HIKMAH PUASA

puasa
Puasa memiliki hikmah, baik ditinjau dari segi kejiwaan (psikologi), jasmani (fisiologi), maupun kemasyarakatan (sosiologi). Ditinjau dari segi kejiwaan (psikologi), hikmah puasa yang terpenting ialah membentuk watak untuk patuh dan disiplin terhadap suatu peraturan.
Orang yang melakukan puasa berusaha untuk mengendalikan diri serta mematuhi peraturan, yaitu peraturan yang melarang untuk makan, minum dan melakukan hubungan seks yang sah dalam jangka waktu tertentu. Ia mematuhi peraturan itu tanpa perasaan takut sedikit pun kepada sanksi hukuman, tetapi betul-betul karena kepatuhan dan kecintaan. Singkatnya, hikmah puasa yang terutama ditinjau dari segi psikologi ialah mengendalikan diri (self-discipline).
Ditinjau dari segi jasmani (fisiologi), berpuasa dapat memelihara dan menjaga kesehatan badan. Sebab menahan diri dari makan dan minum, yang berarti mengurangi jatah dari waktu yang biasa, adalah salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Terlalu banyak makan dan minum bisa mendatangkan penyakit.
Semua dokter sudah sepakat bahwa salah satu sumber penyakit ialah pada perut, pencernaan, usus, dan lain-lain anggota badan bagian dalam yang bekerja ketika orang sedang makan. Malah ada beberapa jenis penyakit yang pengobatannya harus dengan mengurangi makan, yang istilah kesehatan disebut diet. Umpamanya penyakit kencing manis (diabetes), tekanan darah tinggi,dan lain-lainnya. Jelasnya, hikmah puasa ditinjau dari segi jasmani (fisiologi) ialah bisa memelihara dan menjaga kesehatan.
Ditinjau dari segi kemasyarakatan (sosiologi), puasa bisa mengurangi bibit-bibit diskriminasi dalam pergaulan, mempertebal semangat persaudaraan, memperkuat roh kesetiakawanan dan lain-lain unsur perlu dalam pembinaan satu masyarakat yang berdasarkan kerakyatan dan perikemanusiaan.
Dengan institusi puasa, maka selama bulan Ramadhan, orang-orang kaya dan orang-orang miskin memiliki kedudukan yang sama, sama-sama tidak makan dan tidak minum di siang hari. Ini merupakan latihan yang lambat laun dapat diharapkan bisa menghilangkan bibit-bibit diskriminasi. Dengan mengalami sendiri bagaimana pahit-getirnya tekanan menahan lapar di waktu puasa, maka orang-orang yang masuk golongan “the haves” dilatih untuk merasakan derita lapar yang dialami oleh “the haves not”. Dengan sendirinya timbullah di dalam jiwa orang yang punya (the haves) sifat penyantun dan belas kasihan terhadap orang yang tak punya (the haves not), sehingga mereka dengan kemauan sendiri akan selalu mengulurkan tangan untuk memberikan pertolongan. Ini akan memperkuat tali persaudaraan dan solidaritas.
Dari uraian di atas tentang hikmah puasa, sungguh banyak hikmah dan manfaat puasa Ramadhan yang dapat diraih dan dirasakan langsung oleh setiap orang yang berpuasa baik sebagai individu, anggota keluarga, maupun sebagai anggota masyarakat. Hikmah itu dapat dirasakan baik secara kejiwaan (psikologi), jasmani (fisiologi), dan juga kemasyarakatan (sosiologi).






No comments:

Post a Comment