SYAFA’AT NABI MUHAMMAD SAW

images (98)
Ketika manusia menjalani sistem perhisaban Tuhan atau pada saat menjalani siksa neraka, ada salah seorang hamba Allah yang diberi peran untuk memberikan syafa’at kepada manusia. Hamba Allah yang diberi kemuliaan untuk memberi syafa’at yaitu Nabi Muhammad Saw.
Maksud dari syafa’at itu ialah memohonkan kepada Allah untuk kebaikan para manusia di akherat. Syafa’at ini termasuk dalam golongan doa yang mustajab (dikabulkan). Di antaranya ada yang disebut syafa’at uzhma (agung) dan ini hanyalah khusus bagi junjungan Nabi besar Muhammad Saw sendiri. Syafa’at uzhma yang beliau lakukan itu nanti ialah memohonkan Allah Swt agar segera diadakan putusan dan penetapan antara seluruh makhluk, agar mereka itu dapat beristirahat dari kesengsaraan dan kesukaran yang diderita di Padang Mahsyar, tempat mereka berhenti dan berkumpul. Allah SWT akan mengabulkan permohonan Nabi Muhammad saw untuk sedemikian ini.
Adapun syafa’at-syafa’at yang lain, selain syafa’at yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw itu, adalah diikuti dengan berbagai syarat, misalnya:
1. Dengan izin Allah dahulu.
2. Yang diberi syafa’at haruslah orang yang diridhai atau disukai Allah.
Orang yang diridhai oleh Allah Swt untuk diberi syafa’at itu tentulah orang yang berhak untuk menerima pengampunan dari pada-Nya dengan mengikuti hal-hal yang ditentukan bagi neraca keadilan ketuhanan. Jadi, kedudukan syafa’at di sini hanyalah untuk menunjukkan kerahmatan atau kemuliaan orang yang menjadi perantara sebagai pemohon syafa’at. Yang diberikan hanyalah sebagai pelaksanaan dari iradah atau kehendak Allah sesudah orang tersebut memohon atau mendo’akan. Oleh sebab itu, tidak ada satu alasan pun untuk menyebabkan seseorang itu menjadi tertipu pada perasaannya sendiri. Sehingga mempermudah untuk mengerjakan apa-apa yang telah diwajibkan oleh Allah Swt, karena semata-mata mengharapkan syafa’at itu saja.
Ringkasnya ialah sekalipun syafa’at itu nanti ada, tetapi seseorang itu masih tetap wajib beramal shalih yang keduanya inilah yang pasti akan dapat mengangkat seseorang itu ke tingkatan yang luhur dan sempurna sebagaimana yang diinginkan serta dicita-citakan.
Para kaum penyembah berhala sama bersandar betul pada berhalanya dan meyakinkan bahwa berhala-berhala itulah yang akan dapat memberikan syafa’at kepada mereka disisi Allah Swt. Ini adalah sebagaimana difirmankan Allah:
و يعبدون من دون الله ما لا يضرّهم و لا ينفعهم و يقولون هؤلاء شفعاؤنا عند الله قل أتنبّئون الله بما لا يعلم في السماوات و لا في الأرض سبحانه و تعالى عماّ يشركون
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa’tan, dan mereka berkata: “mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). (QS. Yunus 18)
كل نفس بما كسبت رهينة إلاّ أصحاب اليمين في جنّات يتساءلون عن المجرمين ما سلككم في سقر قالوا لم نك من المصلين و لم نك نطعم المسكين و كنّا نخوض مع الخائضين و كنّا نكذّب بيوم الدين حتى أتآنا اليقين فما تنفعهم شفاعة الشافعين
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa, “apakah yang memasukkan kamu ke dalam saqar (neraka)?” mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjarkan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian”. Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at. (QS. Al-Muddatsir 38-48)
Banyak pula orang-orang yang membiasakan diri untuk bersandar kepada syafa’atnya orang-orang yang berkelakuan baik atau kaum shalihin. Mereka ini telah melakukan berbagai hal yang benar-benar sudah menyeleweng dari kebenaran, bahkan boleh dikatakan sudah keluar dari tuntutan agama Allah Swt, tidak lagi merupakan ketaatan yang benar, sebab sudah amat meresapnya kepercayaan yang salah itu. Oleh karenanya Allah Swt mematahkan hujah mereka dengan firman Allah:
ليس بأمانيّكم و لا أمانيّ أهل الكتاب من يعمل سوءا يجز به و لا يجد له من دون الله و لياّ و لا نصيرا و من يعمل من الصالحات من ذكر أو أنثى و هو مؤمن فألئك يدخلون الجنة و لا يظلمون نقيرا و من أحسن دينا ممن أسلم وجهه لله و هو محسن و اتّبع ملّة إبراهيم حنيفا و اتّخذ الله إبراهيم خليلا
(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kabaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesanyangan-Nya. (QS. An-Nisa’ 123-125)
Allah Swt adalah Maha Suci dari mencintai seseorang dari makhluknya atau memilih-milih dalam memberikan kasih sayangnya itu tanpa dasar yang benar. Demikian ini merupakan sunnatullah sejak dari umat yang dahulu sampai umat yang terakhir yakni golongan kita sekarang ini. Dalam hal ini Allah Swt berfirman:
أم لم ينبّأ بما في صحف موسى و إبراهيم الذي وفّى ألاّ تزر وازرة وزر أخرى و أنّ ليس إلاّ ما سعى و أنّ سعيه سوف يرى ثم يجزاه الجزاء الأوفى
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (QS. An-Najm : 36-41)
Rasulullah Saw selain memberikan syafa'at uzhma (besar), juga memberikan syafa'at lain sesudah memperoleh izin dari Allah Swt, juga setelah selesainya masa penyiksaan yaitu untuk mengeluarkan orang yang bermaksiat dari neraka itu.
Dicantumkan dari beberapa hadits shahih bahwasanya Rasulullah Saw dapat memberikan syafa'at kepada orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa besar sesudah mereka itu masuk neraka, kemudian Allah Swt menerima syafa'atnya itu untuk orang-orang yang berdosa tadi, lalu Allah Swt mengeluarkan mereka dari neraka itu.
Jadi, syafa'at ini maksudnya ialah untuk menampakkan kemuliaan seseorang yang memberikan syafa'at itu disisi Allah, juga untuk memperlihatkan betapa keutamaan Nabi kita Saw.
إشفعْ لنا يا رسول الله





















No comments:

Post a Comment