KARAKTERISTIK DOA DALAM ISLAM

doa
Beberapa karakteristik doa dalam al-Qur’an, di antaranya;
Pertama, ia merupakan percakapan dan dialog dengan Allah. Di dalamnya, sifat-sifat, kedudukan dan Dzat Tuhan serta hubungannya dengan makhluk, terutama manusia. Dalam doa demikian nampak seperti text-book teologi, dan sama sekali tidak serupa dengan doa-doa lazimnya. Yakni, doa tidak lagi menggambarkan seseorang yang memohon sesuatu dati Allah, tetapi doa itu merupakan percakapan dengan-Nya. Doa Islam adalah sebuah ucapan dan seruan yang tingkat keindahan, ketelitian, dan kedalamannya layak untuk dijadikan argumen terkuat, terdalam, dan terjeli akan wujud Allah.[1]
Kedua, iradat atau kehendak Ilahi yang meluap di dalam doa. Iradat ini bukanlah berasal dari hasrat dan kebutuhan material yang sering kita saksikan dan dikenali. Tetapi, ia adalah sesuatu yang berasal dati perangai-perangai yang terpuji dan keutamaan-keutamaan yang mulia.[2]
Dalam beberapa hal, doa tidak hanya berperan secara vertical, yang berarti hubungan atau suatu bentuk komunikasi antara manusia dan Tuhan saja. Namun, doa yang dilakukan manusia juga mempunyai kecenderungan sosial, menjadi suatu etika sosial dan landasan moral manusia ke arah pemahaman mengenai arti kelemahan dan kehinaan.
Di dalam doa-doa Islam, terdapat komposisi di antaranya;
Pertama, doa-doa terhimpun dalam bahasa yang lugas dan elok. Teks-teks doa Islami adalah karya kesusastraan yang paling indah yang pernah ada. Ia adalah model bacaan terbaik bagi para pengagum sastra berkenaan dengan kefasihan, kelugasan, dan keelokannya.
Di lain sisi, doa dalam ajaran Islam merupakan bukti perhatian Islam akan estetika dan seni pada umumnva, selama keduanya mampu mendukung penyempurnaan spiritual manusia. Islam tidak hanya mempedulikan hal-ihwal estetika dan seni, tetapi juga dengan tegas meminta perhatian serius manusia kepada keduanya. Seperti dalam firman Allah,
و لله الأسماء الحسنى فادعوه بها و ذروا الذين يلحدون في أسمآئه سيجزون ما كانوا يعملون
Hanya milik Allah asma al-husna (nama-nama yang indah), Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma al-husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. Al-A’raaf: 180)
Kedua, adalah komponen musical yang terkandung dalam doa. Doa-doa Islami tergabung dalam diksi-diksi (pilihan kata) yang tepat, yang dilantunkan secara serasi akan menjadi sebuah lagu yang indah. Ucapan yang indah itu akan sangat berkesan pada jiwa manusia. Impresi (kesan) yang menyongsong kecintaan, kekuatan, serta pengaruh doa padanya. Misalnya, bacaan shalawat kepada Rasulullah Saw, yang terangkum dalam beberapa buku Maulid ad-Daiba’i, Maulid al-Barzanji, dan sebagainya.[3]
Ketiga, doa mengandung komposisi ideologis. Menyatukan manusia sebagai satu reflek kehendak. Doa bukanlah permintaan seseorang akan sesuatu hal belaka melainkan deklarasi gelora, hasrat, identitas dan pandangan hidup. Maka dalam hal ini doa memiliki nilai keutamaan yang tidak kecil nilainya, bila hanya diartikan sebatas sebagai suatu “pemenuhan kebutuhan”. Contohnya saat berdoa, umat Islam dianjurkan untuk berdoa menghadap kiblat (Makkah), karena Makkah adalah pusat kelahiran Islam. Di samping kesadaran berdoa dengan cara itu, maka tumbuhlah dalam diri seorang muslim rasa kesatuan dan solidaritas. Dengan demikian, persaudaraan yang meliputi seluruh dunia diteguhkan.
Islam merupakan suatu bentuk terakhir dari hubungan dengan Allah dan sebagai agama yang benar, sempurna dan penuh kepastian yang dimungkinkan di dunia ini. Makna religius dari hubungan antara manusia dengan Tuhan, secara autentik diwujudkan dalam doa.[4] Dalam hal ini, Muhammad Iqbal mengartikan doa sebagai sarana pencerahan spiritual dan merupakan tindakan normal yang sangat penting, yang mana sebagian kecil dari kepribadian manusia menemukan situasinya dalam suatu keseluruhan hidup yang besar. Doa merupakan simbol sebagai peneguhan tauhid, dan menemukan martabat dan pembenaran dirinya sendiri sebagai suatu faktor dinamis dalam kehidupan alam raya.[5]

[1] Ali Syari’ati, Makna Doa dalam Islam, (terj.), (Jakarta: Pustaka Zahra, 2002), Cet. I, hlm. 47
[2] Ibid
[3] Ibid, hlm. 50
[4] Mariasusai Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet.I, hlm. 71
[5] Ibid.















No comments:

Post a Comment