ARTI PENTING SIKAP ISTIQAMAH

ujian
Pada dasarya sebelum lahir ke dunia ini manusia telah membawa bekal iman, hal ini sebagaimana firman Allah Swt,
و إذ أخذ ربك من بني آدم من ظهورهم ذريّتهم و أشهدهم على أنفسهم ألست بربكم قالوا بلى شهدنا
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan Adam dari Sulbi mereka, dan Allah Swt mengambil kesaksian terhadap diri mereka (seraya berfirman) “bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab benar (Engkaulah Tuhan kami) kami menjadi saksi. (Qs. al-A’raf: 172).
Jadi, jika Allah Swt menyuruh manusia beriman ketika hidup di dunia ini itu telah sesuai dengan fitrah manusia itu, dan Allah Swt pun memberi pedoman kepada manusia agar tetap dalam imannya, namun sedikit manusia yang beriman bila dibanding dengan yang mengingkarinya. Keimanan seseorang itu dapat mengalami pasang surut, hal itu sesuai dengan sabda Nabi Saw:
Iman itu mencakup amal dan perbuatan seseorang yang (suatu saat) bisa bertambah dan (suatu saat) bisa berkurang. (HR. al-Bukhari)[1]
Salah satu hal yang bisa menyebabkan pasang surutnya iman seseorang adalah cobaan atau ujian dari Allah Swt, karena telah menjadi sunnatullah bahwa setiap manusia yang hidup di dunia ini, lebih-lebih orang yang beriman pasti akan mendapat ujian. Karena memang hidup itu sendiri baik sukses beruntung atau tidak adalah ujian atau cobaan.
أحسب الناس أن يتركوا أن يقولوا آمنّا و هم لا يفتنون
Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan begitu saja mengatakan kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi. (Qs. al-Ankabut: 2)
Tentunya dalam memberikan ujian atau cobaan kepada hambanya Allah Swt memperhatikan kadar kekuataan hamba-Nya karena Dia berjanji kepada dalam firman-Nya:
لا يكلّف الله نفسا إلا وسعها
Allah Swt tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. (Qs. al-Baqarah: 286)
Namun, dalam menghadapi ujian atau cobaan yang Allah Swt berikan kepadanya ada hamba-Nya yang merasa cobaan tersebut dengan ringan dan tetap tidak tergoda, namun ada yang merasakan berat dan terdorong untuk melanggar.[2]
Dalam hal menjalani kehidupan yang penuh dengan cobaan ini manusia akan senantiasa dihadapkan pada godaan setan yang selalu berusaha untuk menyesatkannya. Karena syetan telah memproklamirkan diri sebagai musuh manusia yang abadi, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an:
قال أرأيتك هذا الذي كرّمت عليّ لئن أخّرتن إلى يوم القيامة لأحتنكنّ ذرّيّته إلاّ قليلا قال اذهب فمن تبعك منهم فإن جهنم جزآؤكم جوآء موفوزا و استفزز من استطعت منهم بصوتك و أجلب عليهم بخيلك و رجلك و شاركهم في الأموال و الأولاد و عدهم و ما يعدهم الشيطان إلا غرورا إن عبادي ليس لك عليهم سلطان و كفى بربك وكيلا
Dia (iblis) berkata: terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Pergilah, barangsiapa diantara mereka mengikuti kamu maka sesungguhnya jahanam adalah balasanmu semua sebagai suatu balasan yang cukup. Dan hasutlah siapa yang kamu sanggupi diantara mereka dengan ajakanmu dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan berjanjilah meraka dan tidak ada yang dijanjikan oleh syetan kepada mereka melainkan tipuan belaka. Sesungguhnya (terhadap) hamba-hamba-Ku kamu tidak berkuasa atas mereka dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga. (Qs. al-Isra: 62-64)
Dalam ayat di atas jelas bahwa Iblis meminta kepada Allah Swt agar bisa hidup sampai kiamat agar bisa menggoda dan membujuk manusia agar senantiasa mengikuti langkahnya, dan Allah Swt-pun mengabulkan dan memberi kesempatan padanya. Bukan hanya manusia biasa saja yang mendapat godaan dari syetan, Nabipun tidak terlepas dari godaan syetan tersebut:
و إما ينزغنك من الشيطان نزغ فاستعذ بالله إنه هو الشميع العليم
Dan apabila syetan mengganggumu suatu gangguan maka mohonlah perlindungan kepada Allah Swt, sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs. Fussilat: 36)
Pada saat-saat menghadapi cobaan, seseorang sedang diuji keimanannya. Salah satu cara untuk mempertahankan iman tersebut adalah dengan istiqamah. Setiap muslim dituntut untuk istiqamah dalam keimanannya dengan benar yaitu konsisten atau teguh hati dalam setiap ucapan, perbuatan, dan tujuan dengan tetap waspada terhadap berbagai macam bentuk rayuan dan godaan iblis atau syetan.[3]
Istiqamah diperlukan pada setiap saat, masa dan keadaan. Istiqamah akan sangat diperlukan ketika terjadi perubahan seperti yang terjadi sekarang ini. Karena biasanya pada saat terjadi perubahan akan banyak muncul godaan. Istiqamah kemudian dapat diartikan dengan tidak berkompromi dengan hal-hal yang negatif. Yang perlu dicatat adalah bahwa istiqamah tidak identik dengan “stagnasi” dan “statis.” Melainkan lebih dekat pada stabilitas yang dinamis.[4]
Istiqamah dapat mengangkat harkat dan martabat manusia ke puncak kesempurnaan, melindungi akal dan hati manusia dari kerusakan dan menyelamatkan manusia dari kebejatan moral.[5] Dengan istiqamah seseorang juga dapat mengontrol dan mengendalikan diri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar batas-batas ketentuan Allah Swt, dengan sikap tersebut seseorang juga akan meningkatkan ketaatan dalam melakukan ibadah kepada Allah Swt, serta tercegah dari melalaikan sebagian kewajibannya terhadap Allah Swt.[6]
Faidah lain dari istiqamah adalah hilangnya rasa takut dan hilangnya rasa duka cita.[7] Sebagaimana firman Allah Swt:
إنّ الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا فلا خوف عليهم و لا هم يحزنون
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa tuhan kami adalah Allah Swt kemudian ber-istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita. (Qs. al-Ahqaf: 13)
Di samping itu istiqamah juga mendatangkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana firman Allah Swt:
و ألّو استقاموا على الطريقة لأسقيناهم مآءً غدقا
Dan bahwasanya jika mereka tetap istiqamahdi jalan itu (agama Islam) benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). (Qs. al-Jin: 16)
Ayat tersebut di atas menyebutkan bahwa Allah Swt akan melimpahkan air pada orang yang istiqamah. Air adalah lambang dari kemakmuran sedangkan kemakmuran adalah sumber kebahagiaan di dunia ini, sedang mendatangkan kebahagiaan hidup di dunia ini Allah Swt menjanjikan kebahagiaan hidup di akhirat bagi orang-orang yang istiqamah, sebagaimana firman Allah Swt:
إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا تتنزّل الملائكة ألاّ تخافوا و لا تحزنوا و أبشروا بالحنة التي كنتم توعدون
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan kami adalah Allah Swt kemudian mereka tetap pendirian (istiqamah) maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan). Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan oleh Allah Swt. (Qs. Fussilat: 30)
Dan dengan istiqamah segala yang menjadi cita-cita yang terwujud karena istiqamah menggambarkan suatu keadaan yang sungguh-sungguh, dan kesungguh-sungguhan adalah senjata ampuh untuk mencapai suatu maksud di samping doa. Oleh karena sikap istiqamah sangat penting untuk dimiliki oleh setiap muslim, maka minimal tujuh belas kali sehari seorang muslim diwajibkan meminta kepada Allah Swt agar ditunjuki jalan menuju kepada-Nya, yaitu lewat salah satu bacaan shalat:
إِهْدِناَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْم
Tunjukilah kami jalan yang lurus.”



[1] Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhori, Matan al Bukhori, Juz 1, (Semarang : Toha Putra, t.th), hlm. 1.
[2] Waryono Abdul Ghofur, Tafsir Sosial, (Sleman: el SAQ Press, 2005) Cet. 1, hlm. 25.
[3] Ibid, hlm. 25.
[4] Nur Kholis Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 1995) Cet. 2, hlm 175.
[5] K. Permadi, Iman dan Taqwa Menurut al-Quran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) Cet. 1, hlm. 114.
[6] Abu Bakar Jaabir al-Jazairy, Pedoman dan Program Hidup Muslim, Terj. Abdul Karim Hayaza, (Semarang: Toha Putra, 1989) hlm. 63.
[7] Hamka, Pandangan Hidup Muslim, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), Cet. 4, hlm. 4.






































No comments:

Post a Comment