dan terdiri atas empat sifat, yaitu: 1) sifat rububiyat “sifat sombong, bermegah-megah, dan gila pujian”. 2) syaithaniyat “sifat dengki, permusuhan, menyuruh berbuat keji dan mungkar dan mengajak kesesatan”. 3) bahimiyat “penyimpangan seksual, pencurian, memakan harta anak yatim dan mengumpulkan harta untuk hawa nafsu” dan. 4) subu’iyat “sifat marah, sadis, dan ingin menghancurkan orang lain”.
Kedua, berhubungan dengan obyeknya dan dapat pula dibagi atas tiga, yaitu dosa antara manusia dengan Allah, dosa yang berhubungan dengan hak-hak masyarakat dan lingkungan, dan dosa yang berhubungan dengan diri manusia. Dan ketiga,dosa ditinjau dari segi bahaya dan mudaratnya terdiri pula atas dua, yaitu dosa kecil dan dosa besar.[3]
Dosa dapat juga dikatakan tindakan pemikiran atau sesuatu kemauan, yang sifatnya antara lain;
1. Disengaja (melakukan perbuatan dosa).
2. Melanggar hukum-hukum yang digariskan Allah.
3. Melanggar ketentuan Allah dan hak manusia.
4. Menyiksa diri sendiri, jiwa dan raga.
5. Melakukan kesalahan berulang-ulang.
6. Melarikan diri dari kenyataan yang ada.
Konsep dosa keturunan tidak dikenal dalam Islam. Kesalahan Adam menimbulkan pengusiran dirinya dari surga terdapat dalam Islam, tetapi ia tidak dipandang sebagai kesalahan yang diwariskan pada anak keturunan Adam, yang akan mendatangkan penghukuman. Sesungguhnya tanggungjawab atas perbuatan Adam bukan terletak pada Adam tetapi terletak pada setan. Keterlibatan Adam di dalam kasus tersebut adalah merupakan kesalahan dan hal ini menimbulkan konsekuensi penurunan Adam dan keturunannya.[4]
Bagaimanapun manusia memiliki kecendrungan untuk melakukan dosa, tetapi kecendrungan itu tidaklah begitu besar jika dibandingkan dengan kecendrungan untuk berbuat kejahatan. Bila suatu ketika manusia lebih baik mengerjakan dosa dan dari pada berbuat kebaikan, maka fitrahnya yang sebenarnya suci dan bersih itu telah dipengaruhi oleh sesuatu yang berasal dari luar dirinya.[5]
Menurut pandangan Islam, macam dosa terbagi menjadi dua bagian, yaitu: (1) dosa besar, (2), dosa kecil. Dosa-dosa besar ( Kitabul-Kabaair), yaitu segala apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an, As-Sunnah dan Atsar orang-orang shalehdi masa lampau (seperti para sahabat Nabi maupun tabi’in). Apa yang diharamkan, jika ditinggalkan maka akan dapat menghapus segala kesalahan dari dosa kecil.[6]
Pendapat jumlah dosa besar 17 ditemukan oleh Abu Thalib Al-Makk, setelah mengumpulkan berbagai hadis Nabi Muhammad SAW. Tentang dosa besar ia menyimpulkan bahwa dosa besar itu ada 17 dengan rincian sebagai berikut :
Empat terdapat di hati, yaitu :
a. Syirik
b. Senantiasa berbuat maksiat kepada Allah
c. Merasa selamat dari genggaman Allah atau merasa bebas dari balasan Allah
d. Merasa putus asa dari rahmat Allah
Empat terdapat di lidah, yaitu :
a. Memberi saksi palsu
b. Membuat tuduhan zina terhadap perempuan yang beriman
c. Membuat sumpah palsu
d. Berkata bohong
Tiga di perut, yaitu :
a. Minum khamar dan minuman keras
b. Memakan harta anak yatim
c. Memakan harta riba
Dua di kemaluan, yaitu:
a. Berzina
b. Homoseks
Dua di badan khususnya pada tangan, yaitu :
a. Melakukan pembunuhan
b. Melakukan pencurian
Satu di kaki, yaitu :
a. Lari dari peperangan
Dan yang satu lagi letaknya di seluruh badan, yaitu :
a. Tidak menghormati ibu dan bapaknya.[7]
Dosa besar menurut keterangan Riwayat Bukhari dan Muslim adalah :
1. Menyekutukan Allah dengan sesuatu.
2. Menyihir orang lain.
3. Membunuh seseorang yang telah diharamkan oleh Allah.
4. Makan harta anak yatim.
5. Makan harta riba.
6. Lari dari medan peperangan.
7. Menuduh wanita yang baik, lurus dan beriman.[8]
Dosa kecil adalah setiap perbuatan yang tidak ada aturan hukuman had-nya di dunia ini, dan tidak akan ada siksa di hari pembalasan kelak. Adapun perbuatan yang dapat menghapus dosa kecil adalah melakukan sholat lima waktu, ini pun dengan catatan bahwa dosa-dosa kecil ini belum sampai kepada taraf perbuatan dosa besar atau perbuatan keji.
Rasulullah bersabda “Antara shalat fardu lainnya dan antara shalat jumat sampai kepada shalat jumat yang lainnya, serta antara bulan ramadhan sampai kepada bulan ramadhan lainnya merupakan pelebur dosa, selagi dosa-dosa besar dijauhi”.[9]
Dosa-dosa kecil mudah diampuni oleh Allah, misalkan dengan Istighfar dan beberapa dzikir atau amalan sholeh.[10] Walau bagaimanapun kecilnya dosa-dosa itu, ia dapat saja menjadi dosa besar. Dosa kecil dapat menjadi besar, antara lain disebabkan :
1. Karena dosa kecil itu dikerjakan terus menerus.
2. Memandang kecil perbuatan dosa, sebab dosa itu apabila di pandang kecil, maka ia dipandang besar oleh Allah dan apabila kita pandang besar, maka niscaya dipandang kecil oleh Allah.
3. Merasa aman dari tipu daya Allah.[11]
Secara umum dosa itu terbagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Meninggalkan kewajiban-kewajibanyang diwajibkan oleh Allah, misalnya: meninggalkan sholat, puasa dan zakat.
2. Dosa antara sesama manusia, dosa ini sangat sulit cara membebaskan diri darinya.
3. Dosa ketiga ini bermacam-macam bentuknya, ada yang berhubungan dengan harta, jiwa, kehormatan, dan ada pula yang bersangkutan dengan agama.[12]
[1] Yasin Abul, Fatihuddin, Golongan Dosa-dosa Besar, Penerbit Terbit Terang, Surabaya, 2002, hlm. 11
[2] www. Apa Pengertian Dosa, answers, Yahoo.com. 28 Agustus 2008
[3] Yahya Jaya, Peranan Taubat dan Maaf dalam Kesehatan Mental, Ruhama, Jakarta, 1994, hlm. 30-31
[4] Huston Smith, Ensiklopedi Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 75
[5] Hammudah Abdalati, Islam Suatu Kepastian, Penerbit Media Da’wah, Jakarta Pusat, 1990, hlm. 68
[6] Imam Abu Abdullah Muhammad Bin Ahmad Bin Usman Az-Dzahabi, Dosa Dosa Besar, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1993, hlm. 1
[7] Hammudah Abdalati, Op.Cit., hlm. 33-34
[8] Imam Abu Abdullah Muhammad Bin Ahmad Bin Usman Az- Dzahabi, Op. Cit.,hlm. 3
[9] Afif Abdullah Fattah Thabbarah, Op. Cit., hlm 5-6
[10] Yasin Abul Fatihuddin, Op. Cit., hlm. 13
[11] Humaidi Tata Pangarsa, akhlak yang mulia, PT Bina ilmu, Surabaya, 1980, hlm. 64
[12] Imam Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad Al-Ghazaly, Meniti Jalan Menuju Surga, Terj. M. Adib Bisri, Pustaka Amani, Jakarta, 1986, hlm. 45
No comments:
Post a Comment