UPAYA MERAIH HIDAYAH


Hidayah adalah hak mutlak Allah, untuk memberikan (menganugerahkan) atau tidak kepada seorang hamba. Hidayah at-taufiq (kemampuan aktual yang dianugerahkan Allah kepada manusia tertentu yang dikehendaki-Nya), tidak akan bisa didapatkan kecuali Allah yang menghendakinya. Karena hidayah ini semata-mata monopoli Allah, Nabi sekalipun tidak berkompeten untuk memberikannya, seperti pada kasus paman Nabi. Begitu juga hidayah tuntunan berupa jalan ke surga. Bentuk hidayah ini merupakan otoritas Allah semata. Sehingga siapapun tidak bisa memberikannya kecuali Allah. 

Meskipun demikian, kita diperintahkan oleh Allah untuk berusaha semaksimal mungkin dengan memperbanyak ketaatan-ketaatan kepada Allah, memperbanyak taqarrub kepada Allah, agar kita diberi hidayah, diberikan cahaya pelita yang terang benderang yang berupa nur Illahi, sebagaimana dilukiskan dalam al-Qur'an surat al-Fatihah ayat 6-7:

إِهْدِناَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَ لاَ الضّآلِّيْنَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugrahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Qs. Al-Fatihah: 6 – 7)

Dari ayat tersebut mengandung ayat munajat (berbicara) dengan Allah menurut cara yang diterangkan, merupakan rahasia diwajibkan membacanya, tiap rakaat dalam sholat karena itu jiwanya adalah munajat, untuk memohon petunjuk-Nya agar kita tidak tersesat ke jurang yang penuh dengan dosa-dosa, yakni dengan menghadapkan diri dan memusatkan ingatan kepada Allah.

Untuk itu, ada beberapa jalan atau proses yang dapat ditempuh, agar mencapai dan memperoleh hidayah antara lain:

1.     Irsyad

Yaitu kecerdasan dan ketangkasan orang yang mendapat hidayah, dikaruniai Tuhan kecerdasan sehingga ia dapat memahami sesuatu dengan fikiran yang cerah dan jernih serta akan memperoleh suatu keputusan yang bijaksana untuk menentukan jalan antara yang baik dan buruk maupun dalam samar-samar.[1]

2.     Taufiq

Ialah pertolongan, petunjuk, bimbingan, kesuksesan, kemenangan, dan kesejahteraan.[2]

3.     Ilham

Artinya menelan, meneguk, mengajarkan, mewahyukan sesuatu yang disampaikan oleh Allah Swt ke dalam jiwa yang membangkitkannya untuk mengerjakan dan meninggalkan sesuatu.[3]

Menurut az-Zarkasy, dalam kitabnya al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, ilham adalah memberi pelajaran atau mengajar. Tuhan memberi pelajaran itu adakalanya menciptakan ilmu yang diperlukan manusia atau dengan cara menunjukkan dalil-dalil yang dibawa oleh Nabi dan didukung oleh akal. Dengan demikian, ilham merupakan petunjuk yang datang atau diterima pada saat-saat sudah hampir menemui jalan bentuk dalam mengatasi suatu kesulitan.

4.     Dalil-Dalil   

Yaitu keterangan-keterangan, tanda-tanda, petunjuk-petunjuk orang yang mendapat hidayah dari Allah, maka mereka tentunya akan dapat mengetahui jalan-jalan yang berbahaya, yang tidak boleh didahului, dan di mana jalan yang dapat dilewati sehingga dengan tujuan agar tidak tersesat ke dalam jurang kenistaan.




[1] Maftuh Hanan, Menyingkap 8 Type Manusia, Bintang Timur, Surabaya, 1992, hlm.19
[2] IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, hlm.89
[3] Ibid., hlm.200

No comments:

Post a Comment