Setiap
orang tua yang bertanggung jawab akan memikirkan dan mengusahakan dalam tatanan
keluarganya, senantiasa tercipta dan terpelihara hubungan baik kegiatan
pendidikan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien serta dapat mewujudkan
terciptanya kehidupan yang tenteram. Untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan dalam
rangka menciptakan keluarga yang tenteram, maka keluarga harus memperhatikan
faktor-faktor yang menyebabkan keluarga tidak tentram, diantaranya:
1.
Kurangnya
ibadah
Ibadah
ialah menyembah Allah Swt. Menyembah Allah artinya mengerjakan semua perintah
dan menjauhi segala larangan-Nya. Suami isteri yang taat beribadah syarat yang
mutlak dalam upaya membangun rumah tangga yang harmonis dan bahagia, karena
dalam Islam keharmonisan dan kebahagiaan yang sejati adalah sejak dari dunia
sampai akhirat. Hal itu tidak mungkin terwujud bila suami istri tidak melaksanakan
ibadah, hanya dengan ibadahlah kebahagiaan sejati akan diraih, dan dengan
ibadah pula ketenteraman dan kemaslahatan hidup akan dapat kita peroleh,
terutama salat, karena salat adalah ibadah yang akan menentukan nasib kita di
akhirat. Sebagaimana firman Allah Swt:
وَ أَقِمِ الصَّلوةَ إِنَّ الصَّلوةَ تَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَ
الْمُنْكَرِ
“Dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan munkar.” (Qs. al-Ankabut: 45)
2.
Tidak memiliki
anak
Anak
adalah amanat Allah pada orang tua sekaligus buah hati, buah hati dan pengikat
tali kasih mereka. Kehadiran anak akan membuah suasana rumah akan cera penuh
canda tawa dan bahagia. Sebaliknya ada suami istri walaupun telah sekian lama menikah
dan telah berusaha dengan segala cara belum juga memiliki anak. Tanpa kehadiran
anak suasana rumah terasa hambar dan menjadi penyebab kemurungan dan putus asa
yang berkepanjangan.
3.
Kurangnya
ekonomi
Kesulitan
ekonomi merupakan penghambat bagi kebahagiaan rumah tangga. Banyak orang yang
hidupnya pas-pasan bahkan serba kekurangan ibarat pepatah mengatakan “besar
pasak daripada tiang”. Bagi mereka hidup adalah berpindah dari kesulitan ke
kesulitan yang lain seolah dunia selalu menghimpit mereka dari segala arah
sehingga dari segala tuntutan dan kesulitan hidup kerap menjadi permasalahan di
rumah tangga. Sesungguhnya kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan dan
kekayaan jiwa. Sebagaimana Rasulullah Saw, bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرضِ وَ لَكِنَّ الْغِنَى غِنَى
النَّفْسِ
“Kekayaan
bukan diukur dari banyaknya harta, tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.”
(HR. Bukhari Muslim)
4.
Faktor emosi
Emosi
adalah faktor yang paling umum dalam problem rumah tangga. Emosional yang
menimbulkan egoisme, otoriterisme, amarah, perselisihan, cekcok dan
pertengkaran bahkan juga penyiksaan fisik. Emosional bisa menyebabkan suami istri
pisah ranjang, pisah rumah bahkan bercerai.
Hampir
setiap rumah tangga ada pertengkaran, baik pertengkaran kecil ataupun besar,
terbuka atau dengan saling mendiamkan. Pertengkaran yang besar dari segi apapun
sangat tidak baik bagi suami-istri, bagi anak-anak, bagi anggota keluarga dan
para tetangga. Terlepas dari apapun penyebab terjadinya pertengkaran suami
istri, biang keladinya yang membuat suasana memanas adalah faktor emosi. Maka
baik suami maupun istri harus mau belajar mengendalikan emosi demi kebaikan
pribadi dan kebahagiaan keluarga. Sebagaimana firman Allah:
وَ الْكَظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَ الْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَ اللهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
“Dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Qs. Ali ‘Imran: 134).
No comments:
Post a Comment