DOA DAN KESEHATAN MENTAL

berdoa
Menurut Mujib dan Mudzakir melakukan do'a sama nilainya dengan terapi relaksasi (relaxation therapy), yaitu satu bentuk terapi dengan menekankan upaya mengantarkan pasien bagaimana cara ia harus beristirahat dan bersantai-santai melalui pengurangan ketegangan atau tekanan psikologis. Banyak dari kalangan psikolog-sufistik memiliki ketenangan dan kedamaian jiwa yang luar biasa. Hidup bagi mereka terasa tanpa beban, bahkan dengan musibah pun mereka dapat menikmatinya.[1]
Menurut Mujib dan Mudzakir bahwa do'a merupakan kebutuhan manusia karena dalam do'a terdapat harapan dan permohonan kepada Allah SWT agar segala gangguan dan penyakit jiwa yang dideritanya hilang. Allah Swt yang membuat penyakit dan Dia pula yang memberikan kesembuhan (QS. al-Syu'ara: 80). Doa dan munajah banyak didapat dalam setiap ibadah, baik dalam shalat, puasa, haji, maupun dalam beraktivitas sehari-hari.[2]
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Najati bahwa ketekunan seorang mukmin dalam berdo'a dan berzikir kepada Allah Swt baik dengan bertasbih, bertakbir, beristigfar, berdoa, maupun membaca al-Qur'an, akan menimbulkan kesucian dan kebersihan jiwanya serta perasaan aman dan tentram.[3]
Najati lebih lanjut menjelaskan bahwa dan do'a dan dzikrullah, karena dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman dalam jiwa, tak diragukan lagi merupakan obat kegelisahan yang dirasakan manusia saat mendapatkan dirinya lemah tak berdaya dihadapkan berbagai tekanan dan bahaya hidup, serta tak ada tempat bersandar dan penolong. Dengan demikian zikir dan do'a memiliki relevansi/kontribusi bagi terciptanya kesehatan mental (teoritis/praktis).[4]


[1] Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, hlm. 238
[2] Ibid.
[3] Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur'an, Terapi Qur'ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Terj. Zaka al-Farisi, Bandung: CV Pustaka Setia, 2005, hlm. 472
[4] Ibid., hlm. 474







No comments:

Post a Comment